MUSPERIN 2 : Bahkan Perkawinan Sawit pun Pakai Tuan Kadi: Museum Perkebunan Indonesia 2 (Musperin 2) adalah tujuan berikutnya setelah kurang lebih satu jam anggota Blogger Medan berkeliling di museum pertama Tjong A Fie Mansion. Dari sini, hanya butuh 3 menit berjalan kaki. Tungkai kami masih pada kuat diajak keliling untuk kembali belajar sejarah perkebunan Indonesia di masa lalu.
Related Post: Taman Kebun Bunga Tjong Yong Hian Medan
Blogger Medan Jalan-Jalan
Minggu, 19 November, memang hari yang khusus dialokasikan untuk ikut memeriahkan program tahunan Komunitas BlogM Blogger Medan. Bertajuk “Blogger Medan Jalan-jalan”, kegiatan ini berisi agenda utama mengunjungi dua museum di pusat kota yang kebetulan letaknya berdekatan, lalu dilanjutkan dengan makan malam bersama.
Hari itu, sedari malam sampe hampir siang Medan diguyur hujan deras. Event Bank Jago yang harusnya kami hadiri jam 10, terpaksa mundur satu jam lebih mengakibatkan efek domino pada jadwal jalan-jalan yang telah di susun sedemikian rupa. Begitupun, kalo yang namanya mau jalan rame-rame, hujan badaipun kami tempuh, kok.
Beres event Bank Jago, lanjut makan siang yang disponsori oleh penyelenggara, sholat juhur, kemudian langsung cusss rame-rame ke landmark kota. Tjong A Fie Mansion dan Musperin 2.
Alhamdulillah, program Blogger Medan jalan-jalan ini kembali didukung semesta. Siang menjelang sore hujan pun mereda, meski menyisakan genangan air dimana-mana. Ngga mempengaruhi semangat, sebab cuaca Medan yang mendadak jadi adem dan syahdu.
Satu Hari 2 Museum
Masih adakah yang males dateng ke museum? Atau menganggap museum itu tempat yang membosankan, sepi, gelap, bau, kotor dan menyeramkan?
Kalo yang terakhir itu sih, saya! Dasar penakut kalo ketemu sudut gelap apalagi sendirian, bawaannya, ya, parno mulu. Berasa ada yang ngintip, ada yang ngintai, kegeeran kek mau di ciluk-ba!! Itung-itung biar kuat mental, seperti kata Mbak Maria, Blogger Surabaya.
Tapi kalau ditanya, apa yang jadi bangunan pavorit? Jawaban mantap saya adalah cagar budaya, termasuk museum :). Kemanapun saya pergi, diusahakan banget berkunjung ke cagar budaya.
Related Post: Sejarah Batavia Ada di Kota Tua
Museum membosankan! Ngga salah sih, karena terbentuknya suatu image itukan bukan dalam waktu yang singkat. Mungkin ada benarnya museum pada jaman dulu itu tempat yang membosankan, bukan tempat tujuan untuk berwisata yang fun. Sayangnya image itu masih terbawa sampe sekarang.
Padahal makin kesini, pengelolaan museum sudah banyak mengalami kemajuan. Mulai dari koleksi yang beragam, tata letak yang estetik, sudut-sudut yang instagenik serta dilengkapi dengan ilustrasi dan informasi yang lengkap dan edukatif.
Salah satu contohnya, Tjong A Fie Mansion. Sebuah rumah peninggalan saudagar kaya raya asal Tiongkok yang banyak berjasa pada pembangunan dan kemajuan kota Medan. Berlokasi di jantung kota, tepatnya di Jalan Ahmad Yani atau lebih dikenal dengan daerah Kesawan Medan.
Perpaduan arsitektur Cina, Eropa dan Melayu, membuat mansion ini punya keunikan dan daya tarik sendiri dibalik sejarah yang melatarbelakanginya. Meski sebuah rumah warisan, tapi di dalamnya masih terdapat banyak benda peninggalan penuh kisah. Layaknya museum, mansion ini dibuka untuk umum. Banyak sudut estetik untuk berswafoto dan surga bagi penggemar fotografi. Museum ini sudah pernah saya ulas lengkap 🙂
Related Post: Tjong A Fie Mansion, Bukti Sejarah Saudagar Kaya di Medan
Puas menyelami Tjong A Fie Mansion, rombongan berpindah ke museum berikutnya. Seolah masih haus informasi sejarah, kami antusias untuk kembali menyerap cerita masa lalu yang pernah terjadi di kota tercinta.
MUSPERIN 2
Museum Perkebunan Indonesia 2 (Musperin 2) punya tema Connecting The Past To The Future yang bermakna bahwa perkebunan Indonesia punya perjalanan panjang, mencapai sukses hingga sekarang dan mampu mengantisipasi tantangan di masa depan.
Ada Musperin 2 berarti ada musperin 1, dong? Iyess, bener. Musperin 1 beralamat di Jalan Brigjen Katamso No. 53 Medan. Baik Musperin satu dan dua, pendiriannya digagas oleh Bapak Soedjai Kartasasmita.
Bangunan paling sudut, tepatnya berada di pertemuan antara jalan Pemuda, Jalan Ahmad Yani dan jalan Palang Merah ini sebelumnya adalah bekas gedung administrasi BKS-PPS (Badan Kerja Sama Perusahaan Perkebunan Sumatera) atau Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust (AVROS). Dibangun tahun 1918 dan selesai tahun 1919, kemudian dijadikan meseum tahun 2018 dan operasionalnya dimulai tahun 2022.
Sebagian besar koleksi benda di Musperin 2 ini adalah hibah dari Museum Royal Rotterdam Lloyd Belanda dan beberapa dari perusahaan perkebunan di Sumatera Utara. Koleksinya banyak dipamerkan di lantai satu dan empat.
Lantai pertama sekaligus akses masuk ke museum bisa melalui coffeshop bernama Avros Kafe. Di lantai ini ada miniatur Kapal MS. Willem Ruys milik perusahaan Rotterdam Lloyd Belanda, lift surat / berkas-berkas, hasil budi daya perkebunan, daun tembakau, cerutu, mata uang daerah, bibit sawit jantan dan betina, kecambah sawit, miniatur lori, mesin tik tua serta ragam koleksi lainnya.
Lantai dua dan tiga diperuntukkan sebagai kantor BKS-PPS. Disini bisa dijadikan ruang semi terbuka berupa rooftop sederhana. Terdapat ruang santai dengan seperangkat meja kursi, dimana tepian dindingnya dijadikan dudukan sekaligus tempat diletakkan beberapa buku.
Ada tiga gandeng kaca patri berwarna-warni yang menjulang tinggi pada sudut dinding lantai dua dan tiga. Kaca ini mengingatkan saya dengan Lawang Sewu, yang punya benda serupa pada salah satu sudut dindingnya.
Related Post: Stasiun Itu Kini Bernama Lawang Sewu
Lantai empat adalah ruang yang di dalamnya terdapat koleksi jam lonceng tua yang sudah ada sejak tahun 1920 dan masih aktif berdenting setiap jamnya. Koleksi foto-foto yang digantung dengan estetik, sepeda ontel, alat pemisah daun tembakau dll. Konon kayu-kayu partisi dan pancangnya masih asli.
Selain menunggu jam berdentang, ruang ini tampak vintage, terkesan jadul dan estetik membuatnya jadi tempat pavorit untuk berfoto meski agak sedikit panas dan pengap.
Highlight di Musperin 2
Selain mengagumi kurang lebih 75 koleksi benda-benda serta foto-foto bersejarah disana, Setidaknya ada dua hal menarik serta paling unik yang saya dapatkan dari kunjungan ke Musperin 2.
Arsip Sidik Jari Karyawan (Biro Dactyloscopy)
Yang pertama adalah sebuah arsip terpajang di lantai satu, berisi bukti penggunaan sidik jari sebagai data ribuan karyawan perusahaan perkebunan pada masa itu. Pada intinya, sebelum masuk era digital, di perusahaan perkebunan Sumatera Timur, sudah ada penggunaan sidik jari. Uniknya, dalam lembaran kertas itu, selain sidik jari juga terdapat data-data pribadi karyawan, berikut catatan kriminal yang menyertainya. Pada saat itu, istilah kriminal diperhalus misalnya, perkosaan diistilahkan dengan “mengambil hak wanita” atau pembunuh dengan istilah “mengambil hak manusia”.
Kebayang ya, seberapa tebal arsipnya. Sayangnya, seluruh berkas dibawa oleh Belanda kembali ke negaranya. Menyisakan beberapa lembar sidik jari saja.
Sampe ada istilah “kalau ingin mengetahui sejarah asli bangsa Indonesia, carilah ke negeri Belanda”
Profesi Tuan Kadi
Layaknya tuan kadi pada umumnya, profesi ini tugasnya mengawinkan bibit sawit jantan dan bibit betina. Iya bener, kalian ngga salah baca. Sama kagetnya saya sewaktu dengar perkawinan dua bibit kelapa sawit itu pake tuan kadi khusus.
Benih atau bibit adalah faktor utama yang menentukan sukses atau tidaknya investasi dalam usaha perkebunan kelapa sawit. Kesalahan awal memilih benih, akan berdampak pada kualitas sawit selama puluhan tahun. “Dari perkawinan yang baik, akan menghasilkan buah yang baik pula”, begitu kata pemandu kami yang bernama Kak Nisa . Sebuah filosofi dari tanaman sawit yang juga berlaku untuk manusia :).
Kalau ada yang bertanya-tanya kenapa orang-orang pada berminat jadi toke (pengusaha) sawit, sementara harga TBS (Tandan Buah Sawit) itu murah?
Ternyataaaa, para toke itu bukan ngincer buahnya, guys, melainkan bibit unggulnya. Satu biji bibit unggul yang kecil mungil itu dihargai paling murah sepuluh ribu rupiah. Kalau ada harga di bawah itu, berarti bibitnya kurang unggul.
Gimana, berminat jadi toke sawit? hehee
Kenapa Harus Berkunjung ke Musperin 2?
- Pemandu yang Informatif dan Edukatif. Semua informasi yang saya tuliskan ini berdasarkan yang saya dengar dari pemandu. Kalau sudah pemandu yang bilang berarti informasinya valid. Saking lengkapnya informasi, kalau saya tuliskan semua bisa berjilid-jilid deh kayanya
- Ruang demi ruang yang bersih dan terawat dengan baik. Semua koleksi tertata apik dan estetik.
- Musperin 2 punya koleksi dan hasil dari budidaya semua jenis perkebunan berikut terlampir informasi lengkap apapun tentang perkebunan di Sumatera Timur
- Melihat lift surat yang ada di lantai 1
- Musperin 2 menjadi ikonik dengan adanya lonceng legend pertama di Sumatera Utara yang masih aktif berdenting setiap jamnya. Dulu dentingnya terdengar sampai puluhan kilometer. Seiring bertambuhnya kota dengan munculnya gedung-gedung tinggi ditambah polusi suara, dentingnya hanya terdengar pada jarak 1KM saja. Usahakan untuk mendengarkan langsung saat loncengnya berdenting, ya. Sensasinya beda 🙂
- Dari Musperin 2, kita jadi tahu bahwa Sumatera Timur pernah berjaya dengan potensinya di sektor perkebunan, khususnya tembakau deli, karet, sawit, kopi dan teh. Dengan pengetahuan ini, bisa menjadi motivasi kaum muda untuk kembali menghidupkan potensi yang sama dengan cara yang lebih modern dan inovatif.
- Dengan berkunjung ke Musperin 2, secara tidak langsung kita ikut menjaga kelestarian bangunan tua bersejarah sebagai cagar budaya. Dengan dijadikannya museum, gedung ini jadi terawat dan tidak terbengkalai
- Adanya sebuah coffeshop Avros yang tersambung ke gedung museum. Ngga perlu khawatir lapar atau haus
- Lokasi strategis, terletak di pusat kota dan dekat dengan landmark kota lainnya yang bisa saling dikunjungi dengan berjalan kaki
Alamat dan Jam Operasional Musperin 2
- Jl. Pemuda No.10, AUR, Kec. Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara 20151
- Jam Operasional Senin s/d Minggu (09:00-17:00)
- HTM 25K (Lokal) & 35K (Mancanegara)
Keren banget jalan2 sambil belajar sejarah ya kak Suci. Aku jadi nagih nih pengen ikut Jalan2 sm Blog M lagi
Betul, mungkin bisa direncanakan ke musperin 1 biar lengkap ya, kan, hehe
kalau baca tulisan ini semacam dapat rangkuman perjalanan, dan jadi pengen ngerasain sendiri pengalaman berkunjung ke MUSPERIN 2
Wah Terima kasih ulasan nya kak. Sangat informatif & membantu
Sama-sama Kyo, terima kasih sudah mampir 🙂
Iya, bang
Ini juga karena guide nya informatif dan edukatif sekali…
Wah serunyaaa. Sebagai pecinta museum aku seneng banget kalau bisa ikutan kegiatan kayak gini. Dulu terakhir ke Medan mau mampir ke Tjong A Fie aja nggak sempet. Eh ternyata ada Musperin pula dengan koleksi yang menarik banget.
Itu yang sidik jari, jadi kebayang zaman dulu kalau mau cap ijazah hahaha. Btw, kalau di Palembang ada komunitas yang biasa ngajak jalan kayak gini. Seperti Palembang Tour Guide atau Klub Heritage Walk. Kadang lama tinggal di kota sendiri nggak menjamin bikin lebih kenal sama kota sendiri. Nah kegiatan kayak gini salah satu upaya untuk makin mengenal.
Semoga nanti pas aku main ke Medan kegiatan serupa pas diselenggarakan ya.
Bener, kak. Seringnya malah belum eksplor daerah sendiri yaa…
Aamiin, smoga bisa kopdar sesama blogger ya, kak
Siaaap. Ditunggu juga kehadiran temen-temen dari Medan ke Palembang 🙂
Koleksi di museum yang apik tertata.
Dan asiknya nih kekinian, gak gelap.
Walau belum pernah ke sana, baca ulasannya kak Suci jadi dapat khasanah baru, khususnya soal Sumatera Timur dan biar gak penasaran TKP langsung ke Musperin bakal seru ya hehe. Ada coffeshop pula
Museum sekarang ngga membosankan sih… seru aja eskplor sejarah masa lampau
Seperti lagu hujan bukan jadi penghalang jalan-jalan ke museum ya, Mbak heheh.
Apalagi museumnya keren-keren saya sendiri suka ke museum. Sekian lihat koleksinya juga belajar sejarahnya.
Dan ternyata dalam bibit sawah, peran Tuan Kadi sangat berpengaruh ya Mbak. Dan say baru tahu, kalau toke itu bukan mengincar buahnya, tapi bibit sawitnya yang mahal.
Jadi cemana? Tertarik jadi toke sawit, mas? hehe
Saya sudah ke Tjong A Fie. Tempat yang mengesankan apalagi saat mengingat bagaimana sejarah beliau datang ke Sumatera, mengembangkan bisnis, kemudian berbaur dengan warga lokal, hingga menjadi salah seorang warga pendatang yang disegani di Sumatera Utara.
Yang MUSPERIN ini saya belum pernah kunjungi. Tapi lihat foto2 dan uraian Suci, tampaknya menarik banget. Kapan ke Medan ini bakal jadi list terdepan pokoknya. BTW, saya merinding baca lonceng legenda itu. Seandainya masih bisa beroperasi dan dipasang di pusat kota Medan, akan seperti apa ya serunya?
Deket bangeet bangeeet sama Tjong A Fie dan Tiptop, Bu… Bisa sekali jalan, deh.
Kapan ke Medan lagi, kabarin ya, Bu… 🙂
Ternyata, seru banget ya isi museum ini. Asyik deh jalan-jalan sambil nambah wawasan
Betul, mbak. Museum sekarang sudah menyenangkan
kirain orang beneran taunya patung, hehhe
dan musperin ternyata singkatan dari museum perkebunan indonesia
keren ya?
Warisan budaya kita ternyata begitu kaya
Penting banget membuat tulisan2 terkait agar kita jangan lupa untuk merawatnya
Betul, Ambu. Dengan tulisan semua jadi berjejak dan sebagai pengingat untuk kita semua
Beruntung nih warga Medan bisa menikmati adanya Musperin. Saya yakin kalo dibangun di kota-kota lainnya alias ditambah pasti bakalan lebih seru ya Mbak Suci.
Iya, kak. Palagi perkebunan selalu ada di tiap daerah yaa
Asik banget heritage walking tournya, dua tempat bersejarah wajib masuk list ini kalau ke Medan. Penasaran sama Museum Perkebunan Indonesia juga…
Iya mbak, Kalo ke Medan sempetin berkunjung ke dua museum ini, deket banget soalnya
Seru banget kegiatannya, Kak. Apalagi bareng blogger-blogger Medan yang keren-keren. Eh Btw, ada berapa banyak blogger tuh, Kak? Ramai banget. Pokoknya pastinya asik, bisa belajar sejarah perkebunan di Indonesia.
Anggotanya ratusan, kak… tapi udah banyak yang pindah luar kota tapi masih tetep komunikasi 🙂
Kelamaan tinggal di kota sendiri tidak menjamin kita mengenal kota tersebut. Komunitas jalan-jalan seperti ini juga ada di Kota Bandung. Sayang sekali karena kesibukan satu berlanjut dengan kesibukan berikutnya, masih belum sempat juga ikut agenda yang menarik ini.
Iya, kak. Harus ketemu waktu yang tepat supaya semua bisa ikut serta. Maklum udah pada punya urusan masing2 ya, hehee
Kalau mau ada guidenya pas ke Musperin, harus ada S & K-nya kah?
Misal, hadir rombongan dan di jam yang telah ditentukan..
Karena belajar sejarah ini menarik banget buatku. Beneran jadi memahami sebuah budaya, bahasa dan masa lalu yang mewarnai secara mendalam.
Ngga, teh. Bayar HTM udah termasuk jasa guide, plus dapet sovernir, hehe
Aah…sukaaa…
Jadi paham sejarahnya yaa..
Museum ni merupakan destinasi wisata sejarah yang mengasyikkan kalau menurut saya. Saya jadi tahu sejarahnya sebuah daerah. Lebih bagus lagi kalau ada guidenya ya kak
Iya mbak, selalu ada guidenya kok disini….
Tadinya bingung baca perkawinan sawit hehehe ternyata ini cerita sejarah ya,,,bagus banget .
hehee, gemes yaa, sawit aja pake tuan kadi