Kota Tua Pulo Brayan Bengkel – Selain Brayan, Pulo Brayan atau Pulau Brayan, ternyata ada daerah Brayan lainnya bernama Pulo Brayan Bengkel. Nama daerah tersebut baru saja saya dengar justru bulan lalu (kemana saja selama ini?)
Sejarah Penamaan Pulau Brayan
Seperti kita ketahui bersama, penduduk asli kota Medan adalah etnis Melayu. Pun begitu, penamaan Pulau Brayan berasal dari Bahasa Melayu yaitu dari kata pulau dan berayun. Apabila digabungkan, Pulau Berayun maknanya menceritakan kalau dahulu perdagangan di wilayah ini menggunakan transportasi air melalui kapal-kapal yang melintasi antar daerah.
Dengan lalu lintas yang sibuk itu, arus air sungai membawa material pasir dan lumpur yang kemudian mengendap membentuk pulau kecil yang semakin lama semakin meluas. Endapan itu kemudian ditumbuhi semak belukar yang berayun-ayun pada arus air menyerupai pulau yang berayun. Pulau Berayun itulah yang sekarang lebih dikenal dengan Pulau Brayan.
Konon, Pulau Brayan dahulu dipimpin seorang Datuk Panglima Hali , seorang Karo bermarga Tarigan yang putrinya dipersunting oleh Guru Patimpus. Kemudian bersama-sama mendirikan sebuah kampung bernama Medan Putri tanggal 1 Juli 1590. Kampung tersebut kini kemudian berkembang menjadi sebuah kota Medan.
Related Post: Tjong A Fie Mansion, Bukti Sejarah Saudagar Kaya di Medan
Pulau Brayan Bengkel
Merupakan sebuah kelurahan di kota Medan Timur. Disebut Brayan Bengkel sebab disinilah keberadaan bengkel kereta api di stasiun Pulu Brayan bernama Balai Yasa Pulu Brayan, tempat reparasi, merakit dan merawat armada KA.
Selain bengkel, para karyawan PT. KAI kala itu dari mulai pangkat tertinggi sampai terendah berdiam di wilayah ini. Menempati rumah-rumah yang disediakan perusahaan dengan beragam ukuran dan desain menyesuaikan jabatannya.
Kota Tua
Kawasan Pulo Brayan Bengkel memiliki nilai sejarah yang sarat makna khususnya bagi warga Medan. Di tempat inilah awal mula berkembangnya alat transportasi kereta api di Sumut. Saat ini, di kawasan ini masih berdiri sejumlah bangunan tua seperti menara air, gudang, mess dan beberapa rumah dinas mantan karyawan PT KAI.
Seiring perkembangan jaman, bangunan-bangunan tersebut ikut termakan usia. Ada yang terbengkalai, ada yang direnovasi tapi ada juga dibiarkan seperti aslinya.
Memasuki kawasan ini seperti menelusuri sebuah kota tua yang punya banyak cerita. Deretan bangunan kuno peninggalan Belanda berdiri tegak diselingi oleh beberapa bangunan baru yang dihuni warganya.
Penggemar potografi, penikmat bangunan tua dan juga sejarahnya akan sangat terpana dan begitu menikmati saat-saat melewati deretan bangunan-bangunan ikonik tersebut.
Deretan bangunan tua ini mengingatkan saya akan kawasan kota lama Semarang yang saya kunjungi saat traveling di sela-sela dinas kantor tahun lalu. Sayang sekali waktu yang sempit ngga memungkinkan saya untuk meet up dengan salah satu rekan saya Mbak Wati, Blogger Semarang yang baik dan ramah bener deh orangnya :).
Salah satu bangunan tersebut adalah Balai Yasa (BY), merupakan istilah dalam perkeretaapian Indonesia yang merujuk pada tempat yang digunakan untuk perawatan besar sarana perkeretaapian.
Bangunan ini berada di Jl. Ps. Pulo Brayan Bengkel, berdiri pada masa kolonial Belanda yang saat itu menjajah Indonesia. Diprakarsai oleh perkebunan tembakau Deli Maatschappij yang perkembangannya begitu cepat sejak pertengahan abad ke-19.
Perkembangan hasil tembakau itu tidak diimbangi dengan pengangkutan yang memadai. Untuk mempermudah pengoperasiannya, tanggal 28 Juni 1883, Deki Maatschappij membentuk perusahaan sendiri.
Di sisi timur Halte Pulu Brayan dibangun sebuah Central Werkplaat (Bengkel Pusat) atau kini dikenal sebagai Balai Yasa Pulu Brayan.
Related Post: Gedung Estetik di Kota Lama Semarang
Berikut Beberapa Bangunan Tua di Kawasan Pulau Brayan Bengkel
Balai Yasa Pulubrayan
Menurut Meijer dalam bukunya De Deli Spoorweg Maatschappij menyebutkan bahwa keberadaan Balai Yasa Pulu Brayan adalah untuk perawatan lokomotif, kereta, dan gerbong. Bahkan memungkinkan juga guna perakitan baru sarana perkeretaapian sampai dengan saat ini.
Sayang, saat berkunjung, saya ngga punya akses untuk masuk ke dalam bangunannya.
Menara Air Ledeng
Salah satu bangunan tua yang paling menarik perhatian saya saat pertama kali berkunjung ke Brayan Bengkel. Sumber dari warga setempat, bangunan ini dulunya adalah sebuah menara air ledeng. Pun begitu, saya belum menemukan sumber informasi tertulis yang lengkap tentang bangunan ini. Dari penampakannya, bangunan ini masih terjaga keasliannya, ya.
Perumahan Karyawan
Aktivitas paling menyenangkan bagi saya ketika mengunjungi suatu kawasan baru adalah menyusuri deretan bangunan tua peninggalan Belanda. Disini, beberapa bangunan masih sangat terjaga keasliannya. Sebagian dihuni, tapi banyak juga yang rusak terbengkalai.
Memasuki gang satu ke gang lainnya, meski harus rela dikejar-kejar anjing, hahaa. Padahal kita cuma mau ambil gambar doang.
Stasiun Pulu Brayan
Masuk kawasan stasiun, mengingatkan saya akan ibu kota Jakarta dengan hiruk pikuk transportasi KA yang menjadi andalannya. Bedanya disini terlihat sepi dari lalu lintas si ular besi.
Tapi, disore hari pemandangan di area stasiun ini juara. Sayang, sedang ngga ada satupun armada yang melintas ataupun berhenti.
Aula Persatuan Wanita Kereta
Dua gandeng bangunan berwarna kuning terang dengan aksen hijau dan lukisan kaligrafi pada bagian depannya ini adalah sebuah yayasan. Menurut sumber, dulu bangunan ini merupakan sebuah aula pertemuan untuk ibu-ibu / istri dari para karyawan PT. KAI
Mess Bundar
Bangunan tua lainnya yang masih terjaga keasliannya adalah Mes Bundar. Sayang, keseluruhan area ini dipagar dengan seng yang tinggi yang hanya menyisakan pemandangan atapnya saja, sehingga ngga memungkinkan untuk mengambil gambar secara utuh.
Jika boleh berandai-andai, kawasan ini diberdayakan menjadi sebuah kawasan wisata sejarah, bukan tak mungkin akan berkembang dan menjadi salah satu ikon wisata di kota Medan. Wisata, kan tak melulu sebuah pantai, taman ataupun alam. Bangunan tua sarat sejarah pun bisa jadi destinasi berupa wisata minat khusus.
Konon katanya beberapa tahun lalu, banyak wisatawan asing baik mandiri maupun menggunakan travel berkunjung ke kawasan ini untuk menikmati ikoniknya bangunan-bangunan tua di walayah Pulo Brayan Bengkel.
Saya yang mendengarnya saja ikut bangga dengan adanya kunjungan wisatawan asing yang sengaja datang hanya untuk melihat bangunan tua. Bayangkan kalau wilayah ini dikemas sedemikian rupa, berikan edukasi dan sosilisasi pada warganya, saya yakin akan begitu banyak dampak positif baik bagi kota Medan, khususnya bagi warga setempat.
Semoga jadi perhatian…
Seru banget kakak sudah menjelahi banyak tempat di sekitaran Brayan Bengkel. Padahal kalo memang mau cari tahu bisa dapat info sebanyak ini ya,kak. Keren beragam informasinya nih, jadi pengen menelusuri juga deh.
Kalo ambil gambarnya jago wiih keren tuh bangunan2 nya…
Akupun baru dengar dek Pulo Brayan. Apalagi kakak jarang pulang ke Medan. Ada bangunan Belandanya, hmmm….bangunan penuh sejarah ya. Semoga ketika ke Medan nanti kakak bisa berkunjung kesana
Kapan ke Medan bareng kita kesana kak, hehee
Banyak bangunannya yang seperti sudah tidak terawat ya Ci. Warna bangunannya sudah luntur dengan dikelilingi oleh tanaman liar yang tidak dipangkas. Padahal sebenarnya, kalau area kota tua ini diurus dengan baik, bisa menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang bagus untuk dikunjungi. Catat ah. Kapan ke Medan pengen ke sini.
Tapi suci suka bangunan tua yang catnya sudah luntur2 bu, asalkan masih terawat. Kelihatan natural aja gitu meksi rada horor.
Tapi kalau terbengkalai udah pasti luntur2.
Ibu kalo kesini pasti suka, deh… beburu foto
Namanya unik banget ya Kak Pulo Brayan Bengkel, ternyata sejarah penamaannya juga menarik ya, dan saya pun baru denger kali ini nama Pulo Brayan Bengkel ini. Dan ternyata ini kota tua yang indah ya, banyak bangunan Tempoe Doeloe tapi semua tampak masih terawat dengan baik ya.
Iya, kak… sejarah namanya yang bikin unik ya. Begitulah orang Melayu, selain pandai berpantun, pandai juga cocokologi, hehe
Ternyata Kota Tua Brayan Bengkel ini ada di Medan. Ada sejarahnya juga kota tua ini dan penamaan Brayan Bengkel. Memang lihat dari bangunannya khas zaman dulu, khas dari zaman Belanda sepertinya ya.
Iya mbak, semuanya ada sejak jaman penjajahan
Pengennnn….banget ke Medan
Untunglah ada Mbak Suci yang rajin nulis tentang Medan, sehingga keinginan ini sedikit terobati
sayang kota tua-nya kurang dipedulikan ya?
Padahal walikotanya kan mantu Jokowi yang katanya rising star
Hehehe maaf komen di tepi jurang
Hehe, menarik Komennya Ambu.
Pulau Brayan Bengkel ini unik sekali.. hunting foto vintage dan Karena ka Suci orang Medan, jadi bisa tau sejarah bangunan tersebut.
Informatif buatku yang rindu Medan.
Kalau rindu harusnya ketemu, Teh… 🙂 SINI DATANGGGGGG HIHI
Main ke Medan lah, Ambu…
Bangunan-bangunan tua peninggalan penjajah kalau dirawat jadi tempat yang cantik untuk swa foto ya mbak, semoga Pemda disana lebih concern untuk menjaga situs sejarah.
Aamiin, harapannya begitu mbak. Kontribusinya utk masayarakat setempat pasti gede klo lokasi ini jadi destinasi
Seru banget ya kak berwisata ke kota tua di Pulo Brayan Bengkel…. Pasti sensasinya beda. Suasananya tampak ayem, tentrem dan damai ya… Penasaran n ih pingin ke sana…
Iya, dok. Penyuka wisata sejarah atau fotografi pasti suka deh kesini
Karena berayun-ayun di sungai, jadilah menginspirasi menjadi nama Brayan.
Siip setuju kali kak daku, kalau ini dikelola dengan baik, misal di cat ulang bagian rumahnya bisa nih jadi destinasi pilihan
Aamiin, harapannya begitu mbak. Poensial nih sebenernya
Bangunan tua peninggalan Belanda sebenarnya gak hanya hanya vintage tapi juga cantik kalau dirawat ya mba. Bisa jadi tujuan wisata kota tua. Di kotaku juga ada khusus kawasan bangunan jaman dulu gitu. Tapi disayangkan sebagian kurang terawat dengan baik.
Betul, banyak yang terbengkalai. Padahal potensial bangeet ini
Iya kyknya kalau wisatawan asing tu malah suka bangunan2 tua bersejarah ya, gak perlu obyek wisata yang dicat warna warni gemerlap, hihihi.
Baru dengar soal kota tua di Pulo Branyan ternyata erat kaitannya dengan sejarah perkeretaapian di kawasan sana yaa.
Iya mbak, disini pusatnya “bengkel” kereta api makanya disebut Brayan bengkel
Akupun baru tau kalau ada Pulau Brayan …ini termasuk yg harus dikembangkan ya mba banyak sejarah nya juga .. rumah yg ada bacaan fotocopy nya unik juga .
Yang di belakang fotokopi itu menara air ledeng mbak. Masih kokoh banget
Kayanya agak disayangkan ya jika tempat yg sarat akan sejarah seperti kurang perhatian, apalagi di brayan bengkel ini bangunan2 tua ataupin situs sejarah lainnya pernah menjadi pusat Perniagaan dan pertransportasian kereta api. Jika dikelola maksimal bisa menjadi destinasi lebih menarik lagi tentunya
Harapannya begitu mbak, potensial bnget untuk jadi destinasi
Selalu suka saya dengan kota tua seperti Pulau Brayan Bengkel ini. Setuju jika ada wisata ke bangunan-bangunan kunonya seperti di Kota Tua Jakarta tentu akan menarik minat wisatawan. Juga, sebaiknya ada program restorasi untuk kelestarian bangunan
Harapannya begitu mbak, kayanya pejabat terkait belum pernah jalan2 kesini deh makanya ngga tau kalo ada kota tua
Wah sayang sekali ya kalau bangunan kuno tidak terawat. unik juga ternyata sejarah di balik penamaan Pulau Brayan, ternyata pulau hasil endapan pasir. Keren ulasannya.
Makasih kak Adi, Smoga nanti main ke Medan yaa
suka takjub dengan bangunan-bangunan belanda jaman dulu yang masih gagah sampai sekarang, srsitekturnya juga khas banget. jadi harusnya dirawat betul supaya bisa jadi wisata sejarah untuk generasi selanjutnya
Harapannya begitu mbak, jado perhatian pemerintah terkait supaya jadi bermanfaat
Andai kakak berkunjung thn 90an, bangunan2 itu masih murni layaknya gmn zaman kolonial smp era thn 90an.. Bangunan Belanda di pulau brayan bengkel itu sgt bnyk, Pohon2 tua masih bnyk disana sini, nuansa, horor ya jgn tanya lagi. Sy dulu tinggal disana tp suasana tdk seramai sekarang.
Oiyaa kak? iya sih, sekarang ada yang kosong terbengkalai dan juga dijadikan tempat tinggal sehingga bentuk aslinya berubah…
Thx ya kak sudah mampir dan berbagi informasi 🙂