Waroeng El kadera, Rekomendasi Resto Nuansa Desa di Binjai
Waroeng El kadera, Rekomendasi Resto Nuansa Desa di Binjai – Setelah keliling Kabupaten Langkat, mari kita balik ke wilayah sebelahnya, kota Binjai. Dengar Binjai ingat apa kalian? Rambutan? Indra Jegel? Mak Beti? Pohon pisang atau si Paris Fernandes yang terkenal dengan jargonnya “salam dari Binjai”?
Iya, bener. Semua itu memang ikon kota Binjai yang paling banyak diingat orang-orang sampai sekarang.
Related Post: Uji Adrenalin Menyusuri Kolam Abadi Menuju Air Terjun Teroh-teroh
Binjai
Binjai adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Binjai terletak sekitar 22 km di sebelah barat ibu kota Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kota Medan. Sebelum berstatus kota, Binjai adalah ibu kota Kabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat (wikipedia)
Saya punya beberapa teman yang berdomisili di Binjai. Selain main ke rumahnya, biasanya agenda saya adalah bawa anak-anak main ke Binjai dengan naik kereta api. Kota Binjai satu-satunya wilayah terdekat di luar kota Medan yang punya stasiun dan KA penumpangnya beroperasi dengan baik serta jadi transportasi pavorit.
Berkendara atau naik kereta api, sama-sama memakan waktu 30 menit. Jadwal kereta juga banyak dan saat ini sudah pakai seat serta sudah melayani sampai malam. Keinget dulu sebelum pakai seat, naiknya mesti rebutan supaya dapat kursi. Temen saya sampe pernah berantem sama bapak-bapak karena rebutan kursi. Alhamdulillaah, dia menang, hahahah.
Sekarang pelayanan sudah semakin oke, sudah lebih santuy, lebih teratur dan manusiawi.
Anak-anak suka naik kereta, sebab di Medan moda transportasi ini sangat langka. Jadi kadang ke Binjai cuma karena mau naik kereta api doang. Sampe Binjai main sebentar ke Lapangan Merdeka, makan, udah abis itu pulang ke Medan.
Related Post: Naik Kereta Api Medan ke Binjai, Perjalanan Jadi Singkat dan Santai.
Selain moda transportasi kereta api, Binjai dikenal dengan pembangunan kotanya yang pesat. Kota yang dikenal sebagai penghasil rambutan ini merupakan sebuah kota transit yang diapit oleh dua wilayah besar. Kota Medan dan Stabat, Langkat. Sudah sewajarnya Binjai mengalami perkembangan yang cukup cepat.
Kulinernya juga beragam dan enak-enak. Tahu Walik, Es Campur Kalimantan, Mi Sop Baruna dan Pasar Kaget adalah beberapa kuliner yang paling dicari. Resto-resto terkenal di pinggir sawah dan ratusan warung lainnya yang ngga sanggup kalau disebutkan satu-satu disini.
Memang jalan-jalan ke Binjai itu cocoknya sekalian explore kulinernya. Biar pulangnya tanpa penyesalan, ceunah!
Waroeng El Kadera
Kali ini saya merekomendasikan sebuah resto yang lokasinya ada di pinggiran kota Binjai. Letaknya memang sedikit menjauh dan kurang mencolok kalau ngga beenr-bener diperhatiin.
Tepatnya berada di Jl. Tengku Amir Hamzah Dusun 3, Perdamaian, Kec. Binjai, Kabupaten Langkat. Nah malah udah keluar wilayah Kodya Binjai ngga, tuh?
Ya memang itulah sensasinya wisata kuliner ini. Pergi lapar, pulangpun harus lapar lagi 😀
El Kadera, dari namanya kalian kebayang Danau Toba? Sama! Tapi warung ini ngga ada sangkut pautnya sama Kaldera Danau Toba itu, apalagi mengandung legenda. Engga, ya…
Kata pemiliknya, Dr. Edwar, SpOG, Kaldera adalah singkatan nama mereka sekeluarga. Jangan ditanya karena saya sendiri lupa apa-apa aja kepanjangannya.
Iye, yang punya adalah seorang dokter rekanan adek saya. Kebetulan saya sempet diajakin meeting sama mereka dan berbincang sesaat sama Pak Dokter lalu keliling area resto untuk melihat-lihat. Gabutnya dokter emang beda, ya. Gabutnya bangun resto, hihii.
Dari area parkir sudah nampak kalau resto ini berdiri di sebuah lahan yang luas. Parkirannya aja lega. Area depan dan belakang diberi terusan berupa jalan setapak yang lurus dan estetik. Setiap sisiannya ditumbuhi tanaman hias pisang-pisangan. Sisi kanan kolam ikan, sisi kiri ruangan semi indor yang cukup luas memanjang.
Dalam ruang semi indor itu, diantara meja dan kursi jati, terpajang beberapa benda antik serta replika box telepon umum London yang berwarna merah, sepeda ontel, dll.
Satu hal yang saya suka dari resto ini adalah nuansa pedesaan yang kental. Di area yang luas banget ini terdapat banyak joglo, taman, rerumputan, kolam ikan dan di bagian belakang masih ada lagi joglo bertingkat serta rumah kayu.
Mereka punya banyak koleksi barang-barang antik di teras ruang VIP bagian belakang. Ada setrika arang, radio jadul, mesin jahit, koper-koper tua, mesin tik, sepeda ontel dll. Apa ngga makin terasa lagi pulang kampung ke rumah mbah kakung ngga, tuh?
Joglo tersebar di berbagai sudut dengan konsep yang unik. Menyerupai sebuah rumah semi terbuka dengan aksen daun jendela warna warni di dindingnya. Ngga butuh kipas apalagi AC kalau duduk disini, sih. Sirkulasi udaranya paling enak banget.
Dari sisi kanan bagian depan, sebuah pintu serupa gapura cina menembus jalan setapak yang tepiannya ditumbuhi tanaman hias dan pohon kelapa. Jalan ini menuju kolam ikan, tembus ke area toilet dan pentas musik.
Kalau di sisi kiri, sebuah lahan kosong ditumbuhi rerumputan. Mungkin bisa dipergunakan untuk area bermain bagi pengunjung yang membawa serta anak-anak. Di sudutnya berdiri sebuah tenda kecil lengkap dengan dua buah kursi portabel. Vibes lagi di bumi perkemahan. Apalagi di begian belakang, ada semacam hutan pinus mini lengkap dengan hammock-hammocknya. Di depannya ada playground.
Di tengah, ada sebuah jembatan merah membelah sungai. Ngga usah bayangin sungai musi, tapi boleh lah anggap aja ini versi mininya.
Pokoknya vibesnya macem-macem. Kalau lagi di ruang VIP berasa di museum, kalau lagi keliling-keling kadang berasa di ladang, di kolam, di bumi perkemahan dan di pedesaan.
Oiya, saat saya kesana, masih banyak pembenahan dan tambahan bangunan di beberapa sudut, jadi pemandangan sedikit terganggu dengan adanya material bangunan tergeletak disana sini. Kalau sudah beres dan finishing terus tanaman hiasnya semua udah pada tumbuh subur, dijamin resto ini semakin cantik rupanya.
Musolahnya bersih tapiiiii, ngga ada petunjuk arah kiblat. Plus mukena umum cuma ada sepasang. Mungkin selanjutnya boleh ditambah mukena umum, ya, Dok. Kali aja ada yang ngga sengaja singgah trus lupa bawa mukena, kan, ya.
Semakin banyak yang sholat di waroeng El Kadera, semakin banyak yang doa-doa yang melangit dari sini 🙂
Oiya satu lagi, jumlah toilet juga udah bisa ditambah. Kalau pengunjung lagi rame, kayaknya kurang memadai.
Beragam Pilihan Menu
Ragam olahan nasi jadi pilihan utamanya. Nasi goreng aja banyak turunannya. Sup, aneka seafood, udang bakarnya juara! Makanan berat aja diolah maksimal menjadi sajian spesial apalagi cuma indomi, gampang laah, yaa.
Selain makanan berat, Waroeng El Kadera menyediakan pula snack berupa kue basah dan asin. Aneka kopi dan minuman segar juga terpampang di daftar menu.
Harganya? no worry, masih ramah di kantong. Olahan makanannya juga enak-enak, kok, jadi Worth to pay
Rumah Kayu Waroeng El Kadera
Terakhir, kami dipersilahkan untuk melihat-lihat rumah kayu yang letaknya di area belakang. Rumah yang masih dalam tahap finishing ini sebagian besar dinding luar dan dalamnya terbuat dari kayu. Bukan hanya itu, perabot dan interior di dalamnya juga berbahan dasar kayu.
Sepertinya dokter ini penyuka kayu. Pasti parfumnya aroma wooden, deh.
Saat ditanya apa rumah ini disewakan seperti villa? Jawabnya, untuk penyewa resto Wareong El Kadera, misal ada nikahan nanti rumah ini bisa untuk tempat menginap keluarga mempelai.
“Kalian nanti kalo nikah disini aja, pesta kebun” Begitu penawaran Dokter sesaat setelah selesai meeting.
Oke, Dok. Tempat resepsi udah dapet, konsepnya juga udah oke, pake garden party, kan, ya. Tinggal nyari calon mempelai prianya aja, kok. 🙂
Kalian yang kebetulan mau ke arah Kuala Begumit, atau dari Giant Hill terus lewat sini, kalian singgahlah rame-rame serbu resto ini. Makanan enak-enak, harganya terjangkau, stafnya ramah-ramah, banyak spot foto, dan ada fasilitas karoke. Bebaslah kalian nyanyi disini.
Kalau nuansa pedesaan jadinya terasa lebih tenang karena adem. Apalagi ada garden party-nya juga, siapa tahu kan datangnya bareng keluarga bisa tuh mengadakan acara di sana
Betul, mbak. Smoga segera finishing dan tanaman tumnbuh subur semua, cakep deh itu
MashaAllah seneng banget ngeliatnya. Memang kalo punya lahan luas lebih baik dikaryakan seperti ini ya Ci. Dibangun jadi satu kompleks yang indah, lengkap, dengan sentuhan hijau yang melahirkan rasa adem, tenang, dan nyaman. Bikin tempat khusus untuk orang-orang yang mau menyepi, menghindar sementara dari keramaian atau kesibukan sehari-hari sembari menikmati kuliner dan oksigen. Semogalah nanti pas berkunjung ke Medan, saya bisa datang dan stay di sini.
BTW, dulu di masa SMP, saya sering ke Namu Sira Sira. Bagian dari Binjai. Nginap di rumah Om yang tentara. Dari rumah sering diajak pergi sama ajudan-ajudan Om untuk bermain di sungai dan menyusur banyak kebun sayur dan buah. Seringnya sambil nganyuh sepeda. Terkesan banget saya dengan Binjai.
Salam dari Binjai!! hahahaha. Suka nonton di youtube hahahaha.
Waah pernah ke Namo sira-sira y, Bu..
Selain pohon pisang dan rambutan, Binjai emang banyak Pantai (sungai padahal)
Cuaca kotanya enak, ngga panas banget tapi ngga dingin juga.
Slah satu kota rujukan kuliner dan wisata bagi orang Medan sekitarnya
Dokter kalao gabut ya…bikin resto dia kwkw, istimewa pula. dalamnya kayak museum, luarnya serasa di kebun. Pas banget buat reunian, acara nikahan atau healing sendirian dan pilih makanan kesukaan. Setuju kalau toilet dan mushola perlu lebih diperhatikan, apalagi ke depan sasarannya tempat ini untuk acara” kan
Benerr, musolah perlu digedein, mukenah ditamnbah begitu juga toiletnya.
Yaa memang seharusnya bikin tempat yang nyaman ya harus lengkap fasilitas yaa mbak
Ternyata seasyik itu wisata di Sumatera Utara
Selama ini cuma tau Binjay dari berita atau tentang rambutan Binjay
Ternyata ada tempat nongki asyik di sana
dengan kuliner sedap yang bikin ngeces
Terimakasih reviewnya Mbak Suci, saya serasa ikutan ke sini
Sama2 Ambu…. nanti main ke Medan yaaa
Berangkat lapar, yah kok pulangnya lapar lagi mbak.
Gabutnya dokter spesialis bikin resto. Bagus dan asri lagi.
Lha saya kalau gabut milih main game hehehe
Saya gabut malah lebih bagut mbak, hahaaa gabutnya bingung 😀
Nuansa di rumah kayu estetik, untuk bagian warung mungkin blm tahap finishing kali ya..
Tapi unik punya barang2 antik. Karena banyak tumbuh2an jg terlihat lebih asri
Berasa di kampung deh mbak, tapi emang iya sih lokasinya udah di pinggiran kota soalnya
Jadi tahu walik itu ternyata kuliner asal dari Binjai ya kak. Eh iya ruang VIP waroeng el kaderanya unik banget ada barang-barang jadoel. Jadi nambah estetikanya. Terus itu aku penasaran sama rasa seafoodnya kak, duh. ngiler
Udangnya enak bangeeet mbak, untuk orang jawa cocok deh karena maniss bumbunya
Kali ini entah kenapa pas baca artikel ka Suci berasa logat Sumateranya.
Tapi agak sedikit beda kalau ada “ceunah”nya, hihihi..
Seneng banget makan di waroeng El Kadera.
Mungkin karena milik keluarga yaa.. Jadi butuh masukan karena hanya “hobi” mungkin, tidak benar-benar murni bisnis.
Hihi.. maaf analisis sotoy karena tempatnya semenarik ini dan harganya sangat sangaaatt terjangkau.
Pak dokter gak gabut itu sih, malah sampe mikirin ada penginapan buat pengantin kalo pada bikin pesta di sana hihi, keren sih itu, visioner sekali. Jadi ingat ayah Ojak bapaknya ayu tingting, bikin resto juga kan. Mungkin bisnis kuliner memang sangat menjanjikan apalagi di Binjai udah makin terkenal dengan adanya mak Beti dll. Dulu temen asramaku ada yang dari Binjai, dia bilang Medan, mungkin supaya kami gak banyak nanya lagi kali ya dimana Binjai itu
Iya mbak, danau toba aja kami bilang medan saking malesnya jelasin yaa, hahaa orang medan males2 dong
Hahaaaa, ada pula ceunahnya ya, Teh…
Tapi dengan kalimat sebelumnya nyambung kan? hihiii
Wah konsepnya keren ya ala ala jadul desa gitu. Bisa jadi tempat yang layak dikunjungin nih kalau ke Binjai
Bener mbak, biar sekali2 makan di resto jadul ya
Unik banget resto ini ya. Mulai dari lokasinya yang agak masuk-masuk, namanya yang ternyata merupakan singkatan keluarga pemilik resto, juga ternyata resto ini bisnis sampingannya dokter kandungan. Tapi liat makanannya, bikin ngiler semua nih
Iya mbak, banyak spot foto lagi hehee
Masya Allah, cantik dan nyaman banget keliatannya Mbak. Tempatnya emang seluas itu ya. Bikin betah pengunjung. Saya hanya inget rambutan kalo nyebut Binjai.
Rambutan binjai emang terkenal seantreo Sumut mbak, tambah lagi pisang nyusul ngetop karena si salam dari binjai