jalan dan wisata

Taman Alam Lumbini Berastagi, Replika Pagoda Shwedagon

Taman Alam Lumbini Berastagi, Replika Pagoda Shwedagon

Taman Alam Lumbini Berastagi, Replika Pagoda Shwedagon – Aslinya, Pagoda Shwedagon berada di Yangon, Myanmar. Pagoda ini terkenal sebagai situs keagamaan umat Budha serta sejarah panjangnya. Di sini konon tersimpan beberapa relik inkarnasi sang Budha, Sidharta. Yang paling istimewa adalah delapan helai rambutnya yang sempat diberikan kepada dua pedagang bersaudara Tapussa dan Bhallika.

Taman Alam Lumbini

Teinspirasi dari Shwedagon, maka dibangunlah replikanya di wilayah Tanah Karo, tepatnya di Desa Barus Jahe, Dolat Rayat, sekitar 20 menit menuju Kota Brastagi, Sumatera Utara.

Related Post: Suatu Sore di Dope Berastagi Restaurant yang Cozy dan Estetik

Sama halnya dalam pemilihan nama juga terinspirasi pada sebuah taman tempat kelahiran sang Budha, Sidharta Gautama atau Buddha Sakyamuni (pendiri agama Budha).

Bangunan dengan tinggi 46.8 Meter, panjang 68 Meter, lebar 68 Meter serta luas keselurahan tiga Hekter ini rampung tahun 2010. Dua tahun kemudian, kami berkunjung dan diberi ijin masuk ke dalamnya.

Replika pagoda ini merupakan yang tertinggi di Indonesia dan di luar negara Myanmar, membuatnya tercatat dalam rekor MURI. Sama halnya di Yangon, dalam replika ini juga menyimpan beberapa relik sang Budha.

Emasnya Mengkilau dari Kejauhan

Ciri khas pagoda ini adalah warna keemasan yang mendominasi pada seluruh bangunan luar. Warnanya akan berkilau terang saat diterpa sinar matahari. Bahkan dari kejauhan, bangunan ini paling mencolok dibanding bangunan di sekitarnya. Kubah / stupanya yang menjulang itu sudah terlihat dari jalanan.

Jadi waktu terbaik untuk mendapatkan kualitas foto yang bagus ya pada saat matahari sedang terik-teriknya itu. Meski setelah itu kulitpun jadi gosong sempurna.

Tahun 2019, saya bersama rekan kerja melakukan touring dan kembali singgah ke Pagoda ini. Di siang hari yang sama teriknya.

Related Post: One Day Touring Tanah Karo

Beberapa waktu lalu, singgah lagi ke sini di waktu yang sama, tengah hari bolong juga. Ngga sengaja sih nyari waktu di siang hari, cuma kebetulan aja lokasi pagoda ini lebih dulu ketemu dibanding Kota Berastagi. Biasanya warga Medan kalau mau main ke Berastagi selalu berangkat di jam-jam setelah sarapan. Jam 9 atau lebih. Makanya suka kebetulan sampe di pagoda ya kurang lebih 1,5-2 jam berikutnya.

Desa Barus Jahe berada tepat di depan Tahura Bukit Barisan. Persimpangan dengan tanda sebuah tugu berbentuk buah jeruk, sering disebut tugu jeruk. Nah belok ke kiri. Sekitar 1 KM, di sisi kanan ada papan tanda jalan bertuliskan nama bangunannya. Masuk lah ke dalam melewati kebun strawberri dan kebun sayur lainnya. Dari jalan ini sudah kelihatan tuh kilaunya pucuk pagoda emas yang tinggi.

Menariknya, HTM tidak dipatok. Pengunjung boleh memasukkan nominal secara sukarela ke dalam kotak untuk bisa masuk ke wilayah pagoda. Hal ini memungkinkan setiap pengunjung memberikan kontribusi juga memungkinkan bagi semua kalangan masyarakat berwisata di Taman Alam Lumbini. Nice, yaa…

Daya Tarik Taman Alam Lumbini

Meskipun hanya sebuah tempat ibadah, tapi pagoda ini punya banyak daya tarik. Hampir setiap akhir pekan, pengunjung ramai berdatangan. Bangunannya saja sudah megah dan satu-satunya di Sumatera Utara. Berada di sini, mungkin bisa sedikit merasakan vibes di negara asalnya.

Banyak melihat biksu, suara-suara khas dari dalam pagoda, bunyi lonceng, suara orang sembahyang dan sebagainya.

Hanya saja, untuk bisa masuk ke dalam pagoda cuma bisa dihari kerja. Akhir pekan adalah waktunya mereka ibadah, jadi ada larangan masuk.

Tapi ngga perlu kecewa, sebab di area luar masih banyak yang bisa kita eksplor.

Pakai hanbok ala Korea

Kalian bisa kosplay jadi Eonni atau Oppa atau Ahjussi atau Hyeong dll dengan menyewa hanbok disini. Banyak stan tempat penyewaan hanbok yang juga sekalian menyediakan lengkap aksesoris dan properti pendukungnya. Ngga usah takut kehabisan.

Yakin sih pecinta drakor pasti ngga tahan kalo ngga nyobain pake hanbok disini, deh. Iya ngga,sih? 😀

Setelah itu, bisa dibawa ke pelataran untuk difoto. Kalau kebetulan mau gayanya diarahkan, boleh sekalian menyewa jasa fotograper. Nanti foto bisa langsung dicetak dan kita diberikan soft kopinya.

Tarif sewa hanbok mulai dari 20 ribu samai 60 ribu tergantung besar kecilnya baju dan motif serta bahannya. Lucu-lucu, loh 🙂

Swafoto

Kombinasi bangunan yang unik, megah dan estetik berpadu dengan eloknya alam disekitarnya udah paket lengkap untuk berfoto. Berada di dataran tinggi membuat pagoda ini dikelilingi perbukitan dan perkebunan yang menghijau sepanjang mata memandang. Kontras dengan kilau emasnya.

Banyak eyecatching spot dan tempat-tempat yang bisa dijadikan lokasi untuk berfoto. Seperti tepian dinding pada bangunan utama dengan ukiran-ukiran cantik berwarna emas, serta taman-taman bunga yang tumbuh subur. Pinter-pinter cari angle yang tepat aja.

Eksplore Taman

Terdapat banyak taman di sekeliling pagoda. Sebuah jembatan gantung yang panjang menjadi spot utama di sana. Sayangnya jembatan sedang tidak bisa digunakan sebab ada tulisan ditutup.

Di bawahnya, dengan menuruni puluhan anak tangga, ada taman dengan beberapa kolam ikan yang sudah kering. Lebih tepatnya sengaja dikeringkan. Patung-patung Budha ada di beberapa titik.

Sepanjang jalan menuju taman yang teduh oleh pepohonan besar, beberapa bangunan bekas kafe tampak kosong dan berdebu. Beberapa bagiannya tampak rusak dan lapuk. Sepertinya pagoda ini pernah berjaya pada masanya.

Tapi keseluruhan lingkungannya sangat bersih. Sampah dedaunan aja ngga ada sama sekali, loh. Padahal taman ini dikepung pohon-pohon rindang. Toiletnya juga bersih. Terbaik untuk petugas kebersihannya. Bikin pengunjung nyaman.

Fasilitas Lengkap

Layaknya sebuah objek wisata, tempat ini menyediakan fasilitas lengkap. Area parkir yang luas. Saking luasnya banyak pengunjung yang gelar tikar untuk istirahat dan makan-makan. Toilet juga banyak dan bersih, tempat duduk di banyak titik, toko sovenir, kantin dan jasa foto.

Tips Berkunjung ke Taman Alam Lumbini

Temen-temen jangan pakai alas kaki atau heels yang licin ya, sebab pelatarannya berlantai mulus. Kalau berkunjung siang hari, pakai sunblock yang tebal, bawa kaca mata hitam dan pakai pakaian yang nyaman berwarna cerah.

Oiya satu lagi, meski biaya masuknya sukarela tapi jangan pelit-pelit ngasinya yaa, hehe. Anggap diri sendiri sebagai pengelola supaya bisa memberikan nominal yang pantas. Jaga kebersihan. Yang udah bersih jangan dikotori yang sudah kotor jangan tambah dikotorin. oke, bos!!!

Terakhir, hargai perbedaan, taati aturan dan jaga attitude dimanapun berada, terlebih ketika sedang berada di rumah ibadah.

Berarti saya sudah tiga kali berkunjung ke Taman Alam Lumbuni. Nampaknya akan ada yang keempat sebab belum ngerasain jadi Eonni pake hanbok dan pegang payung. Cocok kam rasa? Bungkuss…hahaha

Galeri Foto

22 tanggapan untuk “Taman Alam Lumbini Berastagi, Replika Pagoda Shwedagon

  1. Menarik ya. Karena sebuah bangunan ibadah berasa di lingkungan public space yang dikonsep menjadi destinasi wisata. Hanya 20 menit menuju Berastagi. Oke banget.

  2. Bagus-bagus dong fotonya, emang waktu terbaik untuk berfoto, apalagi di tempat yang indah kayak gini, adalah pas siang hari ketika matahari sedang terik-teriknya. Apalagi kalau bisa pakai baju-baju yang lucu buat dokumentasi ya, matching sama alamnya

  3. Wah kalo aku sih cepet2 pakai Hanbok dulu baru setelah itu keliling kemana-mana sambil motret dan dipotret. Karena jarang-jarang kan bisa begitu. Apalagi, kalo lihat dari foto-foto Suci, tempat wisata ini banyak banget sudut estetik dan uniknya. Keren maksimal kalau dinikmati dengan berkonstum khas Korea itu.

    Langsung catat ah. Mana tahu ada rezeki balik ke Medan.

    1. Suci juga nyesel bu kemaren ngga nyobain hanbok, ya kali masa kesana utk yang ke 4 kali yaa, haha. Bole juga nti bareng ibu klo ke Medan yaa hehe

  4. Cakep, ya. Aku kok belum pernah baca tentang Buddha di tanah Karo, ya. Memang banyaklah umat Buddha di sana? Pernah ke Pulau Kamaro di Palembang. Kalau di sana, ada sejarah perkembangan umat Buddha. Menarik buat dicari tau sepertinya.

    Berastagi itu kelewat kalau mau ke Toba, ya? Semoga ada kesempatan lagi ke sana dan singgah.

    1. Mayoritas Kristen Karo kalo di Tanah Karo mbak, bisa jadi ada salah satu umat yang mewakafkan tanahnya utk rumah ibadah.
      Btw, Danau toba dan Berastagi itu sebenernya beda arah. Tapi bisa aja kalo mau lewat dari keduanya cuma harus muter dan lebih jauh jaraknya
      Aamiin,lekas berkunjung ya, mbak 🙂

  5. Wah, udah ada penyewaan hanbok ya mbak. Kami sekitar 7 tahun yang lalu waktu masih stay di Medan juga sempat berkunjung ke taman alam lumbini ini. emang cakep banget.

  6. Kreatif banget, tempat beribadah bisa juga untuk wisata
    Seperti salah satu kelenteng di Pecinan Bandung
    Saya pingin banget ke sini dan pakai hanbok, hehehe
    Udah lama penasaran pakai hanbok,

    Jadi idea bagus nih, berwisata sekalian berpotret pakai hanbok

  7. Kunjungan yang ke empat nanti ke taman alam lumbini, aku ikut mbak……… hehe
    Asyik ya tempatnya, gpp lah gosong dikit kulitnya, asal dapat foto yang bagus di tengah hari. Eh kan udah pakai sunblock, aman lah ya mbak.

    Apalagi biaya masuknya juga suka rela, tapi bener, jangan pelit-pelit lah ngasihnya

  8. Unik banget. Replika pagodanya seperti di Myanmar. Tetapi, bisa pakai Hanbok kayak lagi di Korea hehehe. Perlu dicatat nih waktu kunjungannya. Apalagi kalau ingin masuk ke dalam pagoda. Meskipun terbuka untuk umum, tapi tetap harus menghormati yang beribadah

  9. Tetap senang kalau ke Taman Alam Lumbini Berastagi pasti ya mbak
    Sebab aku sendiri juga merasa bangunannya otentik dan cukup indah dan megah
    walau poto di depan pagoda dengan cuaaca terik ga masalah
    tapi emang harus siap sedia buat lulurin sunblock hehee

  10. Seru juga, kalo orang ga ngeh pasti kira lagi foto di Pagoda aslinya di Myanmar hehe. Semoga selain menjadi tempat ibadah, Pagoda ini bisa menjadi destinasi wisata utk masyarakat dan berkembang lebih besar lagi.

  11. Cantik sekalii.. Taman Alam Lumbini Berastagi.
    Pagodanya guedee yah.. dan kuning.
    Sangat cantik dan mestinya kalau hari besar dijadikan tempat ibadah yang sakral yaah..

Tinggalkan Balasan