Pantai Arofan Simalungun, Berasa di Private Beach – Sebagian Perairan Danau Toba di Sumatera Utara memang masuk dalam teritori milik Pemkab Simalungun, sebagian lagi ada di Kabupaten Toba. Banyak warganya yang punya kepemilikan atas tanah di sekitaran perairan tersebut. Nah, mereka ini bisa dibilang saudagar kampung atau para tuan tanah yang memanfaatkan lahan tersebut untuk dijadikan objek wisata, dimana target pasarnya adalah warga kampungnya sendiri.
Oiya FYI ya teman-teman, di Sumatera Utara, penamaan untuk objek wisata yang ada air-airnya meski itu sungai atau kolam itu biasa disebut dengan “Pantai” atau “Pante”. Meskiiiiii ada juga sungai yang benar-benar disebut dengan sungai. Jadi, mana tau diantara teman-teman luar Sumut datang ke Medan dan sekitarnya terus diajakin warga setempat main ke pantai tau-tau nyampenya ke sungai, ya jangan kaget, ya. Pokoknya sebelum nyampe jangan berekspektasi apa-apa dulu, hahaa
Nah, di sepanjang perairan Danau Toba yang bergaris warna abu tebal itu lah berderet objek wisata yang semuanya berkonsep sama. Yup, wisata keluarga ini hanya namalah yang membedakan antara satu dan lainnya. Jadi, kalau ada yang bertanya enaknya di pantai mana? Semuanya sama, dah. Kalau bingung, pilih saja yang lebih sepi karena biasanya akan lebih bersih dan lebih nyaman.
Pantai Arofan Berasa Ada di Private Beach
Salah satu dari banyak pantai itu bernama Pantai Arofan yang terletak di Desa Togu Domu Nauli, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Sekitar 45 Menit dari Kecamatan Sidamanik yang merupakan daerah objek wisata berupa hamparan perkebunan teh. Kalau sudah tiba di pertigaan GKPS Tigaras, seluruh deretan pantai di garis abu tebal itu ada di sisi kiri (belok kiri), Nah pantai Arofan bisa deh kayaknya dikategorikan private beach, sebab ini adalah satu-satunya objek wisata yang terletak di sisi kanan.
Related Post: Tempat Wisata di Sidamanik
Dari pertigaan itu, kita masih harus melewati jalanan kampung sepanjang kurleb 3KM dengan akses yang sangat-sangat buruk. 20 Meter kubangan, 20 Meter lagi bebatuan, 20 Meter tanjakan bebatuan, 20 Meter lagi turunan tanah liat bercampur batu yang kalau abis hujan pasti licin. Begitulah gambaran akses sepanjang itu. Jalanan yang sebenarnya sudah diaspal itu nampaknya kalah dengan gerusan air hujan dan beberapa aliran air terjun mini yang muncul dari perbukitan. Yang tersisa hanya bebatuan ukuran sedang menyembul dari tanah jalanan. Kebayang yaa sensasi saat melewatinya.
Tiba di kawasan pantai, kita masih harus uji nyali dengan menuruni bukit berliku yang curam luar biasa. Ya maklum, kawasan pantai ini ada di bawah perbukitan. Tentu saja aksesnya dibuat berliku seperti jalanan pegunungan pada umumnya supaya kendaraan mampu turun tanpa meluncur dan lebih kuat mendaki. Mamak saya lebih rela ngos-ngosan jalan kaki saat turun ataupun mendaki karena nyalinya ngga kuat. Kalau turun takut kendaraan nggelinding, kalau naik takut mundur katanya, hahaa…
Keunggulan Pantai Arofan ini adalah dia satu-satunya objek wisata yang ada di desa ini dan letaknya jauh dari pemukiman penduduk. Sehingga pengunjung disini sama sekali ngga terganggu sama aktifitas pengunjung pantai tetangga sebelah. Otomatis suasana lebih aman dan jauh lebih nyaman. Selain rapih dan bersih, pantai ini juga bebas dari hewan peliharaan penduduk yang berkeliaran.
Senja yang Indah, Berlanjut Dengan Barbeque Berjamaah
Menginap di Pantai Arofan memang sudah jadi rencana keluarga besar kami jauh sebelum ramadhan. Qadarullah terlaksana malah setelah lebaran. Tiga keluarga besar yang layaknya ditampung di 4 kamar, harus rela berdesakan macam pengungsi pada dua kamar cottage dan 1 reguler, sebab seluruh kamar telah Fully booked. Tadinya sih dilarang overload, tapi pengelola pun tak berdaya lagi melarang. Alhamdulillah, waktu check-out tak ada biaya tambahan apapun. Malah dikasi bonus ambil mangga sepuasnya di pohon. “The power of Warga Setempat”, hahaa
Sebelum lebaran dan beberapa hari pasca lebaran, cuaca di Simalungun memang selalu hujan di siang hari dan biasanya reda di malam hari. Pun begitu di hari keberangkatan, karena sebagian ada yang sudah masuk kerja membuat waktu check-in molor sampe sore hari. Untungnya sore itu hujan mulai reda dan kami berkesempatan menyaksikan matahari terbenam di pinggir pantai meski tak terlalu sempurna. Malamnya sempat kembali gerimis, tapi reda setelah isya dan pengunjungpun mulai beraktifitas. Apalagi kalau bukan barbeque berjamaah….
Iya berjamaah, sebab semua tamu dari sekian puluh kamar itu kegiatan wajibnya adalah bakar-bakar dan karaokean di pinggir pantai. Kebayang, ya? Itu suasana udah kaya foodcourd dengan segala macam lagu serta aroma masakan, segala gorengan, indomi dan bau bakar-bakaran. Ada ayam, aneka ikan, sate, jagung, bakso bakar dsb.
Pengelola hanya menyediakan peralatan barbeque saja. Sementara untuk arangnya, alat makan dan peralatan memasak dipersilahkan untuk membawa sendiri. Jadi jangan heran kalau kita lihat hampir semua tamu termasuk kami, selain bawa speaker juga pada bawa kompor sepaket dengan tabung gasnya, wajan, dandang, sutil, piring, cangkir, termos dll. Mungkin kalau bisa bawa rak piring, bisa jadi dibawa, hahaa. Pokoknya dapur rumah dipindahin.
Oiya speaker itu fungsinya selain untuk karaokean, juga sangat membantu untuk memanggil anak-anak yang bablas renangnya sampe ke tengah-tengah danau. It works, hahaa. Seru, kan…
Saking serunya menyantap ikan bakar sampe pada lupa fotoan…
Sunrise Terhalang Mendung
“Besok subuh bangunin mama, ya, kak, mau lihat sunrise” Begitu pesan saya pada si sulung.
Iya anak-anak saya kalau subuh sudah terbiasa bangun sendiri. Berhubung saya sedang berhalangan solat, jadi minta tolong dibangunin sekalian karena pingin menyaksikan momen terbitnya matahari.
Sayang, subuh itu mendung masih betah bergelayut. Lepas sholat, saya dan si kakak berjalan menyusul si adek yang solatnya di musholah kemudian berjalan menuju area parkiran yang masih sangat sepi. Kami duduk pada bebatuan di ujung dermaga berharap mendung bersedia tukar shift dengan matahari. Alih-alih cerah, gerimis malah menyusul kemudian. ‘”Amang tahe”…(kata orang Batak) yang maknanya kira-kira sama dengan “oalaaaah nasib…”
Bergegas kami menuju restauran terbuka di lantai dua untuk berteduh. Duduk sambil menggigil kedingian menyaksikan titik-titik gerimis pada luasnya permukaan air danau yang malah menyajikan pemandangan yang menarik. Dari area ini, tampak jelas deretan cottage yang letaknya persis di pinggir pantai.
Oiya, kami kebagian kamar tipe reguler yang bangunannya terpisah dengan tipe cottage. Jadi kami bertiga “terisolasi” dari keluarga yang lain. Tapi dari restauran lantai 2 ini, terlihat jelas deretan cottage itu. Btw, makasi bude sudah jadi sponsor 🙂
Untuk review kamar, harga dan fasilitas lainnya, akan saya ceritakan di tulisan berikutnya, ya…
“Caca, Cahyo, ayo sarapan udah selesai ini…”
Terdengar panggilan dari salah satu ponakan saya yang tidur di kamar cottage. Ternyata mereka sudah selesai masak-memasak. Tunggu apalagi, kami berlari kecil menuju kesana untuk sarapan bersama. Perut pun butuh asupan berupa teh hangat…
Berenang, Bermain Volley dan Naik Banana Boat
Pukul 7 pagi, sepertinya hanya kami yang sudah beraktifitas. Maklum, pagi itu memang mendung disertai dengan angin dingin. Tamu yang lain sepertinya pendatang jauh, nih, belum terbiasa dengan cuaca dingin.
Mumpung masih sepi, kami bergegas ke pantai untuk bermain air. Pokoknya berasa pantai pribadi, dah. Tanpa babibu, anak-anak udah langsung nyebur. Sementara saya kudu celup-celup kaki dulu untuk beradaptasi dengan dinginnya air danau.
Tumpukan ban yang terletak pada sudut pondokan langsung saja diambil satu persatu meski petugasnya belum menampakkan diri. Bikin rakitan perahu sederhana dimana kaki kita mengunci ban yang di depan, jadilah perahu ban dadakan. Mendayung menggunakan tangan layaknya beraung jeram. Dayung maju dan dayung mundur. Setelah itu main volley air dan naik banana boat. Lumayan olah raga pagi…
Sementara yang lainnya memindahkan makanan dari cottage ke gazebo atau pondokan.
Related Post: Arung Jeram Seru di Sungai Bah Bolon, Ada Green Canyon!
Pukul 9 pagi, tamu-tamu mulai bangun dan berkumpul di pantai, sementara kami sudah puas bermain. Berhubung makanan sudah pindah ke pondokan, ya… apa yang dilakukan selain makan lagi dan lagi, kan? Sampe check-out, aktifitas kami hanyalah makan, nyanyi, ngobrol dan makan, Hahaa. Alhamdulillah, yaa, masakan lebaran akhirnya ngga dipanasin berhari-hari.
Kegiatan Seru di Pantai Arofan
Staycation memang harus disiasati dengan baik supaya ngga timbul kebosanan terutama anak-anak karena seharian disatu tampat. Beberapa kegiatan seru yang bisa dilakukan di Pantai Arofan baik oleh anak-anak maupun dewasa seperti:
- Berenang dengan aman karena ada pembatas yang dibuat oleh pengelola supaya pengunjung bisa berhati-hati. Bisa juga menggunakan ban kalau kaya saya yang ngga bisa renang atau untuk anak-anak. Penyewaan ban 10K sampe selesai
- Naik Banana Boat dengan tarif 250K untuk 3 kali putaran dengan kapasitas maksimal 6 orang dewasa. Gratis untuk yang naik di speedboat bagian depan. Untuk yang naik di banana boat akan dilengkapi dengan pelampung sebab akan selalu ada atraksi jatuh ke danau apabila penumpang ngga mampu bertahan dari manufer driver speedboad.
- Barbeque adalah kegiatan wajib bagi pengunjung apalagi keluarga besar. Daerah dingin ini rawan lapar, jadi bawaannya mau makan terus
- Memancing juga jadi kegiatan pavorit pengunjung khususnya bapack-bapack. Tapi sayang, Danau Toba sedang diserang oleh ikan hama bernama red devil yang menyebabkan ikan-ikan aslinya nyaris punah.
- Camping jadi pilihan seru untuk yang hobi petualang. Ada space khusus untuk mendirikan tenda di sisi kanan pantai. Viewnya disini juara.
- Duduk-duduk di pondokan/gazebo dengan tarif 50K sampai selesai. Gratis untuk tamu yang menginap (durasi check-in sampai check-out)
Nah itu beberapa kegiatan seru saat berkunjung ke Pantai Arofan. Oiya, sedikit tips untuk temen-temen, disarankan bawa makanan baik itu makanan pokok ataupun cemilan yang cukup beserta peralatan memasaknya. Sebab kantin disini hanya menyediakan olahan mi instan dan mi gelas saja. Dan kalau menginap dengan keluarga besar bawa serta tikar ataupun kasur lipat dan selimut tambahan untuk tidur.
Satu hal paling penting, pastikan kendaraan dalam kondisi prima saat berkunjung kesini, ya…
Serunya healing di Pantai Arofan.
Walau gak lihat keindahan matahari terbit, tapi pantainya yang indah bahkan bisa seseruan dengan banana boat jadi hal yang berkesan ya kak.
Good job banget, terutama yang tanjakannya itu loh, haddeh curam banget kak
iya, mbak. Harus bawa kendaraan yang prima nih kesini hehe
Mirip di Jawa Barat, semua sungai diberi nama Ci yang artinya “air”
Eh tapi “pantai” apa bahasa Sundanya ya? Hihihi kayanya gak ada deh
Jadi penasaran, Mbak Suci aslinya Sunda? Kok suka pakai kata “pavorit” dan bukannya “favorit”
Foto2nya kerennnnn……spill dong harga sewa kamarnya
Jadi pingin ke sini, walau bingung juga lihat jalannya
Kuat gak ya saya? 😀
Saya baru tau kalau Pavorit itu ciri khas Sunda, Ambu. Saya aslinya Jawa. Mungkin pengaruh banyak temen Sunda yaa, hehee
Saya paling suka suasana pantai seperti di pantai Arofan Simalungun ini. Ada pohon pinusnya juga ya, yang menjadi pertanda bahwa di daerah itu cukup dingin… keren dan masih jernih airnya, pertanda pencemaran airnya juga belum ada. Spot fotonya juga instagramble karena perjuangan ke pantai itu juga banyak lika-likunya 🙂
Iya, mas.. daerah yang banyak pinusnya emang beda hawanya ya. Seger…
Keren banget. Kayaknya Pantai Arofan Simalungun ini termasuk hidden gem ya kak. Semoga bisa diizinkan mampir ke sana suatu saat nanti.
Iya juga, ya. Bisa dibilang hidden gem, kak…
Perjuangan banget ya mau ke “pantai” Arofan ini. lewat jalan berlubang, berkerikil, tanjakan dan tanah liat pula. Duh, semoga aja ke depan jalanannya diperbaiki jadi halus mulus.
Tapi pantainya beneran indah ya mbak.
btw saya catat baik-baik nih, kali aja suatu saat ada tugas ke daerah sumatra utara, mesti siap-siap kalau ada ajakan mampir jalan-jalan ke pantai, jangan berharap ada sunset kayak pantai di Jawa
Hihihii, biar ngga zonk ya mbak harus diinget sungai di Medan juga disebut pantai…
MashaAllah. Baca artikelnya aja dah terasa betapa luar biasa vibes dan nuansa kekeluargaan yang sudah Suci alami bersama anak-anak dan saudara-saudara di Pantai Arafon. Terasa kali liburan keluarganya. Meski harus melewati jalur yang sangat menantang dan rusak, kebayar ya begitu sampai di tempat.
Seneng saya baca tulisan ini. Lengkap, runut, diksinya apik dan jelas. Luar biasa keren.
BTW, speaker karaoke memang serba guna ya Ci. Buat hiburan. Bisa juga buat halo-halo anak-anak dan mereka yang jauh-jauh hahahaha. Untung gak bawa layar lebar sekalian. Biar bisa menikmati misbar hahaha.
Hihii iya, Bu… Soalnya kalau manggil ngga pake pengeras pasti ngga kedengeran…
Terimakasih, Bu… masih banyak belajar supaya bisa nulis panjang tapi ngga membosankan seperti Bu Annie 🙂
Lautnya tenang sekali ya, Kak. Pasti asik nih buat beraktivitas di laut. Selain itu bersih juga. Hidden Gem yang kondisinya sangat bertolak belakang dengan akses masuknya. Kalau diperbaiki akses jalannya, pasti makin banyak yang berkunjung nih, Kak
Iya nih kak, aksesnya susah dibagusin karena tergerus air melulu
Melewati jalanan yang rusak terbayar setelah melihat pemandangan laut yang cantik semoga aku punya kesempatan mengunjungi pantai Arofan
Aamiin… smoga bisa berkunjung ke Danau Toba ya kak
Pantai Arofan Simalungun ini ramah banget ya..
Tetap tenang dan ada wisata air yang biss dimanfaatkan untuk bermain bersama keluarga. Rasanya seneng if in a good timing bisa liat sunrise dan sunset.
anak senja kalo kata netizen ya, Teh… hehee
Belum pernah ke Simalungun Saya, ternyata ada pantai yang indah seperti ini ya di Simalungun ..jadi kepo pengen melihat dari dekat
Ayo mbak ke Medan, hehee