Kuliner

Masakan Kampung Rempah Sederhana nan Lezat di Rumah Makan Singa Raga Jaya Medan

Masakan Kampung Rempah Sederhana nan Lezat di Rumah Makan Singa Raga Jaya Medan – Kali ini saya mau nge-review makanan yang udah lama saya rindukan sejak hampir 8 tahun lalu tak lagi pernah mencicip kembali. Yup, ini warung nasabah saya sewaktu masih kerja di bank daerah Pancur Batu, Medan. Nama warungnya Rumah Makan Singa Raga Jaya.

Warung yang dulu (google)

Kenapa bisa sampe 8 tahun? Yang pertama, sejak resign, jadi ngga ada yang nemenin saya makan disana lagi, sebab warungnya terbilang lumayan jauh dari kota Medan. Yang kedua, warungnya sudah pindah dan saya kesulitan nyari lokasi yang baru. Ternyata selain karena letaknya yang tersembunyi, juga karena saya salah nulis namanya di google. Saya tulis Warung Singaraja yang otomatis muncul segala warung yang ada di Bali. Sepertinya warung ini harus baca Artikel Bisnis supaya tau trik khusus untuk manaikkan rating di Google maps. Sampe akhirnya kemaren ketemu dan saya berhasil makan disana lagi. Wiiih, senangnya melepas rindu.

Delapan tahun lalu, sewaktu masih berkantor di bank, kami cukup sering delivery dari warung ini. Padahal waktu itu aplikasi food online belum ada. Cukup telepon pemiliknya, order berapa porsi kemudian tinggal nunggu pesanan diantar. Ya, siapa lagi yang disuruh nganter kalo bukan pekerjanya, atau kadang anaknya atau suaminya, hehe. Padahal jarak warung ini dengan kantor saya bisa sekitar 20-30 menit perjalanan meski masih satu Kecamatan.

Visual Sederhana dan Lokasinya Jauh Dari Pusat Kota

Warung yang baru parkiran tetap penuh

Kalau bukan kerabat atau pelanggan, orang awam mungkin ngga akan ngeh dengan adanya warung ini. Saya juga awalnya heran, darimana orang-orang pada tau ada warung enak di pedesaan yang jauh dari pusat kota. Letaknya juga jauh masuk ke dalam pemukiman dengan akses atau jalan yang saat itu kurang bagus. Udah gitu warungnya terletak di sebelah ladang-ladang dan kolam ikan. Pokoknya jauh, lah. Perjuangan kalau cuma cari makan doang. Tapi itu kalau mereka belum ngerasain.

Padahal ya, waktu itu belum ada google map kaya sekarang yang dengan gampangnya kita bisa nyari satu lokasi hanya dengan mengetik nama usahanya. Tapi ya itulah, tiap masa ada caranya sendiri.

Saya sendiri baru dua kali makan di warungnya yang lama. Selebihnya ya itu, sistem delivery seperti yang saya sudah ceritakan sebelumnya. Pertama kali makan di sana, saya terheran-heran sebab pelanggannya rata-rata adalah kalangan menengah. Deretan mobil mewah terpakir di pekarangannya dan mereka pun rata-rata berpenampilan rapih atau berseragam. Rela makan siang jauh-jauh dari Medan ke Tuntungan.

Secara visual, warung yang lama jauh dari kata mewah. Bahkan sangat-sangat sederhana sekali. Berlantai tanah, berdinding kayu setengah terbuka yang di beberapa titik sudah ada bolong-bolongnya, bahkan sebagian ditutup oleh spanduk bekas serta meja kursi seadanya. Tapi nampaknya belum ada pelanggan yang protes akan hal ini. Mungkin ini pula sebabnya pemilik yang bernama Ibu Kasmerih ini tak kunjung merenovasi warung sederhananya ini. Pendingin udara berasal dari angin yang diterbangkan dedaunan di sekitar. Sejuk, sih.

Penyajiannya juga tak kalah sederhana. Menggunakan piring plastik serba lima ribu, piring dan mangkuk keramik jadul, wadah nasi bolong-bolong yang biasa untuk kendurian dan juga gelas jadul bapak-bapak. Kebayang, kan?

Menu Serba Kampung

Sebagian orang mengenal warung ini dengan nama Warung Bebek dan sebagian lagi menyebut Warung Tuntungan karena memang letaknya pada saat itu ada di daerah yang bernama Tuntungan. Salah satu wilayah perbatasan antara Medan dan Deli Serdang. Daerah ini biasa kita lewati kalau dari atau menuju kawasan wisata Berastagi.

Related Post: Gunung Sibayak, Tektok Perdana

Hanya ada beberapa menu utama yang disediakan warung makan ini. Ayam, bebek, belut, telur dan ikan nila serta beberapa macam sayur seperti kangkung, terong dan tauge tumis. Selain goreng, tumis adalah menu paling juara dan pavorit disini.

Semua sajiannya diolah menggunakan ternak kampung dan semuanya dalam kondisi segar. Cara memasaknya juga masih menggunakan metode tradisional yaitu pakai tungku api. Mungkin itu sebab cita rasa masih asli dan terjaga dan bikin pelanggan selalu ingin kembali karena rindu dengan keistimewaannya.

Related Post: Ketika Bosan dengan Makanan Kekinian

Entah apa bumbu rahasianya, tapi sebenarnya kalau kita kecap akan sangat mudah menyebutkan rempah apa yang terkandung di dalamnya. Hanya ditumis dengan bumbu dasar serta tambahan irisan kecombrang dan daun bawang yang melimpah serta asam cakala, salah satu rempah Karo yang sangat khas yang rasanya sedikit tajam kalau dimasukkan ke dalam masakan. Asam cakala ini kalau sudah tercampur, akan sangat mirip bentuknya dengan daging ayam. Awas, salah gigit.

Disajikan dengan secentong nasi panas, kuah kaldu dan sambel cabe kasar akan bikin seluruh badan kita bermandikan keringat setelahnya. Apalagi di cuaca yang panas membahana. Tapi, tenang, sebab ada minuman penawar yang mampu menghilangkan pedas dan menyegarkan tenggorokan. Air sereh dingin dengan campuran jeruk nipis segar jadi paduan yang pas untuk bersantap. Nikmat sekali rasanya!

Air sereh nipis

Kebanyakan orang, ayam tumisnya dituang ke nasi sedikit demi sedikit. Kalau saya, nasinya saya tumpahkan ke piring ayam tumis lalu aduk-aduk semuanya. Dengan begitu ngga ada bumbu yang tersisa dan terlewatkan, hahaa. Ingat, lebih nikmat makan pake tangan, ya.

Piring Berbicara

Kalau kita ngga doyan kecombrang, boleh pilih menu yang digoreng. Tapi kalau doyan segala macam rempah, saya bisa jamin akan ketagihan dan rindu makan disini lagi dan lagi. Saya pernah masak sendiri di rumah, rasanya bener-bener masih jauh dari aslinya, hahaa. Itulah saking rindunya. Sayang, mereka ngga jualan online.

Meski ramai, mereka masih mematok harga yang cukup wajar. seporsi berkisar 20K saja. Murah, ya…

Terjangkau ya

Alamat Rumah Makan Singa Raga Jaya

Kini, rumah makan itu sudah pindah dari desa Tuntungan. Masih dalam satu Kecamatan tapi ke desa tetangganya. Begitupun, tetap saja lokasinya tersembunyi. Hidden Kuliner, lah pokoknya.

Kini, bangunannya sudah dibeton permanen dengan jendela kawat yang memungkinkan sirkulasi udara segar bebas keluar masuk. Meski dengan tampilan yang masih sederhana, kini sudah dilengkapi dengan toilet, musolah, parkiran dan wastafel.

Alamat barunya di Jl. Bunga Turi II Kecamatan Medan Tuntungan. Patokannya adalah kantor SAR yang ada di Jalan Jamin Ginting, Lau Cih. Kalau mau ke Berastagi, kantor berwarna oren ini pasti dilewatin. Nah, warungnya ada di belakangnya. Jadi memang ngga di pinggir jalan besar seperti rumah makan pada umumnya. Belok di sebelum atau sesudah Kantor SAR, lalu berjarak sekitar 1 KM ke belakang, ketemulah dengan Rumah Makan Singa Raga Jaya ini.

Related Post: Cita Rasa Jawa di Tanah Karo

Kalau mau lebih terjamin, datang sebelum sore menjelang atau bisa-bisa kecewa karena kehabisan menu juaranya. Harapannya sih warung ini melebarkan sayap dengan membuka cabang di sekitaran kota Medan atau mungkin dengan bisnis waralaba seperti yang pernah diulas pada artikel rekan saya Blogger Perempuan.

RM. Singa Raga Jaya

47 tanggapan untuk “Masakan Kampung Rempah Sederhana nan Lezat di Rumah Makan Singa Raga Jaya Medan

  1. Wah besok Kamis suamiku berangkat dinas ke Berastagi- nginepnya di Medan-, bisa nih kurekomendasikan rumah makan Singa Raga Jaya buat makan di perjalanan. Makanan kampung yang mantap dengan penyajian dan tempat sederhana begini memang ngangeni ya Mbak Suci..kebayang harum kecombrangnya akutuuu

  2. Walaupun jalannya jauh, tapi peminatnya yang kelas ke atas itu pertanda bahwa rasa tak berdusta. Apalagi bisa terjangkau gitu harganya, maka akan selalu berkesan

  3. Makanan kampung emang gak kalah enak kok sama yang di resto2 atau hotel. Jujur sih, saya masih lebih seneng makanan kampung. Tetap enak dengan harga terjangkau.

    Btw, di R.M Singa Raga Jaya ada wedang sereh nipis ya, jujur sih saya belum pernah nyoba kayak apa. Kebetulan di rumah ada jeruk nipis dan pohon sereh, mau dicoba buat, sepertinya enak dan seger. Herbal pula.

  4. Nama rumah makannya luar biasa gagah ya.. Singa Raga Jaya, Medan.
    Dengan menu yang enak dan hommie, rasanya seperti sedang pulkam dan dimasakin Ibu.
    Hehhe, harganya pun masih dibilang terjangkau.

  5. hihihi… lucu banget sama foto piring berbicara
    curigamantap poll rasa masaknnya makanya bersih bgitu piringnya huhu..

    andai deket pengen nyicip mampir singa raga jaya ini duhh

  6. Waaah…ayam tumis kecombrang. Jadi pengen nyoba bkin (karena kalo langsung ke Pancur Batu mah asli mahal di ongkos :D). Kebetulan sering lihat kecombrang ini di warung sayur langganan. Di daerahku namanya honje 🙂

  7. Wah ayam kampung ditumis pakai kecombrang nyaam. Aku sering bikin ayam tumis tapi belum pernah yang kyk gtu 😀
    Makanan yang kesannya sederhana gtu malah kalau dimakan bareng2 kyknya lebih nikmat gtu yaa. Apalagi harganya cukup ramah kantong lha ya.

  8. Ruamh makan dengana neka maskaan kampung seperti ini pasti akan menggugah selera. Memberikan pengalamn tersendiri bagi yang menikmati, apalagi bagi mereka yang sehari-hari makannya fast food. Ini jadi surga tersendiri

  9. Ahh…pagi-pagi membaca topik makanan itu rasanya sesuatu. Penasaran sama beberapa, rempah kecombrang itu saya suka tapi masih asing dengan asam cakala. Ini bukan asam seperti yang sering digunakan memasak mba?

    1. Asam cakala memang ciri khas yang selalu ada di masakan Orang Karo, Mbak. Bentuknya kecil dan cukup di geprek aja gitu kaya lengkuas. Kurang tau di daerah lain ada apa engga, atau ada nama lainnya.

  10. Walau lokasinya nggak gampang terdeteksi tapi rupanya pelanggan yang rajin mampir adalah kalangan menengah, sudah dipastikan kalau menu-menunya yang jadi juara dan bikin pelanggannya kangen terus sama citarasa makanannya.

    Idenya boleh juga nih kutiru, Kak. Daripada semua lauk dituang ke piring nasi, lebih baik nasi yang dituang ke piring lauk biar bumbunya nggak ada yang terlewat disantap.

  11. Kadang ya. makanan kampung itu yang bikin kangen dan terasa nikmat banget. Berama homey kayaknya makan di rumah makan Singa Raga Jaya Medan ya, Kak.

  12. Biar jauh darimana-mana, pelosok dan gak gampang dicari, tapi kalau masakannya sedap, orang-orang pasti bakal datang. Apalagi kalau sajiannya berupa masakan rumahan yang ngangenin gini. Duuhhhh mesti dijabanin.

    Saya catet nih. Mudah-mudah nanti pas ke Medan bisa mampir dan makan di sini. Menuliskannya seapik yang sudah dilakukan Suci.

  13. Kalau piring sudah berbicara Suci itu tandanya nikmat. Terkadang makan itu gak penting di tempat yang mewah ya. Di tempat sederhana itu dan yang masak orang kampung justru kenikmatannya tiada tara. Penasaran nih kalau ke Medan mau mampir kesana

  14. makanan kampung memang selalu jadi idola yaa. makanan dengan menu yang sederhana tapi selalu dirindukan. gak heran banyak yang menyukai makanan kampung walau sudah tinggal di kota

  15. Astagaa kemana aja aku selama ini sampai nggak tau ada rumah makan itu di Medan huhuhu, padahal aku dah tinggal belasan tahun di Medan. Merasa gagal nih jadi orang Medan. Nanti main2 ke sana ahh.

  16. jarak pengantaran dengan waktu tempuh 20-30 menit itu jauh juga yaa… tapi salut dengan pemiliknya tetap mengantarkan untuk pelanggan setia..

  17. Penggemar kecombrang merasa terpanggil
    Tapi kalau ga suka bisa pilih varian berbeda ya
    asyikk
    Tapi kalau rumah makan dengan setting suasana desa tuh enak, menunya juga khas desa gitu, dan kemungkinan harga juga terjangkau lah ya

Tinggalkan Balasan