Review

Memoirs Of a Snail, Kisah Si Kembar yang Malang

Memoirs Of a Snail, Kisah Si Kembar yang Malang

Memoirs Of a Snail, Kisah si kembar yang malang adalah sebuah film animasi Australia dengan cerita yang tragis sekaligus mengandung komedi tentang orang-orang yang unik. Tokoh utama merupakan sepasang anak kembar bernama Grace dan Gilbert yang harus kehilangan ibunya karena meninggal setelah melahirkan mereka.

Berbeda dengan orang-orang yang kebanyakan menemukan film ini dari cuplikan tik-tok. Saya emang awalnya sengaja nyari tontonan yang banyak komedinya tapi juga ada sedih-sedihnya. Sesuailah sama cuaca malam minggu waktu itu yang sudah berangin seperti mau hujan. Daripada skrol sosmed yang bikin pegel, saya milih nonton. Ketemulah Memoars Of Snail ini.

Snail yang berarti siput adalah hewan kesukaan alm ibunya, yang semasa hidupnya gemar mengumpulkan siput-siput di rumah, baik berupa hewan asli atau apapun yang berhubungan dengan siput. Salah satu siput diberi nama Sylvia. Sepeninggal ibunya, Sylvialah yang jadi pendengar setia atas curhatan si kambar.

Mereka tinggal dengan seorang ayah yang dulunya adalah seorang animator sukses telah berakhir lumpuh, jadi pemabuk serta mengidap sebuah penyakit langka. Sehari-hari, Grace dan Gilbert adalah anak-anak kecil yang dipaksa tumbuh dan berpikir dewasa. Menghadapi para pembuli di sekolah, saling membela dan melindungi satu sama lain. Pada akhirnya si ayahpun meninggal dan keduanya harus hidup terpisah jauh.

Sistem adopsi di negara Australia tidak membolehkan satu keluarga mengadopsi dua anak sekaligus. Kondisi ini memaksa kembar yatim piatu ini diadopsi dua keluarga yang berbeda dan tinggal berjauhan pada sisi berlawanan dari benua Australia yang sangat luas. Grace di Canberra, Gilbert di Australia Barat. Bagaimana mereka menghadapi kehilangan dan melanjutkan hidup dengan mental yang kuat?

Alur film yang maju mundur ini sebenernya bercerita tentang Grace, seorang perempuan yang telah dewasa. Ia menceritakan kisah masa kecil bersama saudara kembarnya Gilbert.

Related Post: Review Film The Creator

Gilbert dan Grace

Memoirs Of a Snail

Keluarga angkat Gilbert adalah penganut agama yang fanatik tapi sedikit melenceng. Keluarga ini punya usaha pertanian buah dan menjadikan Gilbert salah satu pekerja yang dibayar murah. Sementara Grace diangkat oleh keluarga kecil yang ceria dan doyan pesta. Hal ini membuat Grace sering ditinggal di rumah sendirian.

Satu-satunya teman Gilbert adalah anak dari seorang guru di gereja kampungnya dan satu-satunya teman Grace adalah Pinky, perempuan tua yang nyetrik dan baik hati. Antara Grace dan Gilbert saling bertukar kabar dan melepas kerinduan melalui surat. Keduanya berharap bisa bersatu kembali setelah berhasil keluar dari cangkang yang membelenggu kehidupan mereka.

Puncaknya, Grace menikah dengan seorang petish. Laki-laki itu hanya terobsesi dengan lemak tubuh Grace. Sementara sebuah surat diterima Grace dan mengabarkan bahwa Gilbert meninggal dalam kebakaran gereja. Tak lama, ia akhirnya mengetahui bahwa suaminya punya kelainan lalu mengusirnya saat itu juga.

Grace semakin sedih dan frustasi. Hobinya menjadi klepto serta menimbun lemak dan barang semakin menjadi-jadi. Pinky yang banyak berperan dalam hidup Grace pun menyusul meninggal. Dunia Grace semakin lebur.

Grace dan Pinky

Warisan berupa uang dan pesan hidup yang ditinggalkan Pinky menjadi titik balik perubahan hidup Grace. Ia menjalani diet, memusnahkan barang timbunannya serta memulai hidup baru dengan menjadi animator seperti ayahnya.

Seorang tamu hadir di kursi penonton pada acara pemutaran film perdananya. Sebuah tangan dengan cincin yang sangat ia kenal membuat dunia Grace kembali hidup. Siapakah tamu itu??

Related Post: Review Film Avatar The Way Of Water, 3 Jam yang…

Pesan-Pesan yang Bisa Diambil

Perjalanan hidup Grace dan Gilbert jauh dari kata bahagia. Menjadi yatim piatu lalu harus pisah dari saudara kembar bukanlah kali terakhir mereka ditinggalkan oleh orang-orang yang disayangi. Cobaan datang silih berganti seolah-olah menginginkan Grace hidup sebatang kara selamanya.

Bukan saya kalau nonton film kekgini ngga pake nangis. Antara tersentuh dengan nasib sial si kembar ini sekaligus bayangin jika terjadi ke anak-anak sendiri. Sampe lupa ada berapa kali saya nangis dan tertawa.

Nangis pertama dimomen ketika Grace dan Gilbert harus berpisah karena mau dibawa sama keluarga angkat masing-masing. Lalu menonton Gilbert yang harus kerja paksa dan kerap dapat tekanan di keluarga angkatnya dan ketika keluarganya membakar patung siput peninggalan ibunya.

Selanjutnya waktu Grace dapat kabar saudara kembarnya meninggal. Terakhir tentu saja pada saat Grace melihat cincin yang sangat ia kenal di jari seorang penonton yang hadir di pertunjukan filmnya. Ah keknya banyak sih adegan yang bikin saya nangis karena film ini. Hanya liat ekspresi Grace nangis saat merindukan Gilbert aja bisa bikin saya ikutan nangis.

Sutradara Adam Elliot rasanya cukup cerdas untuk menciptakan sebuah tontonan yang menghibur, sedih, tawa sekaligus sarat pesan dan makna. Meski menjelang akhir-akhir cerita dibikin kaget karena saya nonton bareng anak-anak tau-tau ada istilah swinger segala, lalu adegan HS meski ngga terekspos secara ugal-ugalan, dan penampakan perempuan-perempuan tua yang telanjang di kolam sebuah parti.

Meskipun hanya tokoh kartun yang wajahnya aneh-aneh, tapi rada gimanaa gitu ya, kek ngerasa kecolongan gitu, haha. Untung hal-hal mengagetkan itu hanya sepintas lalu saja.

Siput yang menjadi judul film ini bukanlah tokoh utama. Adam Elliot memilih hewan siput karena ia tidak bisa bergerak mundur dan punya cangkang. Cangkang yang banyak membuat manusia terkurung. Terkurung jiwanya, pikirannya dengan ketakutan, kekhawatiran dan hal-hal yang di luar kendali.

Dari film ini kita bisa belajar untuk memilih keluar dari cangkang demi menemukan kehidupan yang baru. Bahkan dari seekor siput, kita akhirnya diingatkan untuk terus bergerak maju. Menoleh ke belakang hanya sebagai kenangan tapi tidak untuk melangkah kembali. Arti sebuah keluarga dan saudara sangat ditonjolkan disini.

Seperti pesan Pinky pada Grace melalui sebuah kutipan dari filsuf Soren Kierkegaard “Hidup hanya dapat dipahami dari belakang, tetapi kita harus menjalaninya ke depan.”

Tokoh-tokoh dalam film ini semuanya kutu buku. Ini jadi contoh baik untuk penonton yang kebetulan anak-anak. Alih-alih jaman sekarang pada main hp, sementara semua warga dalam film ini digambarkan suka membaca. Uniknya, buku-buku yang ditampilkan di layar adalah buku yang beneran terbit, seperti Memoirs of a Geisha, Of Mice and Men, Of Mice and Men dll.

IMDB mencatat Memoirs Of a Snail mendapat skor 7,8/10. Hal ini pula yang bikin saya memilihnya untuk jadi tontonan. Meski menceritakan tentang kehidupan anak-anak yatim piatu, tapi saya sarankan untuk orang tua nonton dulu sebelum memutuskan untuk menyertakan anak-anak.

Sebab banyak topik yang terlalu berat untuk mereka bayangkan. Kaya depresi, bunuh diri, homoseksualitas dan juga beberapa istilah seksual yang erotis.

Akhirnya, dengan durasi 95 menit yang tidak membosankan itu, perasaan saya dibikin naik turun. Ada sedih, tawa dan haru secara bergantian.

FYI, film Memoirs Of a Snail rilis 17 Oktober 2024, dan pernah diputar dalam Festival Jakarta Film Week di bulan yang sama. Jadi masih kategori film baru, nih. Yang udah nonton, gimana reviewnya?

Tinggalkan Balasan