Kisah cinta abadi ini memang tak habis untuk dikenang. Setelah 2 film pertamanya yang menceritakan kisah kasih dua sejoli dan lebih banyak tentang pendidikan Habibie, kali ini fokusnya mengisahkan perjalanan Ainun dalam mengejar cita-cita dan kasih asmaranya semasa sekolah. Kisah kasih di sekolah, lah, ceritanya. Meskipun bukan kisah kasih antara Ainun dengan Habibie, tapi Habibie tetep muncul di menit-menit pertama dan menit-menit terakhir sebagai Eyang sang pembawa cerita. Lagi-lagi ini alur mundur.
Spoilernya sedikit, nih. Kali ini Ainun muda bukan lagi diperankan oleh BCL, tapi oleh Maudy Ayunda yang kabarnya dipilih sendiri oleh Alm Habibie saat beliau masi hidup. Bagi saya pas sekali dengan karakter aslinya yang muda, manis namun enerjik, mandiri dan cerdas. Sementara Habibie muda tetap diperankan oleh Reza Rahardian yang bagi saya aktingnya udah sangat mateng memerankan berbagai karakter. Hanya saja Habibie cuma sedikit muncul karna memang lebih banyak menceritakan Ainun muda dengan pacarnya saat itu. Ya, ternyata semasa kuliah, Ainun justru pacaran sama orang lain, bukan sama Habibie. Malah udah sampe tahap lamaran. Dan kisah kasih mereka ini termasuk langgeng dan cocok satu sama lain. Sama-sama pinter dan populer.
Meskipun Ainun Habibie udah ada benih cinta semasa SMA, tapi asmara ga berlanjut karna Habibie melanjutkan kuliah di Jerman. Sementara Ainun memilih tetap menuntut ilmu di Universitas Indonesia, Jakarta demi menggapai cita-citanya sedari kecil menjadi seorang Dokter. Nah, semasa kuliahlah Ainun bertemu dengan Ahmad (Jefri Nichol). Sebenernya bukan bertemu, sih tapi kayaknya emang Ahmad sengaja nyari Ainun sebab penasaran oleh kepopuleran Ainun di kampus UI.
Sepanjang pemutarannya yang hampir 2 jam itu, saya ngga ada ngerasa bosan sama sekali. Bagi saya seluruh pemeran, eh ada ding 2 temen Habibie semasa SMA kayaknya terlalu unyu bila disandingkan dengan Habibie yang terlampau dewasa dan seriusan anaknya. Atau memang wajah Reza yang udah mentok ga bisa lagi dibikin wajah anak sekolahan. Ya, pokoknya gitulah. Yang paling oke ibunda Ainun diperankan Marcella Zalianty, kayanya dapet sisi keibuannya dan ngena aja gitu. Tapi tetep jempolnya adalah penampakan Reza yang beneran mirip sekali dengan Eyang Habibie dari mulai kerutan, mata dan rambutnya persis sama. Keren make upnya. Oiya lokasi pedesaan tempat mereka syuting juga keren. Ngga tau emang beneran begitu aslinya atau disetting sedemikian rupa sehingga tampak bener-bener kayak desa jaman dahulu yang asri dan bersahaja. Tapi bagi saya hampir semua film yang disutradarai Hanung nyaris sempurna.
Habibie anak SMA (google.com)
Habibie eyang2 (google.com)
Cerita semakin seru saat-saat Ainun mulai masuk kampus dan sepanjang ia menjalani perkuliahan. Dari mulai sesi perploncoan serta sikap diskriminasi pada perempuan pada masa itu bikin Ainun dipandang sebelah mata oleh seniornya.
Ibu saya seorang perempuan, jadi sudah seharusnya saya menghormati perempuan – Ainun
Sedikit terhibur dengan kehadiran dari temen-temen Ainun yang lucu serta sentuhan drama musikal sekaligus adegan haru saat-saat Ainun mempraktekkan ilmu kedokterannya pada kondisi darurat serta aksi sosialnya ke desa-desa. Memang dasarnya Ainun cerdas ya tetep aja jadi mahasisiwi kesayangan salah satu dosen dan malah jadi lulusan terbaik. Puncak kesedihan itu pada saat Ahmad dan Ainun memutuskan untuk menjalani kehidupan masing-masing karna perbedaan pandangan dalam mengabdikan ilmu yang didapat.
Ainun & Ahmad (google.com)
Kita ada dalam buku yang sama, tapi halamannya berbeda – Ainun
Lalu kenapa Ainun mendadak populer di Kampus UI serta apa penyebab Ainun dan Ahmad akhirnya merelakan kisah asmara mereka berakhir? Kalo kata Eyang Habibie mereka ngga satu frekwensi. Kalo kata temen nonton saya mereka ngga ada kemistri. Lalu bagaimana akhirnya Ainun dan Habibie akhirnya bersama lagi? Kalo kata Afgan jodoh pasti bertemu… 😀
Mumpung masi 4 hari tayang, nonton dong…. hehe
Sukses buat baper Kak Uchi 🥺
Seru ya kan…