Sependek pengetahuan saya, lazimnya melukis itu ya menggunakan media kanvas dengan cat sebagai pewarnanya. Ternyata seni melukis itu jauh lebih luas dari itu. Baik tekniknya maupun media-media yang dipergunakan itu bukan cuma kanvas dan kuas semata, malah ada yang tidak menggunakan kuas sama sekali. Seperti lukisan pasir yang hanya menggunakan tangan sebagai alat satu satunya. Pasir cukup ditabur, digores-gores sampai terbentuk sebuah karakter. Selain pasir, limbah sisa rumah tangga dan industri juga bisa digunakan sebagai properti melukis. Sebagai contoh seni lukis dengan teknik kolase (menempel) yang dilakukan oleh Bang Rendy. Seorang Seniman yang juga berprofesi sebagai dosen seni.
Rendy Handycraft
Rendy Handycraft, itulah label untuk hasil karya yang dilahirkan dari tangan dinginnya. Mengolah sampah menjadi suatu karya yang bernilai seni tinggi. Sekilas memang tampak tak ada yang istimewa dari hasil karyanya. Hanya celengan dan lukisan-lukisan siluet tanpa warna. Monoton. Setelah dilihat dari dekat, ternyata hasil karyanya bukanlah karya asal-asalan. Siapa sangka seluruh karyanya ini dihasilkan dari limbah yang selama ini kita anggap sampah yang hanya layak untuk dimusnahkan.
Melalui tagar #SeniAmpasTeh, Bang Rendy memang dominan menggunakan ampas teh sebagai bahan utama melukisnya. Bukan teh celup, ya. Melainkan bubuk / serbuk teh yang masih kering. Selain bubuk teh baik dengan tekstur yang sedikit kasar dan juga halus untuk warna gelap, ada juga bahan lainnya sebagai penambah warna seperti bubuk kunyit sebagai pewarna kuning, serbuk kayu pinus sebagai pewarna putih sekaligus warna dasar. Semua bahan dasar tersebut dia dapatkan melalui kerjasama dengan berbagai pihak seperti UKM binaan termasuk dari PTPN IV Sidamanik sebagai penghasil bubuk teh.
Baca juga: Agrowisata Kebun Teh Sidamanik
Celengan adalah produk pertama yang dihasilkannya. Selain celengan ada juga vas bunga, berbagai wadah dan asbak rokok. Batu alam dan pasir adalah bahan utamanya. Setelah itu kemudian berkembang menjadi lukisan berbahan dasar ampas teh menjadi produk utamanya kini.
Melalui bincang-bincang pada acara Overall Day yang diprakarsai Persegi Medan di Degil House, Menurutnya, berkarya seni bukanlah sekedar menghasilkan sebuah karya. Namun alangkah lebih baik lagi apabila menguasai filosofi dari berbagai karya seni yang dihasilkan. Mengingat sifat dan sikap konsumen ini beragam. Ada yang sekedar suka dan membeli. Ada yang rewel sampai hal-hal kecil bahkan asal usul pun ditanyakan. Dengan menguasai apa yang kita hasilkan serta memberikan jawaban yang memuaskan, mereka akan rela membayar mahal pada setiap karya dari seniman.
Bincang-bincang bersama Kak Atemalem, Rendy Handycraft dan Woodlandskate
Selain anggota binaan dari UKM, Bang Rendy juga memiliki anggota binaan agar jiwa seninya semakin terasah serta ilmu yang bisa dibagikan pada warga. Begitu juga pada mahasiswanya, beliau menggunakan metode mengajar yang asik dan selalu mengapresiasi hasil dari setiap tugas yang diberikan . Itu sebab ilmu yang diberikan dapat dengan mudah diserap dan mahasiswa semakin percaya diri dalam menghasilkan karya.
Bahan dan Cara Melukis Dengan Ampas Teh
Bang Rendy menggunakan karton tebal sebagai pengganti kanvas. Kuas dan lem serta berbagai serbuk merupakan bahan utama membuat lukisan kolasenya. Langkah pertama adalah melukis karakter terlebih dahulu di atas karton. Kemudian balur dengan lem fox pada setiap sisi yang ingin ditempelkan serbuk. Gunakan kuas berukuran sedang untuk membalur lem pada setiap lekuk. Kuas kecil untuk membalur lem di celah-celah gambar, dan kuas besar untuk membalur seluruh dasar atau ruang yang kosong. Setelah itu taburkan serbuk yang diinginkan di atas lem, lalu tepuk-tepuk untuk menggugurkan serbuk yang tidak menempel dilemnya. Insting yang kuat sangat diperlukan untuk penyesuaian warna mengingat bahan dasar hanya punya tiga warna saja.
Bubuk teh, serbuk kayu pinus, kunyit
Ketika mengintip cara kerjanya, sekilas nampak sangat mudah. Tapi belum tentu dengan prakteknya. Karna selain dianugerahi jiwa seni, ketelitian dan kesabaran sudah pasti harus kita punya. Kalau tidak, karya seni yang harusnya indah malah biasa jadi berantakan.
membubuhkan lem
menaburkan serbuk hasilnya
Memanfaatkan Sosial Media Sebagai Sarana Promosi
Saat ini menjual bukan hanya dengan cara ngider atau nunggu pembeli semata. Perkembangan zaman menggiring para seniman untuk samakin kreatif bukan hanya menghasilkan karya, tapi juga memasarkannya. Berbagai lini media sosial dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai sarana promosinya. Begitu juga halnya Rendy Handycraft.
Selain pameran dan tergabung di UKM, Instagram merupakan salah satu media sosial yang aktif digunakannya. Selain rajin memosting setiap hasil karyanya, beliau menggunakan banyak hastag yang berkaitan dengan seni. Oiya, jangan takut untuk menandai berbagai acara yang ada distasiun tivi agar dilirik. Sukur-sukur diliput. Cara ini terbukti ampuh. Sebab galeri Bang Rendy memang sudah sering masuk tivi. Contohnya DAAI TV, Hitam Putih, Tau Gak Sih dan beberapa acara di Trans7 serta stasiun TV lainnya.
Kini, Bang Rendy aktif dalam berbagai bazar atau pameran dalam dan luar daerah sekaligus sudah memasarkan hasil karyanya bukan hanya di daerah saja, tapi sudah ke ranah pasar internasional. Baru-baru ini beliau memasarkan ke Inggris. Luar biasa! Hasil karyanya yang berupa lukisan wajah dibandrol sebesar Rp. 350ribu, celengan seharga 150rb dan 50rban. Harga mungkin bisa berubah seiring berjalannya waktu atau mengikuti harga bahan baku. Pliiiiss jangan bilang mahal atau nawar yang sadis, ya. Karya seni itu memang harus dihargai setinggi-tingginya 🙂
Wuaaah, unik bangets. Kayaknya ini pertama kalinya deh saya lihat lukisan berbahan ampas teh. Kalau lukisan pasir sih sering, apalagi lukisan kanvas hehehe. Dan sepertinya melukis dengan ampas teh juga nggak mudah 😀
Semoga semakin banyak seniman-seniman kreatif di Indonesia yaa, saya doakan sukses selalu untuk siapapun yang sedang berkarya :>
Betul, unik sekali. Aaamiin… Ga mudah jadi seniman. Itu sebab karyanya pantas dihargai tinggi.