lovely kids...and famz · Serba Serbi

Surga Seorang Istri

Pasti udah pada liat video istri menghajar suaminya yang stroke dengan pukulan menggunakan tongkat? Suami yang udah ngga berdaya hanya bisa menjerit-jerit tanda kesakitan dan minta pengampunan. Sungguh sedih melihatnya…

Keinget saat Alm Bapak sakit. Mamaklah yang dengan setia mendampingi. Mulai menyuapi makan, membersihkan badan sampe membersihkan kotoran. Siapa lagi kalau bukan mamak, istrinya sendiri. Mamak bahkan ngga mau tugasnya digantikan oleh siapapun. Lelah sudah pasti. Sesekali terlihat raut letih di wajah mamak. Tapi tak ada keputusasaan dalam dirinya. Kata orang-orang pakai ramuan ini itu, mamak langsung sigap membuatnya. Beli obat ini itu, mamak langsung cepat membelinya. Uang simpanan habis beserta emas satu-satunya direlakan demi kesembuhan Bapak. Maklum Bapak bukan seorang pensiunan dan ngga pake asuransi apapun, jadi ngga punya tanggungan apapun untuk biaya perobatan.

Sampai sekarang, 5 bulan sudah Bapak dipanggil Allah, sesekali mamak bergumam semoga saat merawat Alm Bapak, ngga ada keinginan Alm yang belum terpenuhi. Atau ada kekurangan saat merawat Alm Bapak. Kami anak-anaknya yang menyaksikannya rasanya Mamak udah melakukan tugasnya dengan sangat baik dan penuh kesabaran. Bahkan pesan-pesan terakhir Alm, tersampaikan pada kami anak-anaknya tanpa terlupa, Insyaallah.

Baca juga: Kenangan Tentang Bapak

Kesabaran Bapak sebagai seorang suami serta pengertian mamak sebagai seorang istri sungguh kolaborasi yang baik. Keduanya rasanya saling paham tugas dan kewajiban masing-masing. Meskipun tak seromantis yang lain tapi itu semua membuat keadaan rumah hampir selalu kondusif. Keduanya tak pernah bertengkar hebat, adu mulut apalagi sampai ada barang -barang terbang di depan kami anak-anaknya. Bapak tak pernah membentak apalagi berkata kasar pada mamak, begitu juga sebaliknya. Mereka bukanlah seorang yang berpendidikan tinggi, tapi seakan tau bagaimana memberi contoh nyata pada anak-anaknya. Bapak semasa hidupnya bukan seorang pegawai terhormat. Hanya seorang buruh yang dengan peluhnya tak pernah menelantarkan anak istrinya. Lelah Ia simpan sendiri, sedih ia pendam sendiri. Bahagia ia sebarkan ke seisi rumah. Semoga Alm Bapak diampuni dosa-dosanya, diterima amal ibadah serta kebaikan-kebaikanya terutama pada keluarganya. Begitu juga mamak semoga dibukakan pintu surga bagi istri solehah. Aamiin…

Kehidupan berumah tangga itu memang beragam cerita. Ada sedih ada duka. Ada anugerah ada bencana. Yang pasti tak lepas dari ujian. Termasuk ujian berupa sehat dan sakit. Beruntung saat kita dianugerahi pasangan yang mengerti akan tugas apalagi kewajibannya tak hanya menunutut hak. Saat kondisi naik, yang satu turut bersyukur. Saat kondisi turun, pun tetap bersyukur tak selalu diisi dengan mengeluh.

Dulu ya, dulu… Terlepas seperti apa perlakuan suami tapi pada saat Ia menggigil karna demam tinggi saya banyak ngga tegaannya. Bikinin air anget buat mandi, bikinin teh anget, mijetin badannya sampe terjaga di malam hari. Saat sehatpun tetep pakaian sehari-hari saya siapin di atas kasur lengkap daleman dan luaran atasan dan bawahan. Abis mandi pokoknya tinggal pake. Makan sudah terima beres dari mulai nasi dan lauk pauk serta sendok lengkap dengan air minumnya. Tinggal makan. Mau lagi marahan apalagi baikan kebiasaan tetep saya kerjakan, meskipun mengerjakannya tanpa kata klo pas lagi marah. Padahal itu semua ngga dia minta. NALURI! Itu memang keinginan saya sedari masih lajang. Melayani dan berbakti pada suami. Padahal Mamak ngga segitu-gitunya juga pada Bapak. Trauma sepertinya ngga bikin saya menghentikan kebiasaan itu andai nanti Allah kasi lagi imam untuk saya 🙂

Darimana surga seorang istri kalo bukan dari suami? Itu kata-kata mamak yang masih saya ingat sampai sekarang. Selagi suami tak menyuruhmu berbuat maksiat maka patuhlah terhadapnya. Bagi kami, rasanya Bapak sudah menjalankan perannya sebagai suami sekaligus ayah yang baik bagi ketiga putrinya serta kakek bagi ketujuh cucunya. Bukan hitungan harta benda yang ia beri. Pelajaran hidup pun sudah cukup bagi kami. Ilmu agama serta kemampuan kami mengaji dengan baik ternyata jauh lebih berguna dari sekedar kehormatan dan kedudukan tinggi semata. Tak ada yang menyimpan dendam untuk Bapak. Tak ada kabar miring tentang Bapak. Setidaknya kami sekeluarga tak pernah mendengarnya. Bagaimana mamak tak menuntut banyak pada Bapak, begitu juga sebaliknya. Bapak tak sekedar menginginkan keluarga yang salih tapi juga menjadi sosok suami yang layak menghantarkan surga untuk istrinya. Semoga kalian kelak bertemu dan bersatu kembali di JannahNya. Aamiin…

2 tanggapan untuk “Surga Seorang Istri

Tinggalkan Balasan