lomba · Serba Serbi

Zina, Riba dan ajakan #AyoHijrah Oleh Bank Muamalat Indonesia

Sedikit banyak ini adalah pengalaman pribadi dan sebagian kecil juga terjadi pada orang-orang disekitar saya serta terjadi pada orang lain yang ngga saya kenal tapi kebetulan kisahnya menginspirasi.

Sadar ngga? Selama ini yang paling dicaci-maki, dihujat, dikucilkan dan dipandang rendah adalah pezinah. Pezinah masih saja diidentikkan dengan perempuan dan pelacur. Itu sebab gampang sekali memanggil pezinah dengan sebutan pelacur. Mirisnya mereka yang meludahi dan melabeli pelacur pada perempuan pezinah adalah kaum perempuan juga. Yang artinya perempuan menghina sesamanya. Padahal pasangan pezinah perempuan itu adalah laki-laki yang kadang mereka itu saudaranya, tetangganya, keluarganya bahkan suaminya sendiri. Meskipun ada juga pasangan pezinah yang sejenis. Pemakai “pelacur” itu adalah laki-laki, kawan. Tapi kebanyakan dari kita (kita?), elu aja kali!! selaluuuu saja menyalahkan kaum perempuan. Harusnya perempuan mendukung perempuan lainnya, setidaknya ingatkan dia dengan cara yang lembut dan sopan. Sama-sama perempuan dan sama-sama manusia, bukan?

Masih hangat kasus artis VA dengan kalimat yang akhirnya menjadi viral dengan meme menjemput rezeki 80 juta. Kasian ngga? Sudah dia yang “kerja”, dia yang jadi korban (korban perasaan, korban badan, dll) dan dia juga akhirnya korban jadi tersangka yang berujung masuk bui. Masih muda dan masa depannya masih panjang. Belum lagi hukuman sosial dari seluruh masyarakat Indonesia. Terlebih netizen yang maha benar. Bayangkan aja berapa juta mulut yang harus dimaklumi pedasnya. Plus kompor dari pembawa acara gosip-gosipan yang melebihi tajamnya silet ikut memanas-manasin. Perempuan memang selalu jadi pihak yang dirugikan. PIHAK PEREMPUAN YANG SELALU DIRUGIKAN.

Baru-baru ini acara gosip malah memberitakan kalau VA sempat berniat mau bunuh diri. Sebenernya dia bisa kuat kalo semua memberi dukungan positif, bukan malah sebaliknya melemparkan hujatan dan sindiran yang bikin mentalnya jatuh-sejatuh jatuhnya. Seolah-olah kita makluk tuhan paling seksi, eh paling suci

Lalu, yang bayar dia seharga 80 juta apa kabarnya??? Bebaslah, melenggang. Ngga tau juga sih, ntah bertobat atau malah cari VA-VA lainnya. Bagaimana nanti kalau si VA ngga ridho? Bagaimana kalau VA akhirnya bertaubat dan mengadukan ketidakadilan serta rasa sakit hati yang dia alami dengan bersujud dan memohon pada Rabbnya? Disepertiga malam pula…

va
sumber: Xbank-indonesia

Saya inget dulu sebelum kerja di lembaga ribawi, sekitar 10 tahun lalu lah. Bapak saya udah sempet ngingetin. “Ci, kerja disitu kan membunga-mbungakan uang to? Itu sama saja dengan rentenir, itu!”.

Waktu itu memang bapak ngga pake istilah riba, cuma bilang uang berbunga. Pokoknya yang bapak tau membunga-bungakan uang itu haram. Dosa besar! Udah itu aja!
Tapi bapak cuma mengingatkan sekilas saja ngga sungguh-sungguh melarang. Lagipula 10 tahun lalu kita, khususnya kami apalagi saya betul-betul asing dengan istilah riba. Yang saya tau cuma rentenir aja yang berdosa. Duuh, para rentenir maafkan saya 🙂

Akhirnya jadi jugalah saya bekerja dilembaga ribawi yang merupakan bank BUMD setempat. Tahun pertama kedua aman-aman saja. Tahun ke-3 rumah tangga mulai (bukan mulai sih) semakin sering cekcok. Fyi: Sebelum pindah kerja, suami saya udah lebih dulu kerja dilembaga ribawi. Tahun ke-4 saya kecelakaan motor sampe ngga bisa ngantor selama 2 bulan. Tahun ke-5, motor saya hancur karna sering jatuh, ketabrak dan akhirnya kejual. Maklum, itu motor juga hasil dari kreditan ribawi. Kemudian, sama suami coba-coba minjem duit dengan cara riba alias ngutang ke bank buat beli 3 petak tanah. Bayarnya lancaaarrr… Tapi beberapa bulan lagi mau lunas mulai batuk-batuk. Ujungnya?? Makin sering ribut di rumah gara-gara utang riba walaupun akhirnya lunas juga. Tahun ke 6, kena usus buntu terus dioperasi. Di tahun yang sama kami bercerai :).

Tiga petak tanah ukuran yang lumayan besar hasil utangan riba itu saya relakan untuk beliau padahal tadinya beliau baik-baik mau bagi rata. Tapi saya nolak, untukmu aja ambil. Rencananya tadinya memang untuk investasi sekaligus buat anak-anak nanti, tapi saya mikir lagi dan berdoa semoga tanahnya dijual sehingga anak-anak kami tak lagi menikmati hasil dari hutang riba kelak.

Bapak ngasi saya doa yang lafaznya begini. Disuruh bapak amalkan setiap habis solat. Mau solat fardu ataupun sunah.

fb_img_1513124476824288419349.jpg

Itulah salah satu doa yang saya amalkan ditahun ke 6 saya bekerja disana sampe dengan saat ini, saat-saat saya berusaha keras menghindari riba.

**********

Tahun ke 7? Mulai kesentil sama riba saat baca postingan Saptuari Sugiharto, Ippo Santosa dan Dewa Eka Prayoga. Siapa, sih mereka?

Penulis buku best seller sekaligus pengusaha bebas riba yang udah bener-bener tobat padahal tadinya kecanduan sama riba lalu kena efeknya. Kisahnya bisa dibaca dimedsosnya masing-masing dengan nama yang sama atau silahkan beli bukunya. Sungguh menginspirasi. Murni bagi kita yang mana tau tergerak hatinya dengan kisah nyata efek dari riba itu kayak apa, saya rekomendasiin biografi mereka untuk dibaca.

Oiya, pada tau Ustad Abdul Somad dong, ya? Dia pelaku riba juga? Ya ngga laah…
Saya yakin beliau salah satu ustad yang dipercaya khususnya oleh masyarakat Indonesia. Beliau banyak bahas soal riba di yutubnya. Tonton aja 🙂

Saptuari Sugiharto dan bukunya
dewa eka prayoga
Dewa Eka Prayoga
ippho 1
Ippho Santosa

Nah dari membaca kisah mereka itu, saya mulai penasaran. Alhamdulillaah, Allah berkenan menggerakkan hati saya untuk “penasaran”. Kalo ngga dikasi hidayah “penasaran” mungkin saya akan masa bodo dan masi bekerja disana. Mulailah cari tau apa itu riba. Apa-apa saja yang termasuk pekerjaan riba. Sebesar apa dosa riba dan apa efeknya bagi diri sendiri, keluarga dan negara.

Saya langsung terbayang wajah bapak 🙁

Sebulan dua bulan berbulan-bulan saya kerja bawa badan doang. Tapi hati ngga disana. Ngambang! Bangun pagi males ngantor. Nyampe kantor pingin cepet-cepet pulang. Ngga tau, semakin ngga betah aja rasanya.

Mau resign tapi sayang gajinya gede, haha. Tetep kerja tapi dosanya lebih gede lagi. Dilema berkepanjangan. Salah satu temen dikantor saya juga udah tau soal riba. Tapi cari pembenaran. “kita kan kerja, kak. Niatnya ibadah cari nafkah untuk keluarga”. Temen satu lagi katanya “cemana lagi, Ci. Sekarang susah cari kerja”. Yang lain bilangnya “Aku kerja pake mikir, bukan maling”. Saya pun menimpali “iya juga ya”. Bagaimana bisa segera keluar dari kubangan kalo yang diajak tukar pikiran masih dikubangan yang sama tanpa ada rasa bersalah malah berbangga.

Sampe suatu hari di briefing pagi. Biasalah membahas kredit macet. Pimpinan saya bilang “Kalo bisa cepat-cepat aja itu nasabah yang bandel-bandel bayar cicilan segera mati, biar asuransi yang ngelunasin utangnya, ga pening kita”.

Astagfirullaah… Nasabah yang didoain cepet mati, kok saya yang sakit hati :(. Padahal bukan semua yang nunggak itu karna bandel, tapi ada yang memang karna usahanya lagi terpuruk.

Hari itu kebetulan giliran saya bawa doa. Saya berdoa dengan kalimat-kalimat doa yang lumayan panjang. Panjang sekali. Kalimat-kalimat doa yang dapet ilham ntah darimana.

efek riba

Apa doa saya?

Salah satunya semoga kami para pegawai segera diberi rejeki yang halal, dijauhkan dari sifat serakah dan tamak. Memohon agar mampu mengubah niat kami memberikan pinjaman ke nasabah bukan hanya sekedar mengharapkan bunga dari setiap keringat dan air mata mereka, melainkan membantu mereka untuk mengembangkan usaha dan mendoakan nasabah diberi kelancaran untuk segera menyelesaikan segala kewajibannya. Dan yang terakhir doanya supaya kami para pegawai ini terhindar dari sumpah dan kutukan para nasabah yang sudah kami zalimi. Tak lupa saya sisipkan doa yang dikasi Bapak.

Tapi namanya sudah dosa, mau didoakan seperti apapun ngga akan merubah yang haram menjadi halal.

Saya belum pernah menemukan dalil yang membolehkan riba meskipun dalam keadaan darurat. Padahal Babi aja yang jelas haramnya dan semua mengakui masih diperbolehkan jika dalam keadaan darurat.

panas bara api

Dulu waktu nawarin kredit, nasabah di elu-elu, dibujuk-bujuk, dideketin, dipepetin. Giliran usaha mau ambruk, bayaran batuk-batuk bukannya dibantu cari solusi malah didoakan mati :(. Darimana dapet berkahnya kalo digaji dari tetes darah nasabah yang sudah terzalimi…

Semakin setengah hati saya bekerja.

Ngga lama, saya kena musibah lagi. Ntah musibah ntah azab. Dikasi penyakit TB Paru. Itu tahun ke 8 saya kerja disana. Masih dengan pimpinan yang sama, mau ijin checkup aja susahnya minta ampun. Padahal beliau tau saya sakit yang mengharuskan saya kontrol sebulan sekali selama 6 bulan pengobatan. Cuma sebulan sekali, bukan tiap hari. Waktu itu kalo saya lagi kena musibah ingetnya dosa riba. Tapi kalo lagi dapet bonus lupa sama dosanya, haha. Keenakan! manusiawi alibinya… 🙂

Setelahnya saya dapat hadiah dari pencapaian target bisnis yang saya ikuti. Waktu itu saya memang udah jualan online. Hadiahnya sederhana, sebuah buku kisah nyatanya mas Saptuari Sugiharto yang judulnya “Kembali ke Titik Nol”. Bukunya ngga terlalu tebal. Saya baca aja bisa tamat cuma semaleman. Tapi paginya mata saya bengkak. Loh, kenapa?? Karna sepanjang saya baca bukunya, sepanjang itu juga saya nangiiiss kejerrr. Bukaan, bukan karna ngga bisa membaca, tapi beneran kisahnya tragis bikin hati teriris-iris nangis. Saya ketampar, kesindir habis-habisan sama kisahnya. Padahal itu bukan kisah hidup saya. Tapi kisahnya hampir sama. Dia seperti menyampaikan pesan bahwasanya kalo udah tau kerjaan kita itu haram dan ngga berkah, atau udah ada niat resain ya segerakanlah. Jangan sampe nunggu azab berat seperti saya. Apalagi azal datang sebelum sempat bertobat. Begitu kira-kira pesan dari buku itu. Makin berpikir, dong. Makin kesini kok adaaa aja petunjuk ke saya yang mengarah pada riba, riba dan riba terus.

Andaii dari kita ada yang udah baca buku itu tapi hati kita ngga teriris, saya ragu jangan-jangan kita sengaja nutup pintu hidayah 🙂

Singkat cerita, makin galau lah. Tapi beneran saya ngga cerita ke siapa-siapa soal kegalauan ini. Takut dibuli. Pokoknya tiap hari nanya ke diri sendiri jawab sendiri. Resain ngga? Resain ngga? Klo resain nanti mau kemana. Mau kerja apa. Mau dimana bla bla blaa. Kerja juga udah ngga dari hati. Tiap hari berantem sama atasan yang cerewetnya nauzubilaah.

Kerja semakin ngga tenang, akhirnya ngga pake diskusi dan pikir-pikir panjang, saya putuskan resain segera. Hari ini saya ajukan surat resain, besok saya udah ngga ngantor. Atasan saya sempet nahan. Alesannya kok mendadak? “Ngga nunggu 30 hari dulu biar dapet pesangon?”. Jawab saya “ngga usah, pak, saya mau segera aja”.

Begitu mudahnya saya resain? Selain saya ngga punya utang bank, sangkutan-sangkutan lain dan saya ngga pernah melakukan fraud. Apa yang ditakutkan? Keluar ya keluar aja gitu, hehe

Akhirnya saya keluar dari lembaga ribawi. Ngga ada pertentangan apa-apa dari orang tua selain kalimat “Alhamdulillah” walaupun di balik itu masih ada rasa hawatir. Maklum iman masih setengah-setengah.

Kemudian Bapak menguatkan dengan memberi nasehat-nasehat

ganti dari Allah

Sekeluarnya dari lembaga riba berarti hidupnya seneng dong?

Tunggu dulu…kalo begitu ya orang-orang ngga pake mikir mau resain, yekan?
Bukan berarti lepas dari riba trus Allah langsung kasi hadiah berupa kehidupan yang lebih enak seperti janjiNya.

Kamu salah, Perguso!

Kalo kata Saptuari, ibarat kita dilondri. Dicuci habis-habisan lumpur-lumpur riba yang masi lengket di badan sampe bersih. Ntah itu namanya azab, ntah itu ujian pokoknya musibah datang terus bertubi-tubi silih berganti. Jujur, capek sekali. Godaan pingin beli ini itu dengan jalan riba ngga henti-hentinya neror. Putus asa sampe ingin kembali kerja ke lembaga ribawi itu adaaa aja. Masih ngiri kalo liat status temen-temen yang ngucap alhamdulillah karna itu biasanya ada bonus masuk rekening. Sungguh aku ngiri, haha. Dilalah tawaran kerja kok ya banyak dilembaga ribawi. Kata bos saya yang sekarang istilahnya 4L. Lu lagi lu lagi.

Tujuannya Allah apa? Allah cuma mau liat saya konsisten apa ngga. Istikomah apa cuma istirahat. Tahan banting apa ngga? Allah mau liat kalo saya kekurangan, saya masih bisa nahan diri apa ngga? bakalan tergoda sama jalan pintas (ngutang riba alias kredit) atau kerja disitu lagi apa ngga? Beruntungnya sedari dulu saya ngga pernah minat sama kartu utang alias kartu kredit. Pokoknya kalo di BI ceking nama saya bersih, deh. hehe. Ya pokoknya gitu-gitulaah segala macam godaan sampe sekarang masi banyak.
Sampe sekarang?
Iya, sampe sekarang!Nyesel, Ci?
Ngga!

Sungguh saya bersyukur terpilih dari milyaran manusia yang dikasi hidayah “istimewa” itu.

Jadi sekarang udah bener-bener bersih dari riba, dong?

Ngga juga!

Kecuali saya pindah dari negara kapitalis ini ke negara yang bener-bener syari. Ngga tau juga, sih ada negara seperti itu apa ngga. Setidaknya niat saya udah bulat keluar dari lingkaran riba. Masih nabung di bank? Masih… cuma buat numpang transfer gaji dan memudahkan transaksi lainnya. Lagipula pertama kali saya buka rekening langsung minta permohonan ditiadakan bunga. Alhamdulillah CS nya menyetujui yang pasti atas kebijakan bank nya juga. Artinya pihak bank juga sadar kalo bunga itu riba yang ngga diperbolehkan dalam islam. Makanya ada sistem meniadakan bunga bagi yang minta dengan membuat surat permohonan sendiri yang artinya atas permintaan nasabah yang bersangkutan tanpa paksaan. Lagipula ngga semua transaksi di bank itu riba. Bank nya ngga riba. Yang riba cuma beberapa transaksinya.

Lagipula kalo udah ada bank yang konvensional kenapa harus ada yang syariah, coba? Coba coba coba tanyakan pada rumput yang bergoyang…

Beruntungnya makin kesini dakwah riba itu makin gencar. Banyak temen-teman yang mulai resain. Komunitas-komunitas anti riba juga semakin banyak tersebar dan konsiten berdakwah di Indonesia. Fenomena riba saat ini hampir sama dengan fenomena jilbab bertahun-tahun lalu. Dulu anggapan berjilbab itu menyulitkan, kuno dan susah cari kerjaan.

Sekarang?? 9 dari 10 perempuan muslim memakai jilbab 🙂

Begitulah…

Susahnya mendapatkan informasi tentang hal yang sudah jamak dilakukan umat muslim dan sudah menjadi pemakluman publik. Karna seorang yang bergelar haji bahkan ustad pun belum tentu paham ilmu fikih muamalah. Jadi cari ustad yang bener-bener paham ilmunya 🙂

abdul somad.jpg

Saya yang sering dibilang sok suci ini cuma berusaha semampu saya untuk keluar dari lingkaran riba. Udah itu aja!

**********

Kisah lainnya… Dengan mata kepala saya sendiri menyaksikan seorang pengusaha kue di salah satu kota di Pulau Jawa yang sangat sukses dan beraset milyaran bahkan termasuk dalam 10 besar pengusaha berpengaruh di kota itu, bisa jatuh sejatuh-jatuhnya karna hutang riba.

“Sesungguhnya (harta) riba, walaupun banyak jumlahnya, pada akhirnya akan menjadi sedikit. (Riwayat Imam Ahmad, At-Thabrany)

Atau buka surat Albaqarah 276.

memusnahkan riba

Mirisnya, pengusaha itu udah sadar betul bahwa riba itu diharamkan tapi tak mengindahkan. Keenakan sama duit yang ngalir. Padahal sedekahnya jor-joran. Segala solat sunah, tahajud apalagi yang 5 waktu ngga pernah tinggal. Tapi maksiat ribanya jalan terus. Bertahun-tahun membangun usaha dengan modal riba. Yaa, di awal-awal tahun merintis usaha lancar. Semakin lancar, semakin nambah plafon hutang ribanya. Cuma 3 tahun asetnya nambah terus. Lembaga riba paling seneeeng sama pengusaha jenis begini. Ditopang terus sampe sukses sampe usaha dipuncak.

Allah menunaikan janjiNya pada pengusaha tersebut, janji bahwasanya Ia memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.

Naas, begitu usaha sedang mencapai puncak tertingginya, Angin puting yang paaaling beliung menerjang. Baaaaam!! Usaha jatuh dalam sekejap. Lembaga ribawi? Awalnya aja membantu. Lama-kelamaan keluar juga jiwa rentenirnya. Mereka pasti selamatkan dapurnya sendiri lah. Guess what? Lelang! Jual murah dibawah harga aset. Pokoknya lembaga riba selamatkan diri dulu. Ngga peduli nasabah rugi yang penting kredit lunas. Si pengusaha ngga dapet apa-apa. Sudah jatuh ketimpa tangga, kecebur lumpur, kesiram cet dikerubung semut pula.

Pengusaha kelas kakap kok bisa jatuh? Pasti karna salah ngatur keuangan. Salah manajemen. Salah ini salah itu. Hmmm, ya bisa jadi itu salah satunya. Tapi ngga bole juga menyangkal ada campur tangan Allah bahwa itu efek dari dosa riba yang bertahun-tahun dilakukan dengan cara SADAR. Kalo modalnya dari sumber yang diharamkan Allah, sangat mudahlah bagiNya membangkitkan dan manjatuhkan sesuatu. Apa yang Ia kehendaki, terjadi, terjadilah hanya dengan satu telunjuk!
Pusing kita kalo memikirkan sebab-sebab orang kaya bisa jatuh melarat dan sebaliknya. Pasti ada sebab dan akibat serta campur tangan Allah

tau riba tapi masih diklakukan

Pengusaha itu tak lain tak bukan adalah ibu angkat saya sendiri :). Kenapa saya tau persis kisahnya? Karna pasca resign, saya sempet ikut beliau hampir setahun dan nyaris masuk lagi ke dunia “peribaan”. Saya makin tersadar kenapa Allah menuntun langkah kaki saya merantau ke Jawa, tujuannya ternyata supaya saya bisa menyaksikan langsung janji Allah memerangi pelaku riba itu benar.

Sadar saya ngga mungkin menang perang sama Allah. Saya berdoa tak henmti-henti minta jalan keluar. Alhamdulillaah, Allah masi sayang. Masi dikasi jalan untuk bisa keluar dari lingkaran riba. Lolos!

Semakin takut akutuuuuuh!! Azab terjadi di mana-mana depan mata sendiri.

**********

Amalannya banyak, Ibadahnya oke, Silaturahmi jangan ditanya… Tapi kok bisa kena ujian?

Kalo kata ustad Abdul Somad. “yakin itu ujian?, Jangan-jangan azab. Ente masih bermaksiat kok pede amat bilang itu ujian. Itu azab!'”
Maksiatnya apa??

dosa riba baru

Atau pembelaan lainnya kayak “Aku cuma pemberi pinjaman. Aku cuma agen. Aku cuma sekutiri, aku cuma tukang bersih-bersih, aku cuma saksi, aku cuma tukang catat dll

pihak pemakan riba.jpg

See… Bahkan zina yang katanya dosa paling besar ternyata ada yang lebih besar lagi. Itulah RIBA….

Jangan heran kalo negara kita kian hari kian sering terjadi bencana. Itu karna kita sendiri yang mengundangnya 🙂

zina dan riba dikampung 1

Ah kami suami istri kerja di lembaga riba. Alhamdulillaah bahagia terus. Rejeki nambah terus. Sehat dan ibadah lancar bisa mengumrohkan orang tua. Bisa ikut qurban tiap tahun. Sedekah aja biar hartanya bersih lagi.

Oiya pernah baca, ngga?
Kalo sedekah yang berasal dari harta haram itu ditolak. Tuh kan, sia-sia sedekahnya. Apa yang mau dibersihin?

sedekah ditolak

Pernah baca di fesbuk, ada satu mesjid di daerah Jawa yang memisahkan kotak infak. Diberi label “uang halal” dan “uang riba” yang artinya uang haram dimasukkan ke kotak berlabel uang riba. Jadi mereka ngga mau mesjid dimakmurkan dari harta yang haram termasuk riba. Masyaallaah…

Terus kalo masi bermaksiat tapi hidupnya bahagia, macammana pula?

Lagi, cari referensi di yutub. Hati-hati dengan istidraj, nikmat dunia…
Itu jauh lebih pedih kalo balasannya dikasi di akhirat.
Kalo sekarang hidupnya merasa bahagia tapi masi cari uang haram, atau bermaksiat lainnya, bisa jadi itu istidraj. Jangan sombong, sis… 🙂

istiraj.jpg

Uci sok tau, ah.
Iya saya memang banyak cari tau. Sering denger ceramahnya ustad di yutub. Bukan ustad sembarangan, kok. Kalo 8 dari 10 ulama mengatakan riba itu haram maka sulit untuk menyangkal kalo udah ulama besar yang mengeluarkan fatwa.

Uci sok tau, ah.
Iya saya memang banyak cari tau. Sering denger ceramahnya ustad di yutub. Bukan ustad sembarangan, kok. Kalo 8 dari 10 ulama mengatakan riba itu haram maka sulit untuk menyangkal kalo udah ulama besar yang mengeluarkan fatwa.

fb_img_15136785384311255841964.jpg

Lalu apakah ada bank yang benar-benar menerapkan sistem syariah di negara kita ini?

Susahnya mencari lembaga yang bebas riba meski banyak yang berlebel syariah pun belum tentu bebas riba secara kaffah, karna kebanyakan akad tak ada ubahnya dengan yang konvensional.

Seorang yang berniat hijrah harus benar-benar buka hati dan pikiran untuk lebih banyak belajar dan menggali ilmu tentang syariah atau tidaknya suatu lembaga keuangan.

Bank Muamalat

PT. Bank Muamalat Indonesia merupakan bank syariah pertama di Indonesia hasil gagasan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indoenesia (ICMI) yang kemudian mendapat dukungan dari pemerintah. Kehadiran bank syariah ini seperti menjadi oase tersendiri bagi muslim yang berniat dan sedang dalam proses berhijrah. Diantara usaha perbankan yang masih setia dengan sistem riba secara terbuka, Bank Muamalat Indonesia justru berani menawarkan semua transaksi perbankan konvensional dengan cara yang syari. Ini kabar baik yang melegakan tentunya.

Seiring semakin banyaknya muslim yang sadar akan dosa dan bahaya riba, kemudian hijrah secara berjamaah membuat banyak lembaga ribawi ketar-ketir. Karna pada kenyataannya tidak sedikit mahluk Allah yang bisa hidup lebih layak dan sukses tanpa riba. Sukses dunia dan akhirat.

Lembaga ribawi yang dengan lantangnya memberikan pembenaran akan setiap transaksi mereka padahal pada dasarnya apapun yang bertambah baik bertambahnya nilai uang maupun jasa dari setiap transaksi maka itulah riba yang susungguhnya.

Hal inilah yang melatarbelakangi Bank Muamalat Indonesia melalui gerakan kampanye #AyoHijrah yang dilaunchingkan pada 8 Oktober 2018 lalu, mengajak masyarakat Indonesia untuk berhijrah dengan tetap memberikan solusi bertransaksi keuangan syariah melalui perbankan bebas riba.

Sebagai bank pertama syariah, Bank Muamalat merasa ikut bertanggungjawab menyediakan dan memperluas fungsi pelayanan dan transasksi keuangannya yang murni syariah. Sehingga masyarakat tak hanya hijrah dalam hal ibadah secara batin tetapi juga hijrah dalam mengelola keuangan. Dengan demikian segala aspek kehidupan dengan segala kemudahan-kemudahan transaksi melalui bank diharapkan mendapat keberkahan dari Allah SWT .

Gerakan #AyoHijrah Berani Lebih Baik yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia adalah dengan mengajak masyarakat untuk terus-menerus memperbaiki diri khususnya dalam aspek transaksi keuangan dengan berpindah dari layanan konvensional ke layanan syariah. Berbagai bentuk kegiatan kampanyenya antara lain:

  1. Seminar/edukasi tentang perbankan syariah
  2. Open booth di berbagai kegiatan masyarakat
  3. Kajian islami dengan menghadirkan ulama sebagai narasumber
  4. Pemberdayaan mesjid sebagai salah satu agen perbankan syari

Lalu kenapa kita khususnya umat muslim harus hijrah ke lembaga keuangan syariah, khususnya Bank Muamalat Indonesia?

  1. Merupakan bank pertama di Indonesia yang murni syariah, berdiri sejak tahun 1992
  2. Tidak menginduk pada bank lain, sehingga terjaga kemurnian syariahnya
  3. Pengeloaan dana didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi syariah yang selalu diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.
  4. Memiliki produk dan layanan lengkap yang ditunjang oleh fasilitas modern seperti Mobile Banking, Internet Banking, serta jaringan ATM yang tersebar hingga di luar negeri.

Adapun produk-produk dari Bank Muamalat Indonesia antara lain:

  1. Tabungan iB Hijrah
  2. Tabungan iB HIjrah Haji dan Umrah
  3. Tabungan iB Hijrah Rencana
  4. Tabungan iB Hijrah Prima
  5. Tabungan iB Hijrah Prima Berhadiah
  6. Deposito iB Hijrah
  7. Pembiayaan Rumah iB Hijrah

Penjelasan lengkap tentang segala produk dapat diakses diwebsite Bank Muamalat Indonesia

Dengan Visi menjadi bank syariah terbaik dan termasuk 10 besar bank di Indonesia dengan eksistensi yang diakui ditingkat regional. Serta Misi mulia yakni membangun lembaga keuangan syariah yang unggul dan berkesinambungan dengan penekanan pada semangat kewirausahaan berdasarkan prinsip kehati-hatian, keunggulan sumber daya manusia yang islami dan profesional serta orientasi investasi yang inovatif, untuk memaksimalkan nilai kepada seluruh pemangku kepentingan.

Dengan demikian visi serta misi Bank Muamalat Indonesia sudah di depan mata. Begitulah kalau niat karna Allah, diantara kesulitan pasti ada kemudahan-kemudahan.

Semoga Bank Muamalat selalu istikomah dengan niat yang baik serta menerapkan segala transaksi sesuai dengan syariat Islam sehingga muslim Indonesia tak ada keraguan untuk menggunakan jasa perbankan syari dalam memenuhi kebutuhan transaksi perbankan pada Bank Muamalat Indonesia. Aamiin…

Walllahua’lam bissawaaf…

Satu tanggapan untuk “Zina, Riba dan ajakan #AyoHijrah Oleh Bank Muamalat Indonesia

  1. “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)

    Dalam Tafsir Al Jalalain (hal. 141) pun disebutkan, “Ketika mereka meninggalkan peringatan yang diberikan pada mereka, tidak mau mengindahkan peringatan tersebut, Allah buka pada mereka segala pintu nikmat sebagai bentuk istidraj pada mereka. Sampai mereka berbangga akan hal itu dengan sombongnya. Kemudian kami siksa mereka dengan tiba-tiba. Lantas mereka pun terdiam dari segala kebaikan.”

    Syaikh As Sa’di pun menyatakan, “Ketika mereka melupakan peringatan Allah yang diberikan pada mereka, maka dibukakanlah berbagi pintu dunia dan kelezatannya, mereka pun lalai. Sampai mereka bergembira dengan apa yang diberikan pada mereka, akhirnya Allah menyiksa mereka dengan tiba-tiba. Mereka pun berputus asa dari berbagai kebaikan. Seperti itu lebih berat siksanya. Mereka terbuai, lalai, dan tenang dengan keadaan dunia mereka. Namun itu sebenarnya lebih berat hukumannya dan jadi musibah yang besar.” (Tafsir As Sa’di, hal. 260).

Tinggalkan Balasan