jalan dan wisata

Senja Antara Gambir dan Monas

Ingat kah kau sayang?? Bahkan sebulan sebelum berangkat kita sudah menghitung mundur waktu setiap harinya 😀
Setiap hari… sampai waktunya tiba tak pernah kita alpa seharipun.
Dua hari sebelum keberangkatan aku sudah sibuk menyusun barang-barang yang akan kita bawa di subuh-subuh hari. Kau tertawa melihat semangatku, kau pasti bahagia melihat aku tersenyum kan? 🙂

Hari yang sangat kutunggu akhirnya tiba. Dengan gembira aku menyambut pagi, karena akan dimulainya perjalanan indah dengan seseorang yang kehadirannya menjadi semakin sangat istimewa dan berarti dalam hidupku dan sekarang sudah bisa kusebut suami, how beautifull life, isnt it? 🙂

ingat ngga sayang? Sepanjang jalan tak pernah lepas kau genggam tanganku. “mau memastikan istriku masih disampingku” itulah jawabmu. Ahhh…. bagaimana aku bisa jauh darimu sayaaang?? kamu memperlakukan aku bak seorang putri, kenapa pula aku harus pergi? apa lagi yang kucari?? No… i want to stay with u in this world and jannah.

ternyata benar, nyaman sekali tidur dipundakmu setiap saat. Bersandar manja. Dibus, dipesawat, dimanapun setiap duduk berdua selalu kepalaku ini ingin berpangku dibahumu. Pantas saja dunia begitu indah untuk insan yang sedang jatuh cinta. Itulah yang terjadi padaku, juga padamu. Bagi orang lain, mungkin kalimat “i love u” akan menjadi untaian kata yang membosankan bila diucapkan setiap menit. Tapi bukan bagi kita, kau ucapkan kalimat itu tanpa lelah. Dan aku? Tentu saja tanpa kujawab pun kau udh tau isi hatiku. “U are my soulmate” pasti jawabmu begitu kan sayaang? 🙂

Bagiku, yang paling indah di moment itu dimana saat-saat kita menghabiskan waktu bersama menyusuri jalanan antara Gambir dan Monas. Sore itu udara begitu sejuk. Beratnya ransel dipundak tak lagi dirasa. Kita duduk dikursi kayu pinggiran trotoar. Ingat ga? Kamu selalu antusias memberitahuku ketika barisan gerbong kereta lewat di atas kepala, dan kita tersenyum bersamaan. Tak sabar rasanya menghabiskan malam bersamamu di dalam kereta malam Argo lawu menuju Jogja.

sore itu tak ada kemacetan dan keramaian Jakarta yang seperti orang-orang bilang. yang kurasakan malah ketenangan. Kita tak banyak bicara. semilir angin menyapu wajah, Sejuk sekali…menyibakkan rambumu dan jilbabku.
dedaunan yang bergoyang, kicau burung, suara orang-orang yang tertawa bercengkrama sudah mewakili kata hati kita.

sayapku kini lengkap dengan hadirnya kamu sayaang. aku bisa terbang tinggi bersamamu. Belum pernah aku merasa dicintai seperti caramu mencintaiku. Sungguh ini pengalaman pertama untukku. Kau salah satu Anugerah Tuhan untukku. Bagaimana aku bisa mengabaikanmu sayang? sementara hanya kau yang menyita fikiran dan hari-hariku. Menjadikan hidupku lengkap dan sempurna.

Matahari perlahan mulai terbenam. Semakin dekat waktunya perjalanan panjang kita sayang… Memandang senja kala itu, semakin damai terasa dihati. kian indah dengan warna jingganya yang terang memenuhi wajah Ibukota, Melatar belakangi sang monas dengan tugunya yang menjulang dan puncaknya bagaikan bara api. Sungguh perpaduan warna yang sempurna dikala senja.
Makasi ya sayaang…
kamu penuhi janjimu dengan bulan madu yang indah 🙂
Seindah senja kita sore itu. Senja antara Gambir dan Monas

Agustus 2009 – T&T

 

 

21 tanggapan untuk “Senja Antara Gambir dan Monas

Tinggalkan Balasan