Saya masih penasaran (tapi males nyari) hehehe jangan dipelototin doong :D. Sebenernya bukunya bu Kartini Habis Gelap Terbitlah Terang ini beneran ada ga sih? Memang berwujud buku apa semacam diari harian aja gitu? *serius nanya jangan dibully yaa 😀
Trus2 kenapa coba harus ibu Kartini yang diperingatin tanggal lahirnya. Padahal cuma nulis buku doang. Tuuh bu Dewi Sartika, Cut Nyak Dien dan kawan2 yang bertaruh nyawa ikut angkat pedang malah ga diperingatin tanggal lahirnya? Sebegitu istimewa kah bu Kartini dimata presiden saat itu?? Hehehe ini becanda yaa becanda *sungkem sama …
Saya masih suka gemes tapi juga sekaligus lucu kalau baca komen2nya ibu2 yang perang dimedsos soal perdebatan antara ibu bekerja vs ibu dirumah. Waaaaah… kadang gatel mau nimbrung dibisikin dari arah kiri “ayoo lawan itu yg nyinyir enak aja dia ngatain kau ibu ga sayang anak” (ceritanya jadi salah satu yang tersinggung haha) tapi, di sisi kanan langsung balas berbisik “ehh… ga usah ikut2an, kau mau ikut nyiram bensin?, mendingan ikut pengajian aja sanah”. Hahahaha
Ntah sampe kapan ya perdebatan itu berakhir. Selama masih ada ibu berkarir dan ibu dirumah kayaknya susah damainya :D. Anehnya yang debat itu ya sesama perempuan juga. ga saling kenal juga. Malah ada yang satu di sabang satu lagi di merauke. Itu ya kekuatan medsos / internet. Ibarat mata pisau. Kalau dipegang sama tukang masak bisa dipakai untuk iris2 bumbu dan jadi makanan lezat. Kalau dipegang sama tukang begal?? Apa jadinya?
Ada yang bilang ibu bekerja itu ga sayang anak. Istri durhaka sama suami *astagaa :(. Karena dia memandang ibu bekerja udah pasti ninggalin rumah dari pagi sampe sore bahkan malam. Tapi si nyinyir tadi ga tau si ibu harus rela tidur lambat bangun cepat. Demi nyiapin sarapan dan bekal, dan printilan2 lain anak2 sekolah. Sampe kantor juga belum tentu bisa tenang, harus sering2 telpon ke rumah nanyain keadaan si bungsu yang dititipin ke pengasuh. Sorenya nyampe rumah nyiapin makan malam, nemenin anak2 belajar dan main. Apalagi klo anak2nya doyan begadang hikkss.. *ini bapaknya manaaa?? Tuuuh nonton bola :p. Kenapa yaa ga ada bapak2 yang debat soal bapak bantu istri kerja dirumah vs bapak tukang perintah?? Hahaha
Itu tadi situasi kalau si istri tipe rajin dan si bapak tipe terima bersih. Yang penting udah kasi nafkah lahir batin dahkata si bapak. Nah kalau si istri kerja trus suami juga masi mau bantu2 dirumah ya ini alhamdulillah. Jadi kalau istri bekerja di luar rumah pasti punya banyak alasannya kaan. Ada yang memang dia tipe ga bisa diem di rumah sedari gadis memang udah biasa bekerja. Kalau ini sebelum menikah ya harus didiskusikan dahulu sama calon suami. Lagipula sebelum menikah kan pastinya udah tau dong kegiatan calon masing2. Ada pula alasannya memang ingin membantu keuangan keluarga. Lebih sejahtera dengan dibantu istri cari uang. Atau alasan lain ya memang suami belum bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga. Sudah pasti malah lebih bersyukur kalau istri masi mau banting tulang cari uang tambahan. Banyak juga tuh suami yang memang udah mapan tapi istri masih bantu dengan bekerja di luar rumah. Kalau suami ridho, anak2 ga keberatan, ada pengasuh yang terpercaya saya pikir ga ada salahnya. Bukankah mencari rejeki halal untuk keluarga itu dibalas dengan pahala? Cmiiw
Lain halnya dengan si single parent. Saya sendiri contohnya. Mau ngga mau ya harus berjuang sendiri. From am to pm. Belum lagi cibiran orang2. Demi anak2 nih..siapa yang berani nyinyir ibu bekerja diluar tandanya ga sayang anak?? Sini tak lempar teplon!!! Apapun pekerjaannya sudah pasti demi anak2. Yang bekerja dikantor? Pergi pagi pulang malam. Terserah mau pake mobil pribadi, motor, angkot, nebeng apa urusan situ?? Yang penting ga ngeluh2 apalagi melas2 minta dikasihani atas nama janda. Duuh jauh2 laah. Alhamdulillaah.. anak2 bisa mengerti kalau emaknya ga ada berarti emaknya bekerja. Atas campur tangan Tuhan juga anak2 kadang bisa mendadak mandiri dan dewasa seakan2 mengerti dengan keadaan kalau emaknya ga bisa mendampingi seharian karena bekerja. Jadi kenapa lah harus dinyinyirin aja ibu2 yang bekerja dikantoran?? Anehnya yang didebatkan selalu aja ibu2 kerja dikantoran. Kenapa si buruh cuci 7 pintu misalnya. Udah pasti kan pergi pagi pulang sore kan? Kenapa ga dinyinyirin? Apa karena situ kalah cantik sama istri kantoran? Tuuh kaan sirik aja bilang :p.
Buruh cuci, ART, buruh tani, buruh pabrik apalagi TKW ini sih saya rasa yang paling pahlawan. Pahlawan keluarga. Ini lagi ngomongin istri2 loh yaa jadi yang bapak2 jangan ngambek klo ga disebut pahlawan. Ntaar pas hari bapak dibahas soal bapak2nya :D. Naah si istri2 tangguh ini yang rela kukunya jelek, mukanya item, bodi ga terawat demi apa?? Demi sebuah tanggung jawab. si tulang punggung ini masih harus dapat nyinyiran lagi? Kemana sih hati nuranimu? Sayang aja mereka belum sanggup beli android, coba kalau punya, suara hati mereka yang paling dalam kalau dicurhatin dimedsos pasti pada diem semua deh. Tertohok!
Masih inget baru2 ini biduanita yang meregang nyawa karena kepatok ular?? Dia punya banyak alasan kenapa bekerja dengan harus nyawa jadi taruhan. Jangan cuma dilihat sisi buruknya. Masi ingat para TKW yang harus dipenjara bahkan diancam hukuman mati karena membela diri? Heey mereka pahlawan kan?? Negara aja mantap menyebut mereka dengan sebutan Pahlawan devisa, apalagi bagi keluarganya. Kalau disuruh memilih pastilah mereka akan tinggal dirumah bersama anak2. Bukan tanpa derai air mata, hati tercabik2 saat dimana mereka harus ninggalin keluarga terutama anak2 yang masih kecil2 demi marantau. Pulang ke tanah air belum tentu bisa beberapa tahun sekali. Syukur2 anaknya masih ngenalin, atau tau2 pulang kampung sang anak malah kayak liat orang asing ngacir kepelukan sinenek. Syukur2 mereka dapat majikan yang baik, kalau sebaliknya? Itu kan yang bikin mereka pulang hanya tinggal nama :(.
Yang dikantoran juga, dibalik penampilan yang rapi, cantik, wangi, pakai blazer, sepatu hak tinggi tas mengkilap dan sebagainya. Siapa yang tau kalau mereka dibentak sama atasan karena berbagai alasan. Dibully temen2 karena tidak sevisi atau dimarahin konsumen karena tidak puas dengan pelayanan dan berbagai problematika dari berangkat sampe pulang ke rumah. Semua demi apa? Demi tanggung jawab kakaaa…
Sekarang dari sisi si ibu di rumah. Banyak yang berpendidikan tinggi tapi memilih jadi ibu rumah tangga sejati. Ada juga yang nyinyir “sayang ijasahnya, kasian ortu udh nyekolahin tinggi2, dasar males, ga kreatif” dan lain2. Ironisnya itu suara2 sumbang datangnya dari kaum perempuan juga. Kenapa emangnya kalau istri dirumah? Mungkin mereka lebih nyaman kalau anak2 diasuh dengan tangan dan caranya sendiri. Toh dari suaminya ekonomi masih terjamin. Sah2 saja. Sekarang malah banyak tuh ibu bekerja dirumah. Dari hobinya memasak, menjahit, bercocok tanam bisa menghasilkam pundi2. Suami malah senang, iya kan?? Hayo bapak2, senyumnya mana?? :D. Banyak istri2 yang awalnya berkarir dikantoran nyambi bisnisan. Setelah dirasa lebih menghasilkan dibisnis akhirnya resign dan memilih berkarir di rumah. Lebih manfaat kan, anak2 tetap dekat dengan ibunya. Kurang kreatif apa coba istri2 ini? Kalau kekgini masi ada yang nyinyir? Ga tau lagi lah apa yang ada dalam pikirannya. Ga sedikit juga suami malah ikutan resign karena membantu bisnis sang istri. Saya malah mupeng liat suami istri yang mau weekday ataupun weekend tetep nyantai, tetep ada kapanpun diperlukan anak2 karena merintis bisnis dari rumah.
Sebaliknya ada juga istri yang dirumah tapi ga menghasilkan karya apapun. Tidur cepet bangunnya siang. Suami pergi kerja ga dibikinin kopi atau sarapan, anak2 sekolah dianter ojek, suami pulang ga disambut, ga dimasakin. Makan kateringan. Ngapain aja tuuh?? fesbukan mulu pasti sambil nonton uttaran :p
Ayoklah sesama perempuan saling mendukung. Saling mengingatkan. Tak perlu saling menyindir. Sebagai seorang perempuan pastilah kita punya perasaan yang sama. Sebagai seorang ibu pastilah kita ingin mempersiapkan yang terbaik untuk anak2 saat ini dan untuk masa depan mereka. Sebagai seorang istri pastilah kita ingin memberikan pelayanan terbaik bagi suami. Sama kan? Jadi untuk apa saling menjatuhkan. Toh profesi kita sama. Sama2 seorang istri dan sama2 seorang ibu. Harusnya sebagai sesama perempuan ikut merasakan pilunya jadi korban kekerasan, korban pelecehan. Bukan malah membully dengan kalimat “siapa suruh pake rok mini, biarin aja diperkosa biar tau rasa”.. kaum apa tuh ya yang ngomong? :p. Belum tentu yang dibungkus rapi pun bebas dari pelecehan. Belum tentu yang pake bikini pun pasti dilecehkan. Yang sudah pasti adalah yang melecehkan sudah pasti disebut pelaku dan yang dilecehkan sudah pasti disebut si korban. Apapun motifnya apapun alasannya.
Satu yang tak akan pernah terbantahkan bahwasanya surga ada di bawah telapak kaki ibu. Tak penting ibu dirumah. Tak penting ibu bekerja. Tak penting profesinya apa. Istri adalah Kartini bagi suaminya. Ibu adalah kartini bagi anak2nya. Perempuan2 perkasa inilah kartini bagi keluarganya.
Medan, 21 April 2016
Mestinya saling mendukung. Saling mengingatkan. Saling menguatkan. Bukan saling menyindir ya, Mbak 🙂
Iya mas… apalagi sesama perempuan harusnya saling support
Perdebatan soal kenapa Kartini jadi pahlawan dan pahlawan-pahlawan wanita yang lain itu tidak memang perdebatan yang panjang banget, tapi bagi saya useless. Kartini nggak pernah minta buat disebut jadi pahlawan. Pahlawan wanita yang lain juga nggak pernah iri lihat Kartini dijadikan pahlawan sementara mereka tidak. Bagi saya mereka semua sama-sama berjasa, dengan atau tanpa gelar pahlawan. Jadi menurut saya itu tidak perlu dipertanyakan lagi :hehe.
Dan saya setuju, setiap wanita pasti punya pilihan buat bekerja atau tidak. Tapi nama pun manusia punya mulut dan di luar sana banyak manusia, di luar sana pasti banyak banget omongan ya. Menurut saya balik ke orangnya saja sih sekarang, apa mengindahkan omongan itu atau tidak. Kalau tutup telinga dan maju terus, saya rasa itu pilihan terbaik :hehe. Soalnya justru ketika kita dengar omongan orang makanya kepikiran dan akhirnya malah jadi stres :hehe.
Iya benerr Gar.. harus jadi pura2 tuli supaya ga baper. Ga stres..
Iya Mbak :)).
Hahahhaa…….semua serba salah ya 🙂 Kayaknya kalau dengerin kiri kanan gak ada yang bener deh. Ada aja salahnya
Iya kak, harus bisa kontrol emosi ceritanya supaya ga stres sndri
selamat hari kartini
Selamat hari kartini juga Wiin.. 🙂
Kalau sudah begini aku inget Khadijah wanita mulia yang berdagang, Aisyah wanita mulia yang IRT. Keduanya mulia di mata Allah, tergantung niat dalam batin. Lillahi ta Ala saja mbak, tidak usah diperdebatkan lebih jauh 😊
Iya mbk… mereka wanita2 panutan yaah.. 🙂
seperti pemilihan tanggal lahir Ibu Kartini yang diperingati dan penilaian ibu bekerja…. semuanya berawal dari sudut pandang 😀
Ibarat ngeliat pemandangan ya mas, dari sudut mana kita melihat pasti penampakan akan berbeda2. Ada indah dan ada yg lbh indah…
wah…. saya suka sudut pandang dari tulisan ini… jd, memang benar bhw kita ini jgn trlalu cepat mnilai orng… smua yg ia lakukan pasti ada alasannya.. Happy Kartini Day lah.. 😀
Iyess bener mas, every mom has her own battle..
Makasi ya maas 🙂
perempuan merdeka.. memilih untuk bekerja atau menjadi IRT.. pun keduanya bisa dilakukan bersama.. bangga thd para wanita yg berjuang demi keluarganya.. 👍
Makasii…:)
Saya pribadi justru salut sama Ibu bekerja. Udah rempong sama urusan rumah masih ditambah sama urusan kantor. Kadang juga masih harus ngadepin dilema antara kerjaan sama anak. Multitaskingnya dobel2. Saya mungkin nggak sanggup kalau masih harus kerja. Tapi sekarang banyak juga kok ibu2 yang bisa tetep caru duit tapi juga tetep bisa jagain anak. Tuh yang pada bisnis olshop. Cuma kan kalau sttsnya pegawai nggak semudah itu juga kan resign.
Intinya sih tiap orang udah dapet bagian masing-masing jadi nggak usah ribut deh sama bagian orang lain. Ibu bekerja atau FTM bagi saya sama saja selama peran inti sebagai ibu nggak ditinggalkan. Soalnya banyak juga ibu yang nggak kerja tapi sibuk arisan melulu…
Assalamu alaikum wr wb mba
untuk yang pertama kalinya saya datang ke blog lewat blog mba rindriani.. ya mba rindriani.. maaf bila salah ya..
ada yang berpendpat menurutt pakar sejarah beliau itu pejuang tetapi kenapa sih tokoh tokoh pahlawan indonesia muslimah indonesia tidak begitu ditonjolkan di mata pelajaran sekolah dasar hingga perguran tinggi..
kita seolah olah menutup mata tentang perjaunagnnya seorang pajlawan muslimah yang tiada henti hentinya..
thanks ya mba sudah berbagi atau sharingnya..
Mukhofas
Sama2 mas…
Salam kenal yaa, makasi udh mampir 🙂
Boleh ping back nya ^ ^
Kalo ada yang nyinyirin emak2 yang berkarir, sini mba tak bantu lemparin piring, sendok, seisi dapur sekalian hahaha
Aku setuju kalo semuanya juga demi anak2 bukan karna emaknya kesenangan diluar rumah, mana ada yaa orang kerja tuh enak, ya kali kalo nongki2 cantik itu baru asik..
intinya, mau single atau udah married, setiap perempuan memang harus punya pondasi yang kuat pada dirinya sendiri 🙂
Salam kenal mbaa 🙂
Setujuu…byk nih stok piring kaleng2. Hehehee..
Salam kenal kembali. Makasi ya udh mampir 🙂
bener..gak usah diperdebatkan..gak ada habisnya padahal pasti sudah melalui pertimbangan yang macam2 sehingga harus memilih apayang terbaik buat dirinya. Kecuali untuk tipe ‘istri yang dirumah tapi ga menghasilkan karya apapun. Tidur cepet bangunnya siang. Suami pergi kerja ga dibikinin kopi atau sarapan, anak2 sekolah dianter ojek, suami pulang ga disambut, ga dimasakin. Makan kateringan. Ngapain aja tuuh?? fesbukan mulu pasti sambil nonton uttaran’. Hehehe… kira-kira positive thinking untuk ibu seperti ini gimana yah?
Mungkin atas ridho sang suami mbk hehehe