jalan dan wisata

Lewat Asia Afrika Naik Bandros

Waktu jalan-jalan di Kota Tua Jakarta beberapa tahun lalu, saya pingin sekali naik bus wisata yang bertingkat disana. Kebetulan salah satu titik keberangkatannya tepat di depan stasiun Jakarta Kota yang pas sebelahan dengan Kota Tua. Tapi waktu liat antriannya yang panjang beneeerr, dan waktu juga udah mepet, nyali jadi ciut. Ngga jadi, deh. Akhirnya mampir ke Mesjid Istiqlal dan Situ lembang

Mampir dong Kota Tua , Masjid Istiqlal, Situlembang

Kunjungan ke Bandung kali ini ngeliat bus wisata yang lebih lucu. Bentuknya sih mirip odong-odong. Odong-odong kalo di Medan identik dengan anak-anak dan musik dangdut yang meriah. Lain hal dengan odong-dongnya kota kembang. Karna dikemas sedemikian rupa, dilengkapi dengan city tour guide dan sound system yang bagus, jadinya odong-odong ini bernilai tinggi. Bus ini adalah bagian dari program Walikota kala itu yang memang terkenal dengan jiwa milenialnya, sebagian dari APBD dan sebagian lagi merupakan program CSR dari beberapa perusahaan dalam rangka membantu penggalakan wisata Jawa Barat khususnya kota Bandung. Kalo di Medan punya Mowiee yang ngga kalah oke.

Bandung City Tour on Bus disingkat Bandros adalah sebutan untuk bus wisata yang lucu ini. Bus petak yang bagian depan sekilas mirip Tayo ini punya sekitar 8 kursi besi masing-masing 4 di sisi kiri dan kanan serta 2 kursi di belakang (seperti kursi besi yang ada di kapal penyebrangan Parapat), Badan bus dan jendelanya sebagian besar dibiarkan terbuka dan dihias dengan ornamen serta lukisan-lukisan warna warni. Penamaan bus ini berawal dari sayembara kemudian dimenangkan oleh seorang pemuda sana. Bandros sendiri adalah sebutan untuk jajajan khas Jawa Barat yang bentuknya mirip kue pancung. Kreatif sekaligus mbandung sekali ya bikin namanya. Kalo di Medan anggap aja kita punya makanan khas Batak yang disebut ARSIK. Kalo disingkat jadi Armada Raun-Raun Asik. Cemana? Cocok? tapi kurang macho ya, hahhaahaaaa

petak mirip tayo. Bandung memenga juara

Awal-awal bus ini beroprasi, bentuknya nyaris mirip dengan bus wisata yang ada di London. Berwarna merah seperti warna sponsornya, tinggi dan bertingkat. Namun kecelakaan yang menimpa seorang mahasiswa yang jatuh kemudian meninggal membuat bus ini berhenti berkeliling. Selain keluhan lainnya adalah kabel-kabel listrik yang menjuntai-juntai berantakan dihampir sepanjang jalan kota Bandung suka nyangkutin kepala dan itu membahayakan sekali. Kemudian tampilan bus dimodif lebih sederhana dan lebih lucu.

Bandros

Jalan-jalan di atas bus ini dengan suasana udara Bandung yang sejuk serta angin sepoi-sepoi sebenernya bisa bikin kita ngantuk. Disinilah dibutuhkan peran Tour Guide yang aktif dan pintar membangun suasana. Menjelaskan segala sesuatu dengan detail dan lengkap sambil sesekali diselipin lucu-lucuan biasanya bisa bikin peserta tour jadi tertawa dan antusias mendengarkan bahkan ada yang tergelitik untuk bertanya lebih jauh.

Dengan tarif 20ribu per orang, kita udah bisa jalan-jalan keliling kota Bandung selama kurang lebih 45 menit. Bukan sebuah harga yang mahal apabila yang kita dapatkan adalah ilmu, sensasi dan kontribusi kita memajukan wisata kota. Beroprasi mulai pukul 8 pagi sampai pukul 4 sore.

Kru Bandros

Rute Bandros

Tentu saja ngga semua sudut kota Bandung dilewatin oleh si Bandros ini. Bisa-bisa sehari semalam baru selesai. Titik-titik yang menjadi ikon lah yang dipilih sebagai rutenya. Untuk mengakalinya, maka seluruh bus ini diberi warna khusus. Ada 5 warna yang masing-masing warna punya rute yang berbeda pula.

  • Biru dengan rute dari alun-alun – Cibaduyut – Taman Leuwi Panjang – Museum Sri Baduga – Alun-alun Regol – Kawasan Buah Batu – kembali ke Alun Alun.
  • Kuning dengan rute Taman Dewi Sartika – Gasibu – Pusdai – Taman Superhero – Taman Foto – Gedung Merdeka – Alun-alun Bandung – Braga – kembali ke Taman Dewi Sartika.
  • Ungu dengan rute Taman Lansia – Gasibu – Taman Cikapayang – Alun-alun Ujungberung – Museum Geologi – Pusdai – kembali ke Taman Lansia.
  • Hijau dengan rute Chinatown – Alun Alun menuju Pasir Kaliki – Alun-alun Cicendo – Karang Setra – UPI – GOR Padjadjaran – kembali ke Alun Alun.
  • Merah Muda dengan rute Gasibu – Taman Lansia – Taman Pasupati (Taman Jomblo) – Teras Cikapayang – Teras Cihampelas – kembali ke Taman Lansia. (wikipedia)

Kebetulan bus yang saya naiki berwarna kuning. Kayaknya ngga bisa milih warna karna kemarin disuruh naik bus warna kuning, ya saya naik aja. Start dari Alun-alun (Mesjid Raya Bandung) sebagai salah satu shelternya (info wikipedia harusnya rute awal dari Taman Dewi Sartika). Kemudian beranjak pelan menuju daerah tempat dimana Bung Karno dipenjara. Begitu kata pembukaan oleh Tour Guide yang saat memperkenalkan diri bernama Pak Mahdi dari HPI.

Pak Mahdi

Si Bandros kuning ini akan banyak melewati bangunan bersejarah peninggalan Belanda dan taman-taman kota. Beranjak dari Alun-alun, Bandros melaju ke arah Banceuy (nulisnya bener ngga, ya?). Ini dulunya merupakan daerah komplek penjara tempat dimana Bung Karno ditahan. Sekarang jadi komplek ruko yang menyisakan sebuah gang kecil tapi lebih mirip ruang sel yang terbuka dimana ada sebuah patung Bung Karno ditempatkan. Tampak patung tersebut sedang duduk termenung, yang kemudian kata Pak Mahdi, Bung Karno sedang tercenung memikirkan nasib bangsa.

Patung Bung Karno

Ngga jauh dari sini akan melewati sebuah sungai yang lebih mirip parit besar yang konon disebut-sebut sebagai sungai terpanjang di dunia. Namanya sungai Cikapundung. Waktu saya intip dari selah pepohonan kok sungai sederhana begini bisa jadi sungai terpanjang? Oh, ternyata itu hanya sebuah lelucon karena sungainya membelah sepanjang jalan Asia Afrika di Bandung. Begitu…

Berdekatan dengan daerah Bancuey ada sebuah mesjid yang mirip kelenteng. Sekilas kalo ngga liat ada tulisan arab, pengunjung pasti ngira ini beneran kelenteng. Diberi nama Masjid Al Imtizaj. Setiap kunjungan ke daerah baru, biasanya saya selalu menyempatkan singgah untuk sholat sekaligus wisata religi di masjid-masjid kebanggaan. Kali ini ditunda dulu sebab situasi pandemi dan ngga bawa mukenah pada saat itu. Kemudian melewati rel KA layang yang kata Pak Mahdi sering dibikin lokasi syuting sinetron tv swasta kayak Preman Pensiun dan InsyaAllah Sah!

Wisata Reliji di Masjid Az-Zikra Sentul

Sepanjang jalan di Bandung banyak kita jumpai tugu dengan empat patung harimau dengan ekspresi berbeda-beda pula yang belakangan saya tau ternyata itu lambang atau apresiasi dari kemenangan Persib.

sumber: google.com

Lalu melewati Balai kota yang identik dengan adanya gembok cinta, taman ikan dan labirinnya. Oiya, Di Bandung banyak taman yang semuanya itu ikonik dan tematik. Seperti taman lansia namun pada kenyataannya pengunjungnya justru kebanyakan anak-anak hanya karna ada sebuah patung dinosaurus di dalamnya. Ada juga taman Maluku, Taman lalu lintas merupakan tempat belajar sekaligus bermain yang disana juga terdapat sebuah pesawat tempur dengan rangka asli sumbangan dari TNI AU. Namun yang paling terkenal adalah taman Gisel alias Gila Selfi.

Selain berbagai taman, Bandros juga akan melewati komplek rumah Pangdam Siliwangi yang luas dan megah. Kemudian melewati SMA 20 yang kemudian menjadi terkenal karena dijadikan tempat syuting Film Dilan & Milea. Sekolah lain yang tak kalah ngetop adalah SLTP N 2 tempat para artis belajar diantaranya Rafi Ahmad. Bandung keren, sih…

Berada di Jalan Sumatera, ada sebuah papan uji nyali panjat gedung / tebing. Sebelahnya merupakan outlet surganya penggemar drakor dan di depannya jalan tempat dimana Odading menjadi viral beberapa waktu lalu. Pernah nonton film Rumah Kentang, ngga? Saya juga baru tau dari Pak Mahdi, sih kalo ternyata ada film layar lebar tentang rumah kentang ini. Rumah ini juga bagian dari rute yang dilewatin Bandros kuning. Sedikit cerita mengenai rumah kentang horor peninggalan belanda ini, jadi dulu tuh ada pembantu yang kalo kerja suka nyambi gendong anak bayi majikannya. Nah pas nggoreng kentang, si bayi jatuh ke dalam wajan berisi minyak panas dan meninggal. Jadi kalo arwahnya lagi gentanyangan, seisi rumah itu jadi bau kentang. Rumah yang dulunya angker, kini dijadikan kafe yang konon kalo mau makan disana harus ngantri.

rumah kentang

Lewat Dago ternyata nama jalan yang sebenernya adalah jalan Juanda. Dago berasal dari bahasa bahasa Sunda Daguan yang artinya nunggu. Jadi daerah Dago ini dulunya shelter untuk orang-orang yang nunggu. Ngga tau nunggu apaan. Trus keliling lagi ke daerah pasar kaget karna pedagangnya rata-rata buka lapak pake mobil dan terkenal dengan haraganya yang murah meriah. Pasar ini yang biasa disebut Pasar Citarum. Disini juga ada restoran yang familiar dengan sensasi makan tanpa piring alias cuma pake daun. Namanya Restoran Alas Daun.

Last But No Least adalah jalan Diponegoro, tempat Gubernur berkantor, Gedung Sate. Sebelum dianter Bandros lewat situ, paginya saya udah mengunjungi gedung ini pas joging pagi. Meskipun belum dibuka untuk umum, setidaknya sudah bisa melihat dari dekat wujud gedung sate ini. Cantik dan megah. Kenapa disebut Gedung Sate, karna tepat di atas gedung ada anti petir yang bentuknya seperti tusuk dan satenya. Tepat di depan gedung ini, ada lapangan Gasibu, biasa buat olahraga warga Bandung yang juga masih ditutup untuk umum.

Saya paling suka ketika melewati Jalan Braga dan Asia Afrika. Ngga tau saya seperti merasakan “vibe” yang spesial bahkan sebelum saya kesini. Nanti, deh soal jalan-jalan sore di Braga pingin saya buat di postingan terpisah. Kemudian momen ketika melewati sepanjang jalan Asia Afrika dan Gedung merdeka serta Alun-alun bandung. Soalnya gedung tuanya cantik-cantik, terawat sekaligus rame bisa liat banyak cosplay hantu, setan, demit dkk-nya disepanjang jalan ini. Hantu yang doyan duit dan hobi dipoto. Meskipun ada rasa geli dan takut tapi mereka cukup menghibur. Selesai melewati Jl. Asia Afrika, Bandros kembali ke Alun-alun penanda tur sudah selesai.

Yang membedakan Bandros dengan angkutan lain adalah ngga boleh naik turun sesuka hati juga ngga bisa dicegat kayak angkot pada umumnya. Jadi dimana naik disitu turun. Makanya hasil fotonya pada kabur karna ngambilnya pas bus lagi jalan. Ngga pinter juga…

Tips Naik Bandros

  • Pakai masker dan selalu pakai hand sanitiser
  • Kalau mau santai sekaligus bebas ambil video / gambar ambil kursi paling belakang karna bagian ini terbuka.
  • Kalau mau tekun mendengarkan penjelasan guide. ambil kursi paling depan.
  • Karna angin sepoi-sepoi ditambah cuaca dingin, bisa-bisa kita ngantuk dan ketiduran. Sediakan permen atau ajak temen ngobrol atau bisa juga aktif bertanya pada guide.

Saya suka konsep Bandros ini , sih. Suka juga dengan Bandungnya.

I want Bandung, more….

Kalian waktu jalan-jalan naik Bandros dapat bus warna apa?

17 tanggapan untuk “Lewat Asia Afrika Naik Bandros

  1. Terakhir naik Bandros itu sebelum pandemi. Naik yg lewat ke Cibaduyut. Putra saya senang banget naik yg biru itu juga tuh. Eh, jangan jangan Bandros yg sama ya hehehe…
    Semoga pandemi segera berakhir. Biar bisa bebas main ke Bandung lagi.
    Sekarang dari Cianjur ke Bandung saja agak ribet sama prokes dan syarat vaksin menurut saya

  2. Wah bandung selalu memiliki daya tarik tersendiri ya, meski pernah sekali kesana belum memiliki kesempatan keliling, semoga bisa diagendakan ulang

  3. Daku ke Bandung baru sampe ke Gedung Sate terus ke rumah sepupu. Wah pan kapan boleh banget nih kelilingan dengan bus wisata di situ, penasaran dengan artikel nya kak Tri tentang jalur yang dilewati hehe

  4. Duh jadi kepengen nyobain BANDROS. Semua rute biar bisa ngelihat hampir semua sisi Bandung. Apalagi ini murah banget ya. Cuma 20rb/trip. Enaknya lagi kalau keliling sambil bawa minuman dan camilan segambreng. Biar tambah seru.

  5. Tak bisa dipungkiri bandung adalah kota terbaik di Indonesia. pernah tinggal di sana sebulan dan sempat keliling kota dan sangat berkesan sekali semoga kelak bisa kembali berkunjung

Tinggalkan Balasan