Lembang, setelah diguyur hujan dari semalaman, paginya masih menyisakan gerimis dan meninggalkan angin yang teramat dingin menusuk tulang. Kalau ngga ingat waktu yang sayang terbuang, rasanya setelah subuh, masih ingin berleha-leha di atas kasur empuk dan bersembunyi dalam selimut tebal sambil memandangi bukit-bukit dengan perkebunan hijau dihias patung-patung berbentuk aneka buah dan kartun yang lucu sebagai wahana bermain anak. Dari jendela kaca kamar yang lebar di lantai 2, masih terlihat rintik hujan kecil-kecil di luar sana. Kalau di Tanah Jawa, jam 6 pagi udah seterang jam 7 pagi kalo di Medan. Selama pandemi, hampir seluruh hotel yang saya inapi menyediakan pelayanan sarapan yang diantar ke kamar. Dari beberapa hotel tersebut, Hotel Vipassana Lembang adalah satu-satunya hotel dengan sarapan terlengkap. Makanan beratnya, cemilan, buah-buahan, kopi, teh dan juice diantar ke kamar dan disusun rapi di atas meja. Hotel ini juga setiap kamarnya punya balkon. Untungnya ngga lama kemudian gerimisnya berangsur-angsur hilang bersamaan dengan keluarnya sinar matahari. Rasanya meriah sarapan di balkon sambil mandangin taman dan kolam ikan yang ada di bawah sembari berjemur dihangatnya sinar matahari yang muncul tapi masih malu-malu. Seru sekali bercengkrama dengan tamu lainnya yang mayoritas Tionghoa dan kebetulan jadi tetangga saya yang sama-sama sarapan di balkon. Meskipun ngga kenal, tapi mereka tetangga kanan kiri yang ramah-ramah. Jadi berasa tinggal di rusun, kan. haha.

Ngga mau buang-buang waktu, selepas makan saya beberes barang untuk segera check-out dan lanjut perjalanan ke Kota Bandung. Tapi sebelum itu saya mau singgah dulu ke kawasan wisata alam terpopuler yang jadi salah satu ikon dan tujuan utama orang-orang kalo ke Bandung. Rindu juga kesini lagi mumpung lokasinya masih ada di Lembang juga. Setelah proses check-out selesai, bergegas pergi mumpung hujan reda. Baru juga setengah perjalanan, eh, hujan lagi. Jadi keinget momen gagal ke Kaliurang, Jogya, 4 tahun silam karna dihadang hujan deras juga.
Ngga bole ngumpat-ngumpat juga, sih ya dengan rahmat Allah. Hujan bagi sebagian orang itu petaka, tapi rezeki bagi sebagian yang lain. Karna datangnya memang dimusim hujan khas akhir tahun. Waktu itu saya prediksi jalanan bakalan sepi karna musim hujan ditambah situasi pandemi. Nyatanya ngga. Situasi bener-bener kayak ngga ada yang namanya corona. Hampir sepanjang jalan macet parah. Warung – warung pinggir jalan dan restoran semuanya rame. Di hotel juga kemarin siangnya saat menunggu waktu chek-in cuma ada beberapa orang tamu aja, malah saya pikir hotelnya “ngga laku”. Eh, malamnya tau-tau di lobi rame dan parkiran udah penuh. Pada kejebak macet rupanya.
Berbatasan dengan Kabupaten Subang sekitar 20KM dari kota Bandung tepatnya di Desa Cikole – Lembang terdapat sebuah gunung dengan ketinggian sekitar 2084 Mdpl. Gunung yang terkenal akan kisah legendarisnya itu adalah Gunung Tangkuban Perahu (GTP). Tempat wisata pertama yang saya kunjungi selama transit di Lembang.

Diruas jalan keluar dari Lembang, disuguhkan oleh pemandangan yang sedikit merusak mata dengan banyaknya sampah yang berserakan di tepi-tepi jurang. Harusnya bisa dihindari mengingat Lembang kawasan wisata populer. Sepertinya memang ada yang sengaja buang sampah disitu. Mentang-mentang di tepi jurang. Untungnya ngga begitu penampakan sepanjang jalan. Dan layaknya tempat wisata di pegunungan pada umumnya selalu ada penatapan tempat pengunjung istirahat sambil memandang dari puncak. Biasa menyediakan minuman dan makanan yang hangat-hangat seperti aneka mi, jagung bakar, dan sate. Disini terkenal dengan sajian sate kelinci dan kagetnya lagi ada beberapa warung menyediakan sate biawak! Untung saya ngga singgah apalagi makan disana.
Kurang lebih 2 jam perjalanan setelah melewati kemacetan karna diberlakukan juga jalur buka tutup akhirnya sampe juga. Normalnya sih sekitar 1 jam. Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu (TWA. Gunung Tangkuban Perahu) saat itu sedikit berbeda dengan kondisi pertama kali saya dan keluarga kesini sekitar 6 tahun lalu. Melewati loket tiket, selain untuk beli tiket tentunya, semua pengunjung dicek suhu badannya satu persatu. Infonya sih, kalau ada seorang aja dalam satu rombongan yang suhu badannya tinggi, maka semuanya ngga diijinin masuk. Selain itu, akses masuk ke puncak kawah diberlakukan jalur searah. Jadi ada semacam portal sebagai penutup. Pengunjung akan diarahkan ke pelataran outbound terlebih dahulu untuk bisa menuju ke kawah. Muter dikit, lah. Harus rajin bertanya atau jeli melihat tulisan petunjuk jalan bagi yang jarang-jarang kesini.

Fakta Ilmiah Dibalik Kisahnya yang Melegenda
Mendengar nama Gunung Tangkuban Perahu pasti langsung keinget sama Dongeng Sangkuriang. Waktu SD sering baca dongeng ini di buku bacaan sekolah. Kisah percintaan terlarang antara Ia dan ibu kandungnya, Dayang Sumbi. Ngga nyangka bisa datang langsung ke lokasi yang dulunya cuma bisa dibaca dalam dongeng. Saya ingatkan sedikit, ya, kisahnya. Singkatnya Dayang Sumbi yang udah tau hubungan darah antara keduanya menolak secara tidak langsung cinta Sangkuriang dengan memberi syarat yang cukup berat pada anaknya yaitu membuat sebuah danau dan perahu dalam waktu satu malam. Menyadari permintaan Dayang Sumbi yang tak sanggup ia penuhi dihari menjelang fajar, Sangkuriang dengan murkanya menendang perahu yang ia buat sampai terbalik dan berubah menjadi sebuah gunung. Tangkuban Perahu bermakna perahu yang bertangkup / terbalik / telungkup. Tapi semakin dipandang-pandang dari berbagai sudut, saya ngga menemukan kemiripan dengan bentuk perahu yang terbalik. hehe.
Secara ilmiah, gunung ini terbentuk dari letusan Gunung Sunda Purba sekitar 50 ribu tahun lalu. Hal ini berdasarkan penelitian seorang ilmuan bernama Van Bemmelen tahun 1934. Gunung tertinggi di Pulau Jawa ini konon memiliki puncak salju. Dari sini juga asal muasal kata Sunda dari nama Gunung Chuda yang dalam bahasa Sanksekerta berarti “Gunung Putih” karena bagian atas gunung berwarna putih tertutup abu gunung yang putih mirip salju. Dashyatnya letusan tersebut membentuk lubang yang besar yang diberi nama Kaldera Sunda. Di dalam kaldera ini terbentuk anak gunung yang diberi nama Tangkuban Perahu. Dari letusan itu pulalah terbentuk banyak kawah. Tiga diantaranya berdekatan dan bisa disaksikan dari jarak dekat. Mereka dikenal dengan Kawah Ratu, Kawah Domas dan Kawah Upas.

Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu
Kalo saya ditanya “udah pernah naik gunung, blom?” jawabnya “udah, lah”.
Gunung Tangkuban Perahu mungkin satu-satunya gunung yang pengunjungnya bisa bawa kendaraan dan muncak sampe ke kawah. CMIIW. Pemandangan di atasnya adalah yang paling juara dari beberapa lokasi pandang lainnya. 6 tahun lalu kawahnya cantik dengan perpaduan warna hijau tosca dan putih menjadi gradasi warna yang indah. Saat ini sedikit pudar mungkin pengaruh erupsi Juli tahun lalu serta cuaca yang sering hujan. Eh, tapi disitu kayaknya tiap hari hujan, sih. Hujan gunung. Begitupun pemandangannya makin terlihat sangat cantik dengan deretan pohon Cantigi yang sebagian besar masih berdiri dengan batang yang gosong terbakar abu vulkanik. Pun begitu pesonanya malah semakin mengagumkan dan terlihat semakin misterius. Gunung ini menjadi satu-satunya gunung yang dijadikan sebagai Taman Wisata Alam yang pengunjungnya bisa sampai ke kawah. Kalo pingin naik gunung tapi ngga mau capek-capek ndaki sampe bermalam-malam atau kemping di tenda, cobalah kesini. Jalur pendakiannya diaspal layaknya jalanan pada umumnya. Tinggal bawa kendaraan muncak, nyampe, deh.

Gunung ini statusnya masih aktif, loh, dan bisa muntah kapanpun. Terakhir erupsi itu bulan Juli 2019 lalu dengan tinggi semburan abu mencapai 200M di atas puncak gunung. Abu vulkaniknya menyebar sampe radius 4KM menuju ke arah desa Jayagiri. Masyarakat sana dilarang mendekat, sehingga kawasan ini ditutup untuk umum. Menurut keterangan si ibu penjual jagung bakar, setelah dibuka kembali 2 bulan pasca erupsi, Qadarullah berikutnya wabah covid melanda yang mengharuskan kawasan wisata ini ditutup kembali selama hampir 9 bulan. Alhamdulillah September lalu resmi dibuka yang artinya kran sumber rezeki mereka kembali mengalir. Meskipun jumlah pengunjung masih sangat jauh dari sebelum pandemi, tapi mereka sudah sangat bersyukur setidaknya setiap hari sudah tau mau kemana mencari makan. Apapun memang harus disyukuri, ya…

Fasilitas dan Aktivitas di Tangkuban Perahu
Dengan ketinggian 2000-an meter, kawasan ini punya iklim yang sejuk. Terlebih sekitarnya dikelilingin perhutanan tropis, hutan pohon pinus dan perkebunan teh yang asri, subur dan hijau. Makanya disekitar Gunung Tangkuban Perahu banyak sekali objek wisata yang menyajikan alamnya sebagai daya tarik. Kalo punya banyak waktu dan cuaca mendukung sebenernya bisa semuanya disinggahin meskipun sebentar-sebentar. Diantaranya yang terkenal itu seperti Lembang Park & Zoo, Grafika Cikole dan Orchid Forest yang letaknya depan-depanan tinggal nyebrang jalan, Hot Spring Ciater, Hutan Pinus Maribaya, De Ranch, Kebun Begonia, Farm House, Bandung Treetop dan Floating Market. Setidaknya itu yang kebetulan nampak dan dilewati. Saya hampir masuk ke Forest Orchid Cikole. Tapi urung karna udah sore dan gerimis. Padahal udah sampe depan loket. Tapi karna masi ada sedikit waktu akhirnya pilih Floting Market. Ceritanya di postingan lain, ya…

Berwisata di alam, biasanya panorama alamnya yang menjadi suguhan utama. Begitu juga Tangkuban Perahu. Selain mengagumi keindahannya, ada beberapa aktivitas yang bisa dilakukan.
- Menikmati alam hanya dengan berdiri di puncak, memandang luas kawah yang diselimuti kabut tipis dengan deretan pohon cantigi yang cantik disekitarnya sudah sangat memanjakan mata. Mau otak lebih fresh lagi, cukup berbalik arah badan saja, pemandangan kota Lembang menyambut di bawah.
- Tangkuban Perahu adalah surga bagi penyuka fotografi. Setiap sudutnya fotogenik abis. Tinggal persiapkan pose terbaik serta kamera full batre dan memori.
- Wisata alam kurang lengkap rasanya kalo ngga menyediakan arena outbound. Sayang sekali itu bukit, batang dan akar-akar pohon kalo ngga dimanfaatkan untuk bergelantungan, ya. haha. Tangkuban Perahu menyediakan are outbound yang luas dan lengkap.
- Jelajah alam dengan mengitari kawasan TWA ini. Menyaksikan 3 kawah andalan dari jarak dekat dan beraktivitas di sekitarnya seperti Kawah Ratu yang merupakan kawah terbesar dengan ciri khas bentuk kawah mirip mangkok besar dan dapat dilihat dengan sangat jelas dan dekat. Dengan dinding kawah yang eksotis apalagi berlapis kabut tipis semakin terlihat fotojenik. Jangan khawatir karna kawah ini dibatasi dengan pagar berbahan semen yang kokoh. Kawah Domas meskipun lebih kecil tapi bisa didekati bahkan bisa menyentuh airnya atau berendam kaki (kalo tahan panasnya). Beberapa pengunjung bahkan ada yang merebus telur disana. Kawah Upas agak sedikit berbahaya karna jalurnya melewati jalan berpasir yang rawan luruh. luruh itu apa ya bahasanya? Kalo longsor sih kelewat ektrim. Pokoknya kalo dipijak pasirnya turun, gitu deh. Nah kawah ini paling kecil dan paling dangkal tapi jalurnya berbahaya. Harus hati-hati.
- Berburu Sovenir merupakan hal yang wajib apalagi untuk kali pertama kunjungan. Dari mulai baju bermacam motif dan tulisan, topi bermacam bentuk dan bahan, syal, kerajinan tangan, mainan anak-anak, dan bunga pun tersedia. Ohya, bunganya cakep-cakep, loh, dibikin bonsai. Pingin rasanya bawa satu…
- Mereka juga menyediakan lokasi untuk foto prewed. Jadi selain dapat hasil foto yang ciamik juga sekaligus bisa refresing.
- Berkuda keliling sekitar kawah juga bisa dilakukan.


TWA ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang cukup memadai. Pokoknya pengunjung ngga dibuat bingung atau antre panjang karna keterbatasan fasilitas. Musolah untuk beribadah yang menyediakan perlengkapan solat, Warung makan yang banyak dengan berbagai menu makanan dan minuman, Toilet yang tersebar dan bersih serta lokasi parkir yang luas. Disini memang ngga ada penginapan karna berlaku jam buka tutup yang teratur dari pukul 8 – 17 WIB. Tapi di sekitarnya banyak penginapan yang cukup dekat dengan lokasi.



Rute Menuju TWA. Gunung Tangkuban Perahu
- Menuju Jl. Gudang Selatan lalu ke Jl. Jend. Ahmad Yani terus ke Jl. Djuanda. Setelah itu cari jalan Dago Giri lurus menuju Jl. Maribaya dan berakhir di Jl. Raya Lembang – Jl. Raya Tangkuban Perahu
- Dari pintu tol PasteurBandung keluar menuju jalan Djunjunan kemudian ke arah Pasirkaliki, Sukajadi dan Setiabudi kemudian menuju Lembang – Jl. Raya Tangkuban Perahu.
- Kalau dari tol PadalarangBandung lebih sederhana karna keluar menuju Cimahi sampai dapat jalan Kolonel Masturi menuju Lembang – Jl. Raya Tangkuban Perahu
- Dari Hotel Vipassana Lembang yang memang letaknya di Jl. Kolonel Masturi jadi lurus saja sampai dapat Jl. Raya Lembang – Jl Raya Tangkuban Perahu
HTM Tangkuban Perahu
Karna saya datangnya dihari libur, berlaku harga tiket sebesar Rp. 30.000 dan ngga kepikiran nanya HTM di luar itu. Lengkapnya saya numpang info dari situs hargatiket.com dengan HTM terbaru.

Tiket | Hari | Harga |
---|---|---|
Tiket Masuk Lokal | Weekday | Rp. 20.000 |
Weekend | Rp. 30.000 | |
Tiket Masuk Turis Asing | Weekday | Rp. 200.000 |
Weekend | Rp. 300.000 | |
Karcis Motor | Weekday | Rp. 12.000 |
Weekend | Rp. 17.000 | |
Karcis Mobil | Weekday | Rp. 25.000 |
Weekend | Rp. 35.000 | |
Karcis Bus | Weekday | Rp. 110.000 |
Weekend | Rp. 150.000 | |
Karcis Sepeda | Weekday | Rp. 7.000 |
Weekend | Rp. 10.000 | |
Angkutan Wisata | All day | Rp. 7.000 |
Jadi misal naik motor dihari libur, maka total HTMnya adalah 30.000 + 17.000 + 2.000 (parkir) = 49.000 / orang
Menurut saya, satu harga yang murah untuk kawasan wisata luar biasa indah dengan penataan dan penanganan yang baik.

Tips Berkunjung ke GTP
- pakai masker. Selain memang aturan terkait pandemi juga karna menghindari menghirup gas belerang berlebihan.
- Rajin cuci tangan pakai sabun atau bawa hand sanitizer bisa juga tisu basah dan pakai sesering mungkin terlebih setelah memegang banyak benda.
- Cuaca di GTP itu dingin. Namanya juga di Gunung ya. Suhunya antara 16-17 DC pada siang hari dan mencapai 2 DC dimalam hari. Jadi yang paling penting dibawa adalah jaket / baju hangat
- Karna gunung rawan dengan hujan, kalo bersedia repot bisa bawa payung. Tapi kalau mau praktis, cukup pakai jaket dengan hodie atau pakai topi. Kalau lupa bawa, tinggal beli di gerai-gerai sovenir
- Pastikan kendaraan aman. Sanggup untuk menanjak dan rem aman untuk menurun. FYI lagi, nih kalau tinggi GTP ini sekitar 2000M. Meskipun jalanan aspal mulus tapi sisi-sisiannya adalah hutan dan jurang. Wajib hati-hati ya…
- Seperti tempat wisata pada umumnya, harga makanan dan minuman disini sedikit lebih mahal. Jadi pas penjual sebutin totalnya ya jangan kaget karna harganya di luar perkiraan. Bisa jadi harga setiap warungnya berbeda-beda ya. Intinya persiapkan dana khusus kalo mau makan disini.
- Saya kalau udah terkagum-kagum dengan sesuatu suka lupa untuk mengabadikannya lewat foto. Lain halnya bagi yang suka foto. Jadi karna seluruh sudut di GTP ini cantik, pastikan batre dan memori kameranya penuh. Jangan lupa bawa powerbank untuk antisipasi. Sayang sekali kalo ada spot yang terlewatkan.
- Bawa peralatan solat sendiri ya, karna sampai saat ini belum ada pemberitahuan kalau covid udah pergi.
- Pakai alas kaki yang nyaman. Ngga disarankan pakai high heel
- Ada baiknya berkunjung dihari kerja. Selain menghindari kerumunan, juga lebih leluasa baik ditempat tujuan maupun diperjalanan. Selain itu tiket lebih murah. Lumayaan buat beli cilok. Kalau pergi sendiri atau berdua apalagi masa-masa libur panjang, disarankan pakai motor aja, deh. Karna kalau udah kejebak macet yang ada capek dan waktunya habis diperjalanan. Macetnya parah!
- Hati-hati dengan penjual sovenir yang menawarkan jasa motoin (pake kamera kita). Mereka ngga mematok harga dari jasa dia motoin kita, sebagai gantinya mereka minta kita beli dagangan sovenirnya yang mana harganya mahal. Meskipun ngga semuanya begitu. Ada juga kok yang baik hati motoin tanpa dibayar.
- Buang sampah pada tempatnya dan jangan coret-coret benda apapun yang ada disana.
- Tetap jalankan prokesnya. Ingat 4M
selamat berlibur dan kalau ngga terlalu mendesak, baik di rumah saja… 🙂

waaahh pengen sesekali ke sana. Menunggu momen.
Mumpung sepi tuh pandemi hehe
Yeaaiyyy……Kalau sudah ke GTP berarti sudah sah ke Bandungnya😁😁.
Insyaallaah sah… Pinginnya sah bolak balik haha
Alhamdulillah 😁