Keys to The Heart, Mengandung Bawang Sekilo
Keys to The Heart salah satu film Korea yang ringan dan cocok ditonton kalo lagi mau nonton tapi sambil santai. Emang deh drama Korea itu selalu jadi referensi, ya. Kemaren berturut-turut nonton film korea dan sok-sokan pilih cerita yang sedih. Ujung-ujungnya sepanjang nonton ingusan karena nahan air mata. Saya sih gitu, kalo ngga ketiduran ya nangis, gitu-gitu aja terus kalo nonton, haha
Mau Tahu Apa yang bikin drama korea itu semenarik itu? Dari jalan cerita yang selalu aja unik out of the box, aktingnya totalitas semua, outfit keren-keren juga visualnya selalu aja memanjakan mata. Emang Korea still the best, lah. Ngga bosenin.
Salah satu film yang bikin mata saya bengkak pas bagun tidur karena kebanyakan nangis adalah Keys To The Heart. Film bertema keluarga emang selalunya bikin haru.
![](https://trisuci.com/wp-content/uploads/2024/11/image-4.png)
Keys To The Heart
Tahun : 2018
Aktor : Lee Byung-hun, Park Jeong-min, Han Ji-min, Youn Yuh-Jun, Kim Sung-ryung, dkk
Sutradara : Chong Seong -Hyeon
Bahasa : Korea
Durasi : 120 Menit
Rating IMDb : 7,5/ 10
Sinopsis Film Keys To The Heart
Lee Byung-hun berperan sebagai (Jo-Ha), seorang petinju putus asa karena karirnya redup akhirnya kembali ke rumah ibunya Youn Yuh-Jun (In-Sook) yang sudah sempat lama terpisah. Tak disangka, di rumah itu Ibunya ternyata tinggal bersama adik tirinya si Park Jeong-min (Jin-Tae), seorang pianis dengan sindrom savant.
Saking lamanya Jo-Ha meninggalkan rumah, dia sampe ngga tau kalo dia ternyata punya adik. Sudahlah lagi putus asa, Jo-Ha makin stress saat tau adiknya punya kekurangan. Karena ngga punya siapa-siapa dan ngga punya apa-apa lagi, Jo-Ha mau ngga mau harus menyesuaikan diri dengan keluarganya ini.
Petinju Jo-ha kembali ke ibunya dan Jin-tae, saudara laki-lakinya yang berbakat main piano dan game tetapi autis, setelah kariernya menurun. Kakak beradik ini berusaha untuk terhubung dengan melakukan banyak bonding untuk menjadi satu keluarga lagi.
Jin-Tae dengan kekurangannya itu jadi bertingkah seperti anak-anak dengan rasa percaya diri yang tinggi, membuat abangnya semakin sebal.
Salah satu yang dengan tulus memaklumi Jin-Tae dan membesarkan hati Jo-Ha adalah ibunya In-Sook. Sabar menghadapi karakter yang berbeda dari dua anak lajangnya ini padahal dia sendiri diam-diam mengalami sakit parah.
Cita-cita In-Sook adalah membuat keinginan Jin-Tae untuk manggung dalam kompetisi bermain piano di sebuah pentas besar terkabul. Ya, Jin-Tae punya bakat yang luar biasa dalam bermain piano dan satu-satunya orang yang mempercayai itu hanyalah ibunya.
Bahkan ketika ibunya meminta tolong Jo-Ha untuk membantu, Ia bahkan sempat sinis, sampe akhirnya bersedia karena iming-iming kebagian rejeki kalau adiknya berhasil menang. Dasar kamu, Jo, Tujuan Keuangan, mulu.
Lalu apakah Jin-Tae berhasil menang? Dan bagaimana dengan penyakit ibunya yang semakin parah?
Spoiler ngga, ya… hehe
Related Post: How To Make Millions Before Grandma Dies
Review Film Keys To The Heart
Film ini punya kisah yang sederhana tapiii yang bikin istimewa adalah aktingnya juara. Kemistrinya dapet semua. Penggemar drama korea pasti tau Lee Byung-hun, pemeran dalam banyak drama, diantaranya yang ngetop itu G.I. Joe, Mr Sunshine, I Saw the Devil, A Bittersweet Life, The Man Standing Next, dll. Aktingnya mana diragukan lagi, kan?
Begitu juga dengan Park Jeong-min sangat cocok memerankan Jin-tae yang autis. Selain karena aktingnya yang top, secara fisik ya cocok aja karena wajahnya se baby face itu meski umur aslinya udah 30an.
![](https://trisuci.com/wp-content/uploads/2024/11/image-2.png)
Awalnya kesal sekali dengan sikap Jo-Ha yang kasar sama adik dan cuek sama ibunya. Udahlah dikasi tempat tinggal dan makan gratis malah seenak hati. Tapi seiring berjalannya waktu, sikapnya yang apatis itu justru mulai meleleh, bahkan terhadap Jin-Tae.
Tak hanya bikin nangis, tapi film ini bikin gelak tawa. Banyak adegan lucu antara Jo-Ha dan Jin-Tae saat mereka ngobrol, becanda dan main games. Terlebih saat mereka melewatkan hari-hari hanya berdua saja di rumah ketika ibunya pamit selama sebulan dengan alasan untuk bekerja.
Banyak adegan haru yang bahkan ketika nonton, saya ulang berkali-kali. Yang paling mengsedih ketika Jo-Ha kehilangan Jin-Tae, dicari-cari ternyata adiknya itu sedang asyik bermain piano di sudut taman. Permainan pianonya yang apik itu bahkan bikin orang-orang berhenti dan jadi tontonan. Momen inilah yang membuka mata Jo-Ha akan potensi yang dimiliki Jin-Tae.
Pesan yang Bisa Diambil
Meski telat nontonnya karena film ini udah enam tahun lalu, tapi karena temanya keluarga jadi mau nonton 30 tahun lagi juga kayanya juga masih related, ya.
Pesan yang tersirat dalam drama genre keluarga itu selalu aja ada yang bisa dipetik. Banyak malah. Baik itu untuk anak dan juga orang tua.
Bagaimana kita seharusnya bersikap pada orang tua, terutama agar tidak ada penyesalan di kemudian hari, ataupun bagaimana kita memperlakukan saudara agar selalu hidup akur sampai tua.
Kurang lebih sama seperti film-film yang pernah saya review (karena saya pecinta drama keluarga) bahwa peran ibu itu di atas segala-galanya. Baik doanya, dukungannya dan pengorbanannya.
Relatad Post: 7 Rekomendasi Film di Netflix Tentang Perjuangan Berdasarkan Kisah Nyata
Cuma ibu yang memahami kurang dan lebih dari anaknya. Ketika semua isi dunia memandang rendah dan sinis, cuma ibu yang percaya sepenuhnya kemampuan anaknya, dan cuma ibu yang mau menerima anaknya kembali apapun kondisinya tanpa mengingat sakitnya masa lalu. Pada intinya, keluargalah tempat untuk kembali.
Dari film ini kita bisa belajar ketika seseorang sepenuhnya percaya pada kemampuan kita, maka kita dapat mencapai potensi tertinggi kita. Begitulah yang dialami Jo-Ha dan Jin-Tae. Ketika In-Sook dengan kesabaran hati meluluhkan kerasnya Jo-Ha sehingga akhirnya Ia mampu berdamai dengan masa lalu dan menjalani perannya sebagai seorang anak dan kakak yang baik. Begitu juga dengan Jin-Tae, saat Ia mendapatkan dukungan dari kedua orang terdekatnya, maka keberhasilan yang Ia raih.
Kerasnya hati bisa luluh dengan kesabaran. Saat Jo-Ha marah, ibunya cosplay jadi air. Dengan sabarnya menenangkan, meyakinkan, menyiram dan mendinginkan hati Jo-Ha sampai benar-benar adem. Meski Ibunya sendiri harus bertahan dari rasa sakitnya sendiri.
Oiya yang terpenting dan menjadi masalah umum dalam masyarakat adalah kebiasaan memandang rendah para penyandang disabilitas. Diskriminasi masih banyak terjadi. Bahkan kita sendiri mungkin tanpa sadar melakukannya sehingga mereka merasa tidak diperlakukan secara adil.
Kebanyakan menjadi rendah diri, minder dan kurang percaya diri untuk menunjukkan kemampuannya. Padahal bisa jadi mereka jauh punya potensi terpendam yang bisa meledak kalau mendapat dukungan dari seluruh masyarakat.
Contohnya Putri Ariani yang menjadi pemenang dalam kompetisi Indonesia’s Got Talent dan menjadi peserta di ajang Amrica’s Got Talent. Sampai saat ini Ia sudah sering berkolaborasi dengan musisi internasional. Selain menjadi kebanggaan keluarga, juga kebanggaan seluruh bangsa. Hal ini juga dilakukan oleh para atlit paralympic dan para panyandang disabilitas lain dengan segudang prestasinya.
Terkadang yang patut dikasihani bukanlah mereka yang mengidap disabilitas, melainkan orang-orang normal yang tidak tahu bagaimana berperilaku normal.
yup, betul. penyandang disabilitas tidak perlu dikasihani. dalam arti, perlakukan sewajarnya. dihargai sebagai manusia dan diberikan kesempatan lebih dulu karena mereka memiliki kebutuhan khusus.
yang kocak itu menghadapi orang yang menolak bahkan mendiskreditkan-mendiskrimasi disabilitas. padahal kalau kondisi itu akibat kecelakaan, siapa pun bisa mengalaminya.
Iya mbak, bahkan saat ini banyak disabilitas yang jauh lebih berprestasi dan karyanya diakui daripada yang normal. Jadi jangan anggap remeh yaa kan…
Lom apa-apa udah dibikin melow sama “mengandung bawang sekilo” wkwkwk
Lee Byung Hun emang gak pernah gagal kalo berekting, as a chungmoro actor dedeikasinya emang gapernah setengah-setengah selalu totalitas..
Betul mbak, aktingnya totalitas. Ya bisa bikin penonton ikut sebel, ikut sedih dan bahagia yaa
Penuh haru jalan ceritanya. Daku setuju kak Suci, bahwa film keluarga memang penuh haru dan related dengan kehidupan. Bisa aja untuk ditonton berulang kali, biar banyak hikmah yang kita dapatkan
Setuju mbak,,, ngga ada matinya yaa klo film tema keluarga ini
Sebagai lingkungan paling dekat, keluarga bisa mendukung dan melejitkan potensi anak seperti di film ini, tapi bisa juga menghancurkan potensi dan masa depan anak (dark sih ini, tapi nyata ada).
Iyess.. keluarga yang bisa mendukung tp keluarga jg yang bisa menjatuhkan. Udah terlalu banyak contoh yaa mbak
Tersentuh dengan kalimat kerasnya hati bisa luluh dan akan meleleh dengan kesabaran. Bagaimana seorang ibu begitu sabar dalam mendidik dan membesarkan anaknya ya…
Meski sekarang dunia terbalik, di berita sana ada orang tua yg menganiaya kedua buah hatinya sendiri.
Kesabaran orang tua sebenarnya ujian ternyata
Betul, teh.. apapun kondisi anak,org tua tetap menerima dengan tangan terbuka ya
Di negara ini, entah kenapa, ada saja masyarakatnya yang masih memandang rendah para penyandang disabilitas.
Okelah. Kalau sekedar memandang rendah mungkin tidak akan ada yang tahu ketika orangnya hanya menyimpan dalam hati.
Maksudku, tidak disertai dengan ocehan dan ejekan yang mengiris kalbu.
Soalnya, masih banyak itu yang juga menghina-dina. Sudahlah tidak mau support.
Padahal, kadang kemampuannya lebih baik mereka daripada kita.
Banyyyaak yang kemampuan mereka melebihi orang normal , mbak. apalagi kalau mereka butuh disupport penuh
Tema keluarga begini kudu nyiapin hati banget untuk menontonnya, apalagi udah dikasih bisikan kalo kisahnya mengandung bawang. Keluarga dan khususnya ibu memang yang paling tau kondisi masing-masing anak. Semangat ibu, mari ambil hikmah dr tontonan.
Yess, semangat untuk para ibu, khususny abu tunggal 🙂
Walah ternyata Lee Byung Hun, Chungmuro dia sih
kalo berakting udah masuk aja dia ke karakternya
nonton beberapa drama dan filmnya, bahkan sebelum nikah sama Lee Min-Jung, aktingnya gak pernah ngecewain
Gak heran, mungkin jumlah penghargaannya paling panjang dibanding aktor lainnya
Betul, Ambu… kek kalo dia yang main udah yakin aja gitu sama hasil filmnyaa ya kan
Wah pilem lawas yaa. Aku baru denger. Tapi kalau yang main LBH kyknya bagus nih, jadi pengen nonton deh. Apalagi temanya soal keluarga dan juga kemampuan buat menggali potensi anak gitu.
Kebetulan anakku baru aja main piano dan gurunya bilang banyak kok anak dengan beberapa “kekurangan” juga les dan mereka bisa lho ngikutin asalkan anaknya suka dan dapat dukungan penuh gitu deh.
Waaah relate ini mbk… ayo cuuss ditontoon hehe
Wah cocok banget lagi ingin mengsedih dan ada referensi drakor selow yang mild plus mengaduk emosi.
Cuuuuss kak ditonton
Keys to the Heart ini bikin nyeess yaa, ka Sucii..
Aku pun pas nonton tuh… ada kalanya sedih karena memposisikan jadi kakak yang punya adek autis. Tapi kadang juga memposisikan diri sebagai Ibu.
Kagum juga sama Ibunya yang penuh kesabaran.
Dan setuju.
Hanya IBu yang tau bagaimana anaknya.
Jadi, meski kakaknya galack gitu.. sebenernya berhati lembuutt..
Dan ga nyangka, cameo-nya Han Ji-min sii.. uluulluu… cociks juga love line tipis tipisnya kek di film ini..
Mengsedih nontonnya, teh… Dan betuul yang paling bikin sedih itu ya ibunya. Kuat bengeeet
Jadi penasaran ingin nonton film ini, Mbak. Pastinya sebuah perjuangan juga ya, mantan atlet tinju harus menghadapi adiknya yang mempunyai kekurangan tapi plus mempunyai kelebihan juga. Pasti banyak pesan moral yang bisa dipetik dari film key to the heart ini
Iya mas, banyak pesan moral yang related sama keluarga sehari2 ini sih
Jadi penasaran ingin nonton film ini, Mbak. Pastinya sebuah perjuangan juga ya, mantan atlet tinju harus menghadapi adiknya yang mempunyai kekurangan tapi plus mempunyai kelebihan juga. Pasti banyak pesan moral yang bisa dipetik dari film key to the heart ini.
Jadi penasaran ingin nonton film ini, Mbak. Pastinya sebuah perjuangan juga ya, mantan atlet tinju harus menghadapi adiknya yang mempunyai kekurangan tapi plus mempunyai kelebihan juga. Pasti banyak pesan moral yang bisa dipetik dari film key to the heart ini, ya