Karna dimusim penghujan, kunjungan saya ke Kota Kembang pertama dimasa pandemi ini lebih banyak bekerja dari kamar dan sama sekali ngga keliling kota padahal sangat pingin ke Gedung Sate, Mesjid Raya, Alun-alun dan Braga. Kalo ada kerjaan lagi ke Bandung, saya harus sempetin keliling dalam kota. Tapi begitupun sudah saya perjuangin untuk bisa datang ke tempat-tempat yang bikin rindu seperti Tangkuban Perahu meskipun udah pernah kesana dan juga tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Karna saya sukanya yang alam-alam, saya rela berjauh-jauh ria sekaligus menerobos kemacetan demi bisa kesana, lagi-lagi meskipun harus kehujanan. Selain Tangkuban Perahu, Kawah Putih juga jadi destinasi primadona yang rasanya wajib dikunjungin bila sedang berada di Bandung. Kalo di Medan mungkin bisa diibaratkan antara Danau Toba dan Tanah Karo. Keduanya merupakan destinasi alami andalan di Sumut yang lokasinya beda arah. Begitu juga Tangkuban Perahu dan Kawah Putih. Satu di Kabupaten Bandung Barat satu lagi di Kabupaten Bandung Selatan. Jadi kalo mau maksimal, kunjungi keduanya dihari yang berbeda.
silahkan singgah: Tangkuban Perahu
Rute Menuju Kawah Putih
Alternatif menuju Kawah Putih
- Bila keluar dari pintu tol Kopo, langsung cari Jl. Raya Soreang menuju Ciwidey
- Dari kota Bandung, langsung cari Jl. Raya Soreang menuju Ciwidey
Rutenya sih sederhana, cuma ngelewatin dua jalan tersebut. Tapi karna jalannya itu panjang bisa bikin ragu, apalagi yang baru pertama kalinya. Ini bener ngga sih, bener ngga sih? sambil sering-sering cek gmap yang sinyalnya hilang timbul itu.
Saya berangkat selepas sarapan sekitar pukul 9 pagi. Libur panjang menyebabkan kemacetan di Kota Bandung sampe hampir sepanjang jalan menuju Ciwidey, lokasi si Kawah Putih. Jadi dari Bandung cari jalan menuju ke jalan terusan Soreang yang lumayan panjang sampe ketemu Ciwidey yang ditandai dengan mulai disambut udara sejuk dan pepohonan pinus di kanan dan kiri jalan. Sepanjang jalan Ciwidey ini, bakalan banyak kita lewati destinasi wisata buatan manusia yang sering wara-wiri di IG bertema wisata. Seperti Bumi Perkemahan Ranca Upas, Kebun stroberi, Green Hill Park, Bukit Jamur, Kebun teh Rancabali, Situ Patenggang, Hot Spring Cimanggu, Taman kelinci dan juga air terjun. Duh, pingin disinggahin semuanya. Berjarak sekitar 25Km, saya tiba setelah hampir 2 jam perjalanan sudah pakai kejebak macet dan berhenti lihat-lihat peta. “Wilujeng Sumping” yang bermakna selamat datang, itulah kalimat yang acap kali saya baca dihampir setiap tempat yang saya lewati. Bandung memang juara dalam berkreatifitas. Banyak alam yang disulap jadi tempat wisata menarik dan cantik. Baik di dalam kota maupun luar kota dan itu dengan cepat menjadi terkenal sampe seluruh nusantara.
HTM dan Fasilitas di Kawah Putih
Sampe di kawasan Kawah Putih, disambut gapura selamat datang kemudian sedikit belok ke kanan menuju loket pembelian tiket. Yang lalu seingat saya HTM masih 25ribu untuk tiket masuk, 25ribu untuk ongkos menuju puncak Kawah Putih, dan 10ribu untuk tiket terusan spot foto serta biaya parkir. Jadi boleh pake tiket terusan bole juga ngga. Kalo ngga pake, resikonya ya ngga bole masuk ke lokasi spot foto. Tapi kalo selisihnya cuma 10ribu ya bayar aja kali, ya. Jadi total per-orangnya 60ribu di luar tarif parkir. Karna mobil dan motor serta bus tarif parkirnya beda-beda. Tiket nggak sempet kefoto dan keburu lecek juga kena hujan.
Lengkapnya HTM terbaru saya pinjem dari situs travelspromo.com. Sepertinya harga ada kenaikan sedikit.
Tiket Masuk Terusan + Dermaga Ponton + Skywalk Cantigi | Rp38.000 |
Wisatawan Domestik | Rp27.000 |
Wisatawan Mancanegara | Rp81.000 |
Angkutan Wisata | Rp27.000 |
Jasa Lingkungan (Parkir R4 di Pusat Kawah) | Rp162.000 |
Dermaga Ponton | Rp10.000 |
Sunan Ibu | Rp11.000 |
Sky Walk Cantigi | Rp10.000 |
Charge Foto Pra Wedding | Rp500.000 |
Charge Shooting | Rp3.000.000 |
Tiket Parkir Kendaraan | |
Tiket Parkir Motor | Rp6.000 |
Tiket Parkir Mobil | Rp11.000 |
Tiket Parkir Bus | Rp27.000 |
Berbeda dengan Tangkuban Perahu yang kendaraan bole nanjak sampe puncak, di Kawah Putih ini khusus bus dan motor cuma boleh sampe parkiran bawah karna udah ada Ontang Anting yang bisa bawa kita muncak. Ontang Anting tuh jenis kendaraan berupa angkot yang sudah dimodif badan bahkan mungkin mesinnya supaya mampu nanjak sampe puncak. Naiknya juga antri jadi lebih teratur. Nah yang 25ribu tadi ya ongkos kita buat naik Ontang Anting ini. Dengan ketinggian mencapai 2400M, jadi butuh waktu kayaknya hampir 30 menit juga untuk bisa sampe puncak. Bagi saya yang pengalaman pertama ya seru-seru aja meskipun agak mual karna medan yang nanjak dan berliku serta aroma belerang yang, ah sudahlah. Tapi mata akan dimanjakan dengan hijaunya hutan yang masih sangat alami dan sejuknya udara. Ya… mual-mual seger riang gembira gitulah.
Pandemi sih pandemi, tapi dimana-mana ya rame aja. Berhubung mendung, saya ngga pake keliling-keliling sekitar kawah tapi langsung turun ke tepian danau melalui anak tangga yang cantik dengan lilitan semacam rotan sebagai pegangan atau pembatasnya. Gerimis bikin plin plan. Antara nerusin tetap disekitar danau atau putar arah balik ke parkiran. Tapi karna liat pengunjung lain pada selo apalagi liat anak-anak dan banyak lansia yang tetap bertahan bikin jiwa muda merasa malu untuk menyerah. Akhirnya tetep dilanjutkan foto-fotonya di bawah gerimis yang awet. Duh, semua sudutnya fotojenik.
Eksotik, kesan pertama saya untuk Kawah Putih. Bagaimana sebuah danau bisa sampe ada di atas gunung dikelilingi bukit bebatuan dengan jejeran tumbuhan khas gunung di kakinya. Cantigi. Pohon ini memang cantik dan unik betul. Unik dengan akar-akarnya yang panjang melilit-lilit indah. Andai dekat dengan rumah dan diijinkan, saya bawa bibitnya pulang, haha. Oiya perpaduan warna putih air dengan dinding bukit yang hitam tambah sedikit kepulan kabut asap bikin pemandangan smakin memesona. Kalo sepi, sih jatuhnya jadi horor tambah lagi gerimis rapat apalagi kalo ditambah alunan gamelan sunda. Wah jadi pingin syuting filem misteri-misterian. Tapi karna suasana rame, jadinya semarak dan jauh dari kesan horor. Yang ada indah dan bikin kita ngga berhenti bersyukur dikasi kesempatan menikmati ciptaan Allah yang begitu sempurna. Karna keindahannya, tempat ini sering jadi lokasi poto prewed. Tahun 2006, film yang terkenal pada masa itu berjudul “Heart” syutingnya disini juga. Kalo ngga karna gerimis yang berubah jadi deras, dan tiba-tiba ingat pernah jadi mantan penderita TB paru, bakalan betah berlama-lama disini.
baca juga : Pengalaman Menderita Penyakit TB Paru
Ada beberapa spot foto yang harus kita bayar dengan tiket terusan untuk bisa masuk kesana:
Skywalk Cantigi A dan B merupakan jembatan dari bambu. Kenapa ada A dan B? Karna ada dua spot di sisi yang berbeda dan letaknya agak jauh. Harus berani dan hati-hati kalo mau menyusurinya karna ada sensasi goyang-goyangnya apalagi kalo hujan agak sedikit licin. Sepanjang treknya, kanan kiri dikerumunin sama hutan Cantigi yang bikin sejuk. Ya karna memang dibuat di belantara hutan cantigi. Saya sebutnya si pohon cantik. Saya cuma masuk ke salah satu Skywalk ngga tau A apa B, itu juga ngga sampe ujung. Lagi-lagi karna hujan semakin deras.
Dermaga Ponton bisa dinikmati dengan menyusuri sebuah jembatan bambu menuju ke tengah-tengah Kawah. Kalo pinter ambil angelnya, hasil foto bisa seperti berdiri ngambang di tengah kawah. Kayak apaaa gitu ngambang, ya.
Asal Muasal Kawah Putih
Legenda Kawah Putih ngga sedramatis Tangkuban Perahu. Kawah Putih terbentuk akibat dari letusan Gunung Patuha sekitar abad ke-10. Nah, Gunung Patuha pernah diyakini sebagai tempat tahta arwah leluhur. Tadinya Kawah Putih dikenal sebagai kawasan angker oleh masyarakat setempat. Bermula dari kematian setiap burung-burung yang kebetulan terbang di atasnya. Kabar ini tersebar luas sampe seorang ilmuan asal Belanda bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn tahun 1837 datang dan melakukan penelitian sampai akhirnya menemukan adanya kawah berwarna putih. Ia menemukan kawah yang luas dan menjelaskan bahwa kawah ini Sejak itu Kawah ini mulai dikenal dan berangsur-angsur melupakan kisah angkernya. Akhirnya tahun 1987 Pemerintah Jawa Barat mengelola dan menjadikan Kawah Putih menjadi tempat tujuan wisata.
Kontur tanahnya berwarna putih itu terjadi secara alamiah dari endapan abu gunung api. Air danaunya berwarna kehijauan. Warna kawahnya dapat berubah sesuai kadar belerang, suhu, dan cuaca di sekitar area. Makanya kalo datang diwaktu berbeda, warna airnya juga sering berubah-ubah. Bahkan ada waktu-waktu tertentu kabut tebal dapat turun menyelimuti dan menghalangi jarak pandang. Dengan tingkat zat asam dan kandungan sulfur yang tinggi itu pula, pengunjung dilarang berenang karena membahayakan kesehatan.
Seminggu keliling Jawa Barat, saya bisa tarik kesimpulan kalau pengelolaan wisata di sini tuh nyaris profesional. Sama sekali ngga ada pungutan liar goceng sana goceng sini, beda parkir sana beda parkir sini. Awalnya aja bayar tiket berasa mahal, tapi udah selesai menikmati baru tau kalo harga segitu sangat worth it karena apa yang kita dapetin itu sebanding. Baik itu keindahan alamnya maupun kenyamanannya dari pungli-pungli tambah orangnya ramah-ramah pisaaan. Dikit-dikit nunduk dikit-dikit senyum bikin kita jadi ikut murah senyum dan terbiasa tersenyum. Meskipun saya pernah hampir setahun jadi orang Bogor, tapi tetep trenyuh kalo diramahin dan disambut sebagai tamu sama orang Sunda. Mereka ini sepertinya sadar betul kehidupan mereka sepenuhnya dari pariwisata. Apalagi masa pandemi, dibukanya kembali kawasan wisata seperti oase bagi mereka yang pendapatannya sepenuhnya bergantung pada kegiatan wisata. Duuh, Corona segeralah pergi…
Baca juga: Kenangan di Kota Jakarta dan Bogor , Wisata Reliji di Masjid Az-Zikra Sentul
Berbeda dengan Tangkuban Perahu. Di puncak Kawah Putih sepertinya ngga ada fasilitas umum. Cuma ada pedagang sovenir dan belerang yang menjajakan dagangannya dengan cara berkeliling. Waktu kehujanan saya sampe bingung mau berteduh dimana saking ngga ada warung kek atau musolah gitu. Hanya ada satu tempat semacam pendopo itupun udah penuh sama orang-orang berteduh. Demi menghindari kerumunan, saya menyudahi kunjungan di kawah dan memilih kembali turun menggunakan ontang anting. Ngeliat badut lagi nganggur, saya foto dulu, dong. Ngga lupa masukkan 5ribu ke dalam gayungnya.
Segala fasilitas umum seperti musolah, toilet, gerai sovenir, arena outbound dan juga warung makanan semuanya ditempatkan di parkir bawah tempat kita beli tiket.
Gunung dengan ketinggian 2434M ini beralamat di Jl. Raya Soreang KM 12 Ciwidey. Petugas tiket akan menjelaskan berapa HTM plus harga dari segala fasilitas yang bisa dinikmati dengan membayar tiket terusan. Tapi mereka jelasinnya tepat di pintu penjualan tiket. Hasilnya antrian mengular akibat adanya tanya jawab antara petugas dan pengunjung disitu. Harusnya sih ada daftar harga yang ditempatkan sebelum memasuki loket atau bundling aja gitu sekalian ngga usah pake penawaran.
Saya bilang ini tempat romantis karna pemandangan yang cantik dengan selimut kabut asap serta hawa dingin menambah syahdu. Lalu apa hubungannya dengan romantis, ya? Ya, biasalah terbawa perasaan…
Lain kali saya mau foto pake jasa potografer sana, deh, setidaknya ada satu hasil foto yang keren gitu. Biar ngga gayanya gitu-gitu mulu. Liat hasil foto di IG bagus-bagus bener padahal ya sama di akar-akar kayu juga. haha.
Tips Berkunjung ke Kawah Putih Ciwidey:
- Pakai masker
- Jangan berlama-lama berada di tepi danau. Belerangnya ngga bagus buat kesehatan. Apalagi bagi penderita asma dan paru-paru.
- Bawa hand sanitizer atau tisu basah karna ngga selalu ada tempat cuci tangan.
- Pakai pakaian yang bisa menghangatkan. Apalagi kalo perginya sendirian, hiks!
- Ngga usah pake heels karna di tepi kawah banyak batu. Ngga nyaman dan ngga lucu juga kalo tumitnya bolak-balik masuk tanah yang lembek.
- Bawa perlengkapan solat sendiri
- Bawa payung. Selain disana selalu hujan, payung ternyata bisa jadi salah satu properti buat foto. Tapi payungnya yang cantik lah pula…
- Daripada menghemat uang 10 s/d 20 ribu, saran saya bayar aja supaya bisa masuk ke spot-spot foto keren itu. Toh ngga tiap hari bisa kesini.
- Pastikan batre dan memori hp/kamera penuh karna bakalan banyak jepretan foto. Saya dong kehabisan batre…
- Jangan buang sampah sembarangan dan coret-coret apapun disana. Kali aja mau nulis nama dengan gambar love di batang pohon. Jangan, ya…
- Berkunjung dihari kerja biar ngga rame, ngga ngantri pas mau foto dan ngga macet juga.
- Yang paling penting jalankan prokes, ingat 4M
Selamat berlibur, Kalo ngga sangat mendesak baiknya di rumah aja, ya… 🙂
2 tanggapan untuk “Gerimis di Kawah Putih yang Romantis”