Landmark kota Jojga ternyata bukan hanya Nol Kilometer atau plang jalan yang bertuliskan Jl. Malioboro saja. Ternyata ada satu hal lagi yang katanya belum sah kalo belum ada fotonya disana. Yup, Tugu Jogjakarta.
“Tugu Jogjakarta merupkan sebuah monumen yang dipakai sebagai simbol atau lambang dari kota Jogjakarta. Tugu ini dibangun oleh pemerintah Belanda setelah sebelumnya runtuh akibat gempa. Tugu sebelumnya yang bernama Tugu Golong-Gilig dibangun oleh Hamengkubuwono I, pendiri Kraton Jogja. Tugu yang terletak di perempatan Jalan ini mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan Gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi”. (wikipedia)
Awalnya saya pikir Tugu ini ada di tengah tengah sebuah taman dengan air mancur dan kebun bunga disekelilingnya. Ternyata perkiraan saya salah besar. Tugu ini justru berada di tengah perempatan jalan raya antara Jalan Pangeran Mangkubumi sebelah selatan, Jalan Jendral Soedirman sebelah timur, Jalan A.M Sangaji sebelah utara dan Jalan Diponegoro sebelah barat dan dari semua arah itu tanpa pembatas jarak layaknya tugu kebanyakan.
Lalu bagaimana orang-orang bisa berfoto dengan bebas diperempatan jalan raya?
Nah itu juga yang jadi pertanyaan saya awalnya.
Setelah malam itu akhirnya tiba di lokasi Tugu, ngga disangka ternyata orang-orang udah lebih dulu datang kesana. Jadi memang disarankan untuk mengunjungi Tugu ini pada malam hari karena frekwensi kendaraan yang berkurang dibanding siang hari. Selain itu area parkir juga lebih banyak karena menggunakan lahan pertokoan dan kantor yang sudah tutup. Sebabnya Tugu ini memang bukan tempat tujuan wisata jadi ngga ada area parkir khusus. Dan tentu saja kegiatan berfoto pun lebih leluasa. Tapi harus pinter-pinter memprediksi durasi lampu merah, ya. Hawatirnya ketika asyik berfoto tau-tau lampu berganti hijau dan kegiatan berfoto terpaksa terhenti karena kendaraan pada mau lewat. Kalo ngga mau nanggung, sekalian aja tengah malam kesananya.
Yang membuat suasana makin cantik ketika malam hari adalah adanya pantulan cahaya lampu kota pada jalanan di bawahnya.
Bisa dibilang Tugu ini adalah tempat yang asik untuk menghabiskan malam dengan bersantai. Kalo ngga hobi fotografi, duduk-duduk disekitaran tugu juga jadi pilihan menarik. Yang paling seru sih nontonin orang berfoto dengan model dan fotografer yang melakukan segala cara untuk mendapatkan angel yang pas. Lucunya mereka harus bubar kalo lampu merah berubah jadi hijau kemudian menunggu dengan tekun saat kendaraan kembali berhenti.
Lalu dimana bisa duduk-duduk santai?
Di sudut jalan sebelah tenggara, terdapat sebuah taman sederhana yang terdapat replika Tugu Jogja. Sederhana namun cukup luas untuk bersantai. Di taman ini ada beberapa keterangan berisi informasi singkat mengenai sejarah tugu dan prasasti
Selain itu juga banyak kuliner di sekitar kawasan Tugu Jogja, mulai dari Gudeg, Kafe, Angkringan, ataupun sekedar minuman ringan semuanya ada disini. Angkringan Gareng Petruk menjadi pilihan tempat makan malam saya.
Yeeee ada orang Jogja juga, salam kenal kakak
Salam kenal kembali mas Joko…
Aku org Medan 😁