Aktivitas jalan pagi setidaknya sudah jadi kebiasaan saya terlebih dihari libur. Kebiasaan ini bermula semenjak pandemi, sih. Jadi waktu lagi ada di Bandung memang berencana melakukan kegiatan sama. Kepikiran berjalan ke arah Gedung Sate yang katanya jadi salah satu tempat olahraga di kota Bandung. Setelah lihat-lihat peta, ternyata berjarak kurang lebih 1,6KM dari tempat saya menginap. Pulang pergi berarti kurang lebih 3.2KM. Masih sangguplah, toh cuaca Bandung juga adem. Meskipun ujung-ujungnya berniat naik gojek kalo ngga sanggup lagi balik dengan berjalan kaki. Perjalanan pagi itu dimulai sekitar pukul 06:30 disaat tanah Bandung masih lembab dan dedaunan masih berembun sisa hujan semalam.
Jalan Santai Sepanjang Trotoar Kota Bandung
Ngerasain kemacetan parah dikunjungan akhir tahun lalu sempet bikin saya males jalan-jalan di dalam kota. Ternyata ngga semua ruas jalan mengalami hal yang sama. Terlebih pagi itu suasana sungguh berbeda. Udara yang luar biasa sejuk, segar dan jalanan lengang bikin smakin semangat jalan pagi. Diawali dari jalan Wastukencana lokasi dimana hotel tempat saya nginep menuju jalan Martadinata. Setidaknya begitu petunjuk peta. Meskipun ada beberapa alternatif rute menuju kesana. Saya pilih jalan ini karna saya yakin sanggup menempuh jaraknya dengan berjalan kaki. Melewati pasar bunga, sesekali langkah kaki didahului oleh rombongan pesepeda. Menyusuri trotoar yang sangat jarang sekali dihadang oleh pedagang kaki lima. Beda dengan kota tempat saya tinggal, trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki malah hampir seluruhnya sudah berubah fungsi.
Saya suka sekali dengan bola-bola batu yang diletakkan teratur di sepanjang sisian trotoar kota Bandung. Banyak juga kursi yang sengaja disediakan. Sebagian dijadikan tempat tidur tuna wisma. Pagi itu, selain pesepeda hanya ada pemulung, tukang sampah dan pedagang kecil yang mulai beraktivitas. Disetiap persimpangan selalu ada tugu yang berisi tulisan dengan bahasa Indonesia juga bahasa asing.
Berbelok ke kiri agak menanjak menuju Jl. Martadinata ketemu tugu lagi di pertigaannya. Jalanan di sebagian besar kota Bandung ini aspalnya hitam dan mulus-mulus. Apalagi setelah tersiram hujan jadi keliatan bersih dan mengkilat sekali. Trotoarnya juga ngga banyak yang pecah-pecah. Sepanjang jalan ini banyak sekali fashion outlet ternama yang cabangnya juga ada dikota saya. Rumah Sakit Ibu dan Anak dan beberapa gerai makanan kekinian. Di ujung jalan, mentoknya adalah sebuah Fashion Outlet yang cukup terkenal bernama 3Second sekaligus bersimpangan dengan jalan Banda tempat saya berbelok kiri menuju kesana. Dibanding Martadinata, jalan Banda jauh lebih enak untuk jalan kaki karna sepanjang jalan pepohonan rindang menaunginya. Sering juga berpapasan dengan sesama pejalan kaki.
Kupat tahu adalah salah satu makanan sarapan yang banyak saya jumpain sepanjang jalan pagi itu. Dasar memang saya ngga hobi kulineran dengan mencoba berbagai makanan meskipun khas, saya lewatkan saja mereka. Sampai di ujung jalan Banda, belok kiri sudah tiba di sebelah kawasan kantor Gubernur Jabar. Jalan sedikit kemudian belok kanan, kembali menyusuri trotoar yang agak unik. Beberapa “ubin” trotoar sengaja diukir motif batik dengan tulisan nama dearah asalnya. Beberapa langkah kemudian tibalah di Gedung Sate. Meskipun pelatarannya ditutup tapi tetep rame ibu-ibu pesepeda berhenti buat foto-foto.
Sebelum kesini saya ngga tau kalo Gedung Sate itu berada di dalam satu komplek Gubernuran. Saya pikir gedung ini seperti Kota Tua atau Lawang Sewu yang berdiri sendiri sebagai tujuan wisata. Oh ternyata tempat Pak RK berkantor. kurang puas sebenernya belum bisa masuk ke dalam.
Santai di Lapangan Gasibu
Eh, ngga disangka ternyata Lapangan Gasibu itu letaknya tepat di depan Gedung Sate. Lapangan tempat warga Bandung olahraga pagi dan sore atau melakukan kegiatan-kegiatan lainnya. Senasib dengan Gedung Sate, lapangan ini masih ditutup untuk umum. Banyak petugas kemanan berjaga disekitar sini. Meskipun baru pertama kali kesini, tapi nama lapangan ini udah pernah saya dengar sebelumnya. Yang saya tau Gasibu adalah pusat oleh-oleh karna seingat saya dulu kalo dapat kabar kerabat yang baru kembali dari Bandung, gaungnya selalu beli di Gasibu. Dari yang saya baca ternyata lapangan ini dulu memang sempat berubah fungsi jadi tempat berjualan baju, sepatu dll. Makanya waktu liat lapangan ini saya sempet bertanya-tanya juga ada berapa banyakya emangnya tempat yang bernama Gasibu di kota Bandung.
Selesai motoin Gedung Sate, saya nyebrang ke Lapangan Gasibu dan memilih duduk-duduk santai disana. Sejuknya udara pagi itu nyaris ngga bikin keringet saya keluar. Memilih istirahat sambil nontonin aktivitas pesepeda yang datang dan pergi silih berganti tak ada habisnya. Rasanya cuma saya dan beberapa orang aja yang berjakan kaki. Pingin sarapan tapi pilihan menu dibeberapa gerobak makanan ngga ada yang sesuai selera. Setelah dengerin bapak pengamen seruling menyerulingkan lagu Sunda, beberapa menit kemudian saya pilih balik ke hotel dengan rute yang sama ketika berangkat tadi. Tak lupa beli pukis dan cakwe harga 5ribuan. Pukisnya kurang manis tapi cakwenya enaaak…
Kota Medan ga kebagian tempat untuk jalan kaki ya kak. 😌
Iyaa kan 😐😐
Kangennyaa. Kayaknya jadi keinginan banyak orang ya untuk masuk ke Gedung Sate, termasuk saya wkwk
Sebagai wisatawan ya ngrasa ga sah klo blm masuk gedung sate. Tp apa dayaa …
Mungkin ada edisi berikutnya. Aamiin 😇😇