Pukul 8 pagi, selepas sarapan kami langsung bersiap menuju lokasi selanjutnya. Kali ini ke kawasan Desa Wisata Puncak Kalibiru. Kenapa memilih pagi hari? Untuk mengantisipasi saja karena selain kami sama sekali buta dengan jalur juga tanpa bantuan guide. Kami hanya mengandalkan google map. Siapa tau gambaran google map dengan kondisi yang sebenarnya kurang singkrong, atau bisa saja di tengah jalan ada satu hal yang menjadi halangan dsb sehingga kami masi punya cukup waktu untuk tetap bisa berkunjung ke Kalibiru.
Pagi itu cuaca begitu mendung, membuat kami hampir pesimis karena hari sebelumnya sempat gagal berkunjung ke Kaliurang karena dipertengahan jalan dilanda hujan deras nan mencekam. Kabarnya kawasan yang akan kami datangi sebagian besar adalah kawasan perbukitan yang menurut kami sendiri sih adalah rawan longsor dan banjir. Semoga ini cuma prasangka kami saja, bukan maksud menakut-nakuti pembaca loh ya. Baiklah lanjut, perjalanan kali ini sempat juga di dijatuhi gerimis namun Alhamdulillah tak sampai deras dan tak membuat kami mundur. masa jauh-jauh ke Jogja malah mau mundur dua kali gara2 ujan doang? huuuuuu….
Kawasan wisata ini berada di sebelah Barat Jogja. Sehingga kami berangkat dari Jogja melewati sisi stasiun Jogja kemudian melewati gerbang masuk Malioboro kemudian ke kanan menuju arah Purworejo. Sesekali kami berhenti untuk membuka google map memastikan arah perjalanan kami selalu benar. Tidak terlalu sulit ketika masih berada dikawasan Jogja, cukup mengikuti arah jalan menuju terminal Wates. Untungnya selalu tersedia penunjuk arah, sehingga memudahkan para pegunjung khususnya seperti kami yang baru pertama kalinya menuju kesana. Nah sesampainya di Wates, terus saja lagi menuju daerah Waduk Sermo. Sampai disana baru deh mulai keluarkan jurus terakhir yaitu banyak bertanya :D. Karena sudah tak ditemukan tanda-tanda sinyal dihp. Menuju Waduk Sermo, sepanjang jalan relatif sepi. Dikelilingi hutan di sisi kiri dan kanan jalan. Hanya sesekali berpapasan dengan pengendara lain. Sempet merinding juga siih.. tapi sejauh perjalanan syukurnya lancar-lancar saja. Hanya saya saja yang sesekali ragu, habisnya perjalanan serasa sangat jauh tak ada tanda-tanda mendekati kawasan yang dituju. maklum pinggang sudah pegal-pegal diboncengan.
Setelah melewati jalan berliku dan hutan-hutan tsb, akhirnya kami melihat penampakan baliho besar bertuliskan Kawasan Wisata Kalibiru. Saya spontan teriak kegirangan. Sudah ada seorang penjaga yang mengutip retribusi, murah saja kok hanya 3000 rupiah saja. Sekitar 100 meter melewati pintu masuk kami disambut dengan panorama danau. Inilah yang disebut dengan si Waduk Sermo itu. Indah memang, jadi sebelum dapat kawasan Kalibiru, terlebih dahulu melewati kawasan Waduk Sermo ini. Saya baru kali ini melihat waduk sebesar itu, dan memang kabarnya waduk inilah yang terbesar dikawasan kabupaten Kulonprogo. Hilanglah seketika rasa hawatir dan pegal-pegal setelah melihat baliho dan menikmati keindahan Waduk Sermo. Kamipun menurunkan kecepatan dan berjalan santai menyusuri jalan sambil memandangan hamparan waduk. Tak lama, sampai juga kami ke kawasan hutan lindung menuju Kalibiru. perjalanan masih butuh tenaga extra karena semakin berliku-liku dan akan semakin menanjak. Masih sepi tentunya. Jalanan yang sempit juga menjadi perhatian pengendara karena harus lebih berhati-hati di tikungan.
Kami hampir selalu berdoa-doa dan mengucapkan salam ketika memasuki tikungan, selain untuk keselamatan juga karena sedikit seram dan ada kesan mistis yang kami rasain. Kami terlihat norak yah, hahaha. Ntah ditikungan keberapa barulah kami temukan petugas yang berjaga lengkap dengan rompi hijaunya. Mengantisipasi agar kendaraan, khusunya mobil tidak bersinggungan. Setelah berkendara sekitar 500 meter, kami temukan lagi petunjuk arah menuju Kalibiru. Setelah diikuti tak seberapa jauh akhirnya kami tiba pukul 10. Sesampainya disana cuaca panas menyengat. Kami istirahat sejenak sebelum memulai pendakian manual alias mendaki tanjakan dengan berjalan kaki. Tak disangka sudah ramai saja di Kalibiru jam segitu, sudah terlebih dahulu orang-orang tiba disana. Ternyata… menuju kawasan Kalibiru ada dua arah berbeda. Dan kami melalui jarak yang sepi. Pantesan lah ya terasa horor… hahaha
Pendakian belum selesai wahai saudara, untuk memasuki kawasan Kalibiru kita harus treking menanjak lagi loh. Sekitar 100 meter berjalan kaki. Nah saking menanjaknya, sampai ada jasa ojek segala. Bisa dibayangkan kira2 derajat kemiringannya?? Hahaha. Dan lagi2 saya merengek minta istirahat karena ga tahan, apalagi saya pakai alas kaki semi sepatu sejenis wedges yang walaupun ga tinggi tapi tidak cukup nyaman dipakai mendaki. Kamipun istirahat diteras homestay yang ada di sisi jalur treking tsb. Sempat ada adegan yang bikin kami terbahak2 saat jasa ojek pas lagi dipuncak tanjakan tiba2 ga narik, mungkin karena CC nya kurang besar ditambah sang penumpang berbadan sangat tambun. Sudah bisa ditebak akhirnya dipenumpang dipaksa turun dan mendorong motor sampai ke puncak. alih-alih bersantai dengan ojek, ini malah mendorong, hehe kasiaaaan. Ga tau deh tuh bayar ongkos apa ngga ya? Tapi kasian juga sih kalau sampai motor tiba-tiba mati dan meluncur ke bawah.
Ga mau berlama-lama kami lanjutkan lagi perjalanan menuju loket. Dipungut retribusi lagi ya, cuma 10ribu aja kok per orang. Sangat terjangkau. Iseng-iseng melihat denah dan bertanya pada petugas loket daaaan… masih sekitar 100an meter lagi menuju spot utamanya yaitu menara pandang. Apa boleh buat untuk menuju puncak keindahan memang diperlukan usaha yang kadang harus jatuh bangun. Eaaaaa 😀
Setibanya dipuncak sudah ratusan orang lebih dulu tiba disana. Panas semakin menyengat, untung saja udara disana sangat sejuk dan angin semilir tak berhenti berhembus, dan Danau yang menjadi objek utama pemandangan dari ketinggian itu adalah Danau Sermo (Waduk Sermo) yang tadi kami lewatin. Oiya sebelum berangkat, saya sudah diberikan tugas oleh teman saya untuk mencari tempat wisata yang bagus untuk dikunjungi. Saya langsung buka instagram dan mencari tagar explorejogja. Yang pertama kali saya lihat adalah foto seseorang yang sedang duduk di semacam rumah pohon yang sedang menatap danau dikelilingi hutan. Dari situlah saya mendapatkan referensi tentang Kalibiru. Benar saja yang saya lihat persis seperti foto di instagram.
Untuk bisa berfoto di menara pandang tsb, kita harus rela mengantri dengan para pengunjung lainnya. Maklum saja karena memang itulah yang menjadi satu-satunya daya tarik pengunjung khususnya kawula muda yaitu berpose di menara pandang. Mengingat antusias pengunjung yang ingin berfoto disana, maka oleh pengelola disediakanlah kalau ga salah 5 menara pandang dengan lokasi dan tentunya sudut pandang yang berbeda pula. Namun tetap dengan latar belakang Waduk Sermo dan Hutan Menoreh tentunya.
Disetiap menara, ada jasa potografi. Kita bayar 10ribu untuk bisa mendapatkan nomor antrian, dan 5ribu untuk satu foto (yang nantinya akan diberikan berupa soft copy). Di menara pertama kami sempat menanyakan antrain, ternyata sudah antrian ke 42, dan kami memutuskan treking lagi dan mendapatkan antrian paling sedikit yaitu antrian no 17 di menara 4. Demi foto ya kakaaa, dan ini sangat penting, hahaha. Lamanya mengantri tergantung para model. Semakin rame dan semakin banyak variasi gaya maka semakin lama lah durasinya. Saya sebenernya takut dengan ketinggian, tapi untuk hal ini saya berhasil melawan. Selain memang pengelola mengutamakan keselamatan, jadi kita akan dipandu dan diawasi selama berada di menara. Dipakaikan pengaman berupa tali dan pengait yang diikatkan dipinggang. Seperti layaknya pemanjat tebing, juga sangat disayangkan kalau sudah jauh-jauh ke Kalibiru tak menikmati sensasi berfoto dan menikmati keindahan alamnya dari puncak menara pandang (pohon foto).
Pada saat saya berada dipuncak menara, seketika hilang rasa takut akan ketinggian. Malah sebaliknya saya terkesima dengan keeksotikan alamnya. Saya sampai mati gaya pada saat akan difoto. bingung mau pose seperti apa akhirnya saya minta diarahin sama tukang fotonya :D. Benar2 terpesona pada keagungan Tuhan, hanya perpaduan Waduk dan Hutan serta kreasi warga mampu menciptakan sebuah pemandangan yang menakjubkan. Ingin rasanya berlama-lama duduk (apalagi berduaan 😉 ), dipuncak keindahan alam itu. Kalau tidak ingat antrian dibelakang mungkin saya betah sampai sore bertapa disana hehehe.
Konon katanya kalau cuaca cerah dan sedang beruntung kita bisa melihat sebaris putih bersinar yang mana itu adalah deretan ombak Pantai Selatan. Dan lebih indah lagi kalau bisa menyaksikan senja menutup hari dengan sempurna. Tapi kalau untuk itu kita mungkin disarankan untuk menginap. Ada beberapa homestay kok yang bisa disewakan disini dan fasilitas lain yang lengkap seperti tempat makan yang beragam, mushola, aula pertemuan, toilet juga fasilitas permainan outbond seperti flying fox, hig rope game, titi kayu dsb.
sedikit tips dari saya apabila ingin mengujungi Kalibiru
1. Pastikan kendaraan dalam keadaan sehat dan kalau ada lebih baik yang berCC besar. Karena kondisi jalan yang menanjak tajam dan sudah pasti pulangnya adalah menurun jadi rem juga jadi perhatian khusus.
2. Pastikan bahan bakar kendaraan terjamin ketersediaannya. Berhubung yang kita lewati adalah pedesaan, jadi penuhkan tangki atau untuk mobil yang boros bahan bakar bisa bawa persediaan bahan bakar di wadah. Atau untuk sepeda motor jangan ragu untuk isi tangki dipenjual bensin eceran karena tidak akan ditemukan pom bensin
3. Datanglah pagi atau sore hari, karena suasana akan lebih dapet romantisnya dan sudah pasti tidak banyak berkeringat karena sengatan matahari.
Tidak ada salahnya kalau ke Jogja menyempatkan diri mengunjungi Kalibiru. Saya sendiri pingin balik lagi…
Jalan ke kalibiru emg horror 😅😅
Hihiii…
Kirain cuma kami yang ngerasa
Ah jadi inget belum nulis soal Kalibiruuu
Buruan kaak… 😀