jalan dan wisata

Menikmati Malam di Malioboro

Makan malam kami kali ini masih di angkringan sekitaran stasiun Jogja. Tapi lupa apa nama dan lupa juga berfoto-foto. Tapi selalu sempat ambil jepretan di depan pintu gerbang stasiun kebanggaan warga Jogja ini. Barulah lanjut ke Malioboro.

Satu hal yang paling saya suka kalau lagi jalan di Malioboro pas malem hari adalah hiburan calung. Itu loh pentas musik jalanan semi profesional, hehehe. Ada gendangnya juga, dan yang paling mempesona adalah angklung beserta pemainnya. Kalau sudah belanja atau dapet apa yang dicari, atau kalau sudah dapet antrian berfoto di bawah plank “jl. Malioboro” hehe. Saya sampai takjub menyaksikan antrian yang panjang hanya untuk berfoto di bawah tiang bertuliskan “Jl. Malioboro”. Jadi rasanya belum sah ke Jogja kalau belum ke Malioboro dan berfoto di bawah tiang keramat itu. termasuklah kami ini, hahaha.

Disaat temen-temen saya pada naik delman, ada yang makan di lesehan, ada juga yang belanja dan daripada berjalan-jalan saya lebih memilih nonton musikal jalanan itu berlama-lama. Bagi saya ga bosenin. Ga kalah lah sama nonton orkestra haha *macam pernah aja! Dan yang paling penting, grateeess.
eiits tapi saya selalu kasi saweran loh πŸ˜€

Dan hiburan calung ini memang tidak konser tiap malem. Kalau ga salah cuma kamis malam sampe minggu malam. Jadi saya merasa beruntung ketika berada di Jogja hampir tiap malam bisa menyaksikan calung-calung ini. Ada beberapa kelompok calung yang mengadakan konser di sepanjang jalan Malioboro. Tapi yang menarik hati saya cuma kelompok Calung yang satu ini. Selain pemainnya berpenampilan rapi juga sedikit lebih ahli memainkan alat musik dibanding kelompok yang lain.

Itulah kenapa banyak yang kangen sama Jogja ya. Kota budaya nan anggun ini memang menghipnotis. Keramah-tamahan, santun dan kelembutan warganya juga jadi salah satu daya tarik tersendiri. Ketika berada di Malioboro kita akan bebaur dengan pengunjung dari segala penjuru daerah. Namun aura budaya Jawa yang kental tetap terasa. Kusir delman mengunakan pakaian khas Jawa bahkan pak polisi pun pakai blangkon (Nulisnya bener ga tuh?). Supir taksi dan becakpun mengenakan pakaian batik. Dan mereka menawarkan jasa dengan Β cara yang sangat santun sekali. Di kota saya? Ah sudahlah πŸ˜€

Namun pada saat kesana, suasana masih semrawut. Masih ada lahan parkir dan juga kendaraan lalu lalang. Kalau sekarang kabarnya sudah steril ya?? Ah, smoga bisa dimudahkan berkunjung lagi ke kota kenangan Jogja.

8 tanggapan untuk “Menikmati Malam di Malioboro

  1. Bagus kalau sudah steril… satu alasan saya enggan berlama-lama di Malioboro adalah kepadatannya bikin kurang nyaman. Ikut penasaran juga dengan bagaimana penataannya, tapi bagus ya, semua kota di Indonesia agaknya berlomba-lomba supaya tertib dan membuat wisatawan semakin nyaman. Mudah-mudahan semua kota jadi tertib jadi kita berwisata bisa semakin enak :amin.

    1. Iyaa.. mmg harusnya dipisah antara parkiran sama buat pejalan kaki dan pengendara demi kenyamanan. Apalagi malioboro maskot nya Jogja, kudu rapih

Tinggalkan Balasan