jalan dan wisata

Santai di Penatapen

Cuaca Medan memang lagi nano nano dan ngga bisa ditebak. Sempat beberapa bulan lalu kalau malam selalu hujan badai dan akhir-akhir ini hujan turun malah kalau pagi. Tapi pagi itu, Medan sangat cerah campur angin sepoi-sepoi. Saya yang lagi sarapan dapet ajakan temen untuk jalan-jalan ke Berastagi. Yah, manalah saya mampu menolak ya kan haha. Cocok lah, udah selesai beres-beres, baru mandi pula dan langsung bersiap go…

Kalau ke Berastagi, saya sukanya perginya pagi-pagi. Karena selain udara masih segar, juga semangat masih cetar, matahari juga belum terlalu terik. Apalagi kalau udah nyampe daerah Sibolangit, kaca mobil enaknya dibuka aja. Ngga usah pake AC lagi. Menghirup udara sejuk pegunungan itu semacam terapi bagi saya. Rasanya saat saya manarik nafas dalam-dalam sambil mata terpejam, ada banyak udara menelusup dari pori masuk ke rongga paling terdalam. Begitu saya buka mata, kok spontan bibir menyungging senyum. Ntahlah apakah udara pagi itu mampu mengusir segala galau yang ada dalam raga. Haha. Udara yang langka di kota Medan.

Medan – Berastagi, kalau berjalan santai hanya memakan waktu sekitar 2 jam. Enaknya sih jalan santai ya, kan ngga ada yang diburu. Sebelum sampai ke Berastagi, akan ada banyak tempat seru yang bisa disinggahi. Diantaranya Hill Park / Green Hill Sibolangit. Ini tempatnya wahana permainan. Anak-anak pasti suka. Nanti bakalan bawa Caca dan Cahyo kesini,  karna kebetulan Cahyo belum pernah. Bisa juga kita anggap semacam rest area karena ada banyak tempat untuk bersantai atau beristirahat seperti tempat makan dan taman -taman. Selain juga pemandangan yang cantik bisa dibikin latar berfoto. Sekitaran 300 meter ada sebuah resort bernama The Hill juga bisa disinggahin. Ngga perlu menginap karna tempat ini bebas didatangin pengunjung untuk sekedar melihat-lihat. Ada banyak burung flamingo, dan aliran sungai sekitar resort. Penataan yang indah tentu saja ingin kita abadikan dalam sebuah foto. Foto lagi foto lagi :D. Mau ke ala-ala pagoda di Thailand sana? Di Sibolangit ada kok. Taman Lumbini namanya. Dulu, masih awal-awal ini dibangun, saya foto disitu dikira temen saya, saya udah nyampe Thailand aja haha lumayaan. Ada lagi Mickey Holiday. Lokasinya dipuncak jadi bisa memandang hampir seluruh daerah Tanah Karo dari ketinggian. Disini selain ada hotel berbintang, juga ada wahana permainan di satu tempat yang sama. Jadi pengunjung bisa nginap sekaligus bermain. Agenda juga nih untuk Caca dan Cahyo. Kalau pingin yang lebih tenang lagi, ada Vihara namanya Vihara Budi Shanti letaknya di Peceren. Wah suara gentian anginnya juga bisa dibikin semacam terapi. Dan memang pada saat itu mereka menyediakan aroma terapi yang bisa dibeli pengunjung. Ngga tau ya sekarang masih bebas masuk atau ngga.

Akan ada banyak sekali wisata pemandian alam dan sungai yang akan kita lewati. Seperti Sembahe, Pantai Tirta, juga pemandian air panas SiDebuk-Debuk dan sungai-sungai lainnya yang tak bisa saya sebutkan semua. Karena saya ngga tau tentunya :D. Ya abis gimana kan masa muda jaman blusukan udah berlalu haha. Sekarang tempat wisata alam sudah menjamur dan lokasinya juga di pedesaan yang susah dijangkau. Tapi yang begitu pula yang mantap.

Bagi saya yang awam ini, ke Berastagi ya taunya cuma Penatapan, Gundaling, Bukit Kubu, Tongging dan Sipiso-piso atau Taman Simalem. Dan beberapa tempat-tempat lainnya. Saya memang suka ke Berastagi. Bisa dibilang ini tempat pavorit saya di Sumut. Sempat waktu itu pas keluarga masih komplit, ke Berastagi jadi agenda setiap weekend. Lah wong dalam waktu setengah hari juga bisa kok PP, dan ngga perlu biaya yang besar. Berastagi, tempatnya menenangkan dan udaranya itu bikin kita segar kembali. Selain itu saya suka tempat yang ngga terlalu ramai. Kalau lagi suntuk bisalah datang ke sini.

img-20161023-wa0004.jpg
Latar Belakang Gunung Sibayak
img-20161023-wa0015.jpg
Latar belakang gunung Sinabung yang tak lagi hijau. Tertutup abu vulkanik…

Tak lengkap rasanya kalau ngga singgah ke Penatapen. Ini juga salah satu rest area yang wajib bagi pengunjung kalau mau ke Berastagi. Apa ya istimewanya? Ngga ada sih, ngga ada taman, kolam renang, atau kebun-kebun. Hanya karna mungkin letaknya di ketinggian sudah pasti hanya pemandangan hijau Hutan Bukit Barisan terhampar luas. Memandang sampai titik terjauh itu bikin saya tenang. Pupil mata seolah-olah ikut melebar. Ditambah monyet-monyet liar bergelantungan dan terkadang tingkahnya bikin lucu sekaligus menegangkan. Pengalaman kami waktu itu beli jagung bakar, eh dicolong monyet. Dan, alih-alih pemilik warung mau ganti rugi yang ada kita yang bayar jatah si monyet haha. Ya bener juga sih, monyet itu kan ngga mereka yang piara. Lagian kan sebenernya kita yang numpang singgah dihabitatnya. Anggap sajalah kompensasi, piiiss ya nyeet :D. Pokoknya jangan sampai kita ceroboh dengan meletakkan makanan dimeja, atau akan dirampoknya kecuali kita memang udah rela. Dan, kedatangannya pun disaat-saat yang tak terduga. Kadang bikin kaget, tau tau nongol di depan kita dang bilang ciluuuuk baaa! Hehe ngga deng. Seakan ia sudah mengintip lebih dulu dan tau kelalaian kita Haha. Hewan yang cerdik. Tapi jangan memandang ke arah bawah ya, karena pemandangan akan dirusak oleh tumpukan sampah. Mulut saya yang jabir ini pingiin aja negur kalau liat orang buang sampah asal lempar aja sembarangan. Bagi saya sendiri kok rasanya ngga tega buang sampah sembarangan. Apalagi tempat seindah itu.

20161022_135244
Monyet sedang beraksi

Di Penatapen, jangan harap ada makanan semacam spageti, burger ato ayam bakar, jus dan sebagainya. Hanya ada makanan jenis indomi dan jagung serta snack lain. Minuman teh, kopi dan bandrek. Udah itu aja. Dulu saya sempet pernah kepo ke pemilik warung, kok ngga ada makanan lain? ternyata karena memang ngga dibolehin. Semacam udah kode etik mereka sih ngga boleh jual macem-macem selain indomi dan jagung. Makanya, mereka menawarkan kenyamanan yang paling utama. Karena dengan berjejer warung-warung, dan menyuguhkan pemandangan yang sama sudah tentu pemilik harus lebih kreatif untuk bisa menarik banyak pengunjung ke lapaknya.

20161022_140023
Indomi + teh hangat… View Hutan Pegunungan Bukit Barisan

Warung Pak Kaban
Jalan-jalan lalu saya ajak teman saya singgah disalah satu warung disana. Letaknya paling ujung dan didominasi warna pink. Ngga ada plank nama. Ada sih tapi rubuh kata kakak pelayan itu. Namanya juga ribet dan susah disebutin. Dari ngobrol-ngobrol kami kemarin, warung itu milik Pak Kaban (Kaban adalah salah satu marga suku Karo). Jadi warungnya lebih dikenal dengan warung Pak Kaban. Warung paling cantik diantara yang lain menurut saya. Keuntungannya karena letaknya paling ujung dan lebih luas. Yang paling bikin betah ada pemandangan air terjun yang lebih dikenal dengan Air Terjun Sikulikap dan sungainya mengalir jernih disisi hutan. Dan itu bisa kita nikmati dari ketinggian tanpa halangan apapun dari warung ini. Udara segar dapat kita hirup, begitu juga matahari dapat kita rasakan secara langsung tanpa dihalangi oleh bangunan warung lain atau pohon-pohon.

img-20161023-wa0001
Sungai dari Air Terjun Sikulikap

Pemilik warung juga sangat pintar berkreasi dengan membuat semacam gardu pandang diujung bangunan. Dipagar batu dicat pink. Ada banyak coretan oleh pengunjung yang menuliskan nama-nama mereka. Di satu sisi memang ngga baik, tapi, kalau dipandang kok jadi berseni sih menurut saya hehe. Di sisi kiri yang lain mereka membuat tempat duduk dan meja dari semen juga di cat pink beratapkan pohon cemara yang ngga terlalu tinggi tapi cukup rimbun. Sangat asiklah untuk ngobrol-ngbrol santai dan bercengkrama. Apalagi diterpa angin kencang tapi sepoi-sepoi dan dinginnya menusuk-nusuk. eh ini gimana sih haha. Dibagian belakang, ada pondok beratap seng, lengkap meja dan bangkunya. Disini bagi mereka yang takut masuk angin kali. Ya yang ngga tahan sama angin kencang atau pada saat hujan tempat ini pasti diserbu. Dan bagian ini terdiri dari dua lantai. Sementara disisi kanan, mereka menyediakan kamar-kamar bilamana ada pengunjung yang ingin menginap. Kata kakak itu tarifnya sekitar 100 atau 150rb kalau ngga salah. Tapi dinginnya bikin keki. Ada permainan anak seperti jungkat jungkit dan ayunan jadi anak-anak ngga begitu bosen kita bawa kesini. Area parkir yang sangat luas juga jadi salah satu keunggulan warung ini. pokoknya warung paling ujung berwarna pink, nah itu lah dia.

Bagi saya, kalau ngga ada agenda lain, ya singgah ke Penatapen aja sudah cukup bikin rileks otak. Tetaplah jaga kebersihan ya, kita menikmati alam sudah seharusnya menjaga alam. Buang sampah ditempat yang sudah disediakan. Kalau ngga ada tempat sampah, ya kumpulin dalam satu wadah plastik sampai ketemu tong sampah.
Bawa baju hangat karna sewaktu-waktu pasti diperlukan. Payung kecil juga diperhitungkan dimusim hujan begini. Dan, pastikan batre kamera full yaa, hehe

Begitulah wisata alternatif murah meriah. Kalau orang Medan pastilah ngga asing lagi dengan Penatapen. Setujukan kalau ke Berastagi ngga lengkap kalau ngga singgah kesini? 🙂

20 tanggapan untuk “Santai di Penatapen

  1. wisata murah meriah ya mbak. 🙂 saya kalau pegunungan kurang begitu bisa menikmati, mungkin karena alergi dingin, jadinya mood sudah rusak duluan. meski begitu, lihat foto- fotonya, jadi ngiri pengen kesana. tapii jauuhhhnya. 😀
    mbak, itu indominya loh, menggoda. *lap iler

        1. Ada mbk…
          Pantainya juga udh cantik2. Tp dasar ga hobi ya semenjak jd cantik blm pernah tak datengin.
          Ee tapi klo mbknya mw kesini ya ayok aja doong… no problemo kok haha.
          Ntr kapan aku ke pantai tak fotoin yaa manatau setelah liat mbk lgsg terbang ke medan 😀

  2. Ternyata hampir di semua tempat wisata di indonesia keluhannya sama, yakni sampah wkwkwk….. Berarti orang indo itu paling nggak bisa jaga kebersihan ya…..

    1. Iya kak Noni, tp masi ada sih debu2nya keliatan dr lantai dan nempel dimobil. Minggu kesana, eh seninnya udh erupsi lagi. Malah kata org sana kyknya ngga bakalan brhenti eruspsinya

Tinggalkan Balasan