Uncategorized

Review Buku: Antara Monkey King & Hanoman; Jalan-Jalan Menyusuri Jalur Sutra Kuno Cina 

Selain novel, saya sangat suka membaca buku perjalanan. Apalagi kisah nyata dari penulis yang memang hobinya travelling. Jadi kalo ke toko buku, saya langsung tanya ke petugas dimana letak rak buku-buku travelling. 

Buku ini saya dapat di gramedia waktu mereka ngadain promo besar-besaran. Buku lama, tapi bagi saya ngga masalah selama itu tentang perjalanan. 

Judul: Antara Monkey King dan Hanoman, Jalan-Jalan Menyusuri Jalur Sutra Kuno Cina 
Penulis: Ira Rahmawati
Penerbit: TransMedia Pustaka 
Tahun: 2013 
Tebal: 344 hal

***

Adalah Ira Rahmawati, seorang perempuan penyuka jalan-jalan tak menyia-nyiakan kesempatan ajakan dari salah seorang temannya untuk berpetualang ke Jalur Sutra. 

Jalur Sutra yang terkenal dengan jalur perdagangan internasional dan interaksi budaya zaman dulu antara Cina dan bangsa sebelah Baratnya termasuk pedagang muslim sehingga wilayah itu jadi wilayah dengan jumlah penduduk muslim terpadat di Cina. Itu sebab temannya Eddie mengundang Ira yang seorang muslim berjilbab untuk turut serta dalam perjalanan ini. Ia tau Ira pasti menyukainya.

Perjalanan dari Jakarta menuju Guang Zhou dilakukan Ira seorang diri. Karna Eddi dan Abi istrinya yang memang tinggal di Cina akan menyusul Ira saat ia udah ada di X’ian. 

Wilayah yang dilalui Jalur Sutra itu terletak di barat laut Cina. Penduduknya jarang yang bisa berbahasa Inggris, sementara Ira sama sekali tak bisa berbahasa lokal. Maka dari sinilah selama dua hari petualangan Ira dimulai. 

Betapa orang-orang pertama yang ia jumpai berlaku sangat kasar. Bahkan perempuan sekalipun. Kernet bus yang tak mau menolong misal mengangkatkan ransel dan melebihkan ongkos yang seharusnya. Serta orang-orang lokal yang super cuek yang sangat susah dimintai bantuan bahkan hanya untuk sekedar bertanya lokasi sekalipun. 

Ketika ia ingat pesan induk semangnya saat magang di Singapura, bahwa daerah Cina sebelah Selatan orang-orangnya tidak berbudaya dan sangat kasar. Shanghai lebih kasar daripada Beijing tapi Guang Zhou lebih kasar lagi daripada Shanghai. Dan ia sekarang ada di kota terkasar Guang Zhou. Namun begitupun ada yang disyukuri Ira dari ketidakmampuannya berbahasa lokal. Ia jadi ngga tau perkataan kasar apa yang keluar dari orang orang tadi. Kalau tau mungkin tarafnya bukan lagi cuma sekedar kesal. Namun begitu ditengah kesulitan dimanapun tetap saja ada satu orang baik yang dikirimkan Tuhan di muka bumi ini yang mau menolong. Mungkin Ira pernah menolong orang lain, makanya saat itu giliran dia yang ditolong

Barang siapa mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah akan mempermudah urusannya dunia dan akhirat. (HR. muslim) 

Namun Ira mencoba untuk tidak menghakimi, karna harus dimaklumi beda daerah beda pula wataknya. Lagipula ia tak mau merusak perjalanan hanya karna perbedaan karakter seperti itu. 

***

Ira akhirnya bertemu dengan 2 sahabatnya Eddie dan Abi di X’ian. Disini ia diajak berkeliling oleh dua temannya ini. Dari mulai naik kereta ekonomi, ke perkampungan muslim dengan mesjid-mesjid cantik, ke kebun anggur dan melewati gurun pasir tandus, gunung es dan segudang pengalaman yang pasti sangat seru sekali saat membayangkan kita ada diantara mereka. 

Jalur Sutra Kuno Cina menyisakan jejak peradapan yang luar biasa. Masjid Agung X’ian, Menara Beduk, Gua Budha Mo Gao dan Telaga Bulan Sabit adalah sebagian tempat yang mereka kunjungi yang mana tempat-rempat itu menjadi saksi dari kehebatan para petualang Jalur Sutra. Menyusurinya bagaikan napak tilas perjalanan para saudagar Cina beratus tahun lalu. Sebuah perjalanan yang mempertemukan eksotisme alam dan kehebatan peradapan manusia yang masih terjaga di era modern ini

Gunung es di tengah gurun yang gersang, Oasis yang indah di tengah gurun dan dinamika kehidupan kampung muslim X’ian diceritakan sangat menarik oleh Ira. Buku ini bukan hanya bercerita tentang peninggalan bersejarah dan eksotisme alam tetapi juga budaya dan kebiasaan masyarakat lokal. 

Membaca buku ini, saya seolah merasakan sendiri berada dimana Ira saat itu. Karna ia sangat detail sekali menceritakan setiap sudut dan kejadian-kejadian menarik yang ia alami. Mengikuti perjalannya, saya jadi tau seperti apa kebiasaan muslim disana. Merasakan suasana solat di mesjid mesjid cantik yang membuat ia betah berlama-lama. Jadi tau bahwa mungkin budaya Indonesia pernah singgah disana karna ada sovenir wayang kulit. Atau makanan seperti apa yang dijual. Dan yang paling penting jadi tau kalau toilet disana kebanyakan tidak menyediakan air bahkan tisu. Malah disuatu daerah ternyata masih ada toilet terapung. Makanya Ira selalu bawa botol air mineral beserta isinya bukan untuk minum tapi untuk bersuci. Dan banyak pengetahuan lainnya yang sangat berguna kalau nanti berkesempatan berpetualang. Penulis Ira sangat pintar sekali menyusun rangkaian cerita sehingga segala sebab akibat dari setiap kejadian yang ia alami akhirnya bisa terjawab dibagian judul lainnya. 

Buku ini sangat rekomendid untuk siapapun yang berencana berkunjung ke Jalur Sutra. Saya rasa, Ira melalui cerita pengalamannya sudah bisa mewakili semua informasi yang penting untuk kita ketahui. Mulai dari kondisi kereta, kondisi bus, bus apa saja yang ia naiki, kondisi wilayah, karakter penduduk, kebiasaan, makanan, rasa makanannya, dimana restoran halal, hotel yang strategis tapi murah, suasana kamar, pasar dan urutan perjalanan yang diceritakan dalam setiap judul berbeda, secara tidak langsung jadi seperti itinerary yang semuanya diceritakan secara lengkap. Tinggal nyontek aja deh. 

Kalau ketemu buku traveling karya Ira Rahmawati yang lain, saya harus punya nih kayaknya 😊

12 tanggapan untuk “Review Buku: Antara Monkey King & Hanoman; Jalan-Jalan Menyusuri Jalur Sutra Kuno Cina 

  1. Assalaamu’alaikum wr.wb, Uchie….

    Saya sama seperti Uchie suka sekali membaca buku tentang pengalaman perjalanan seseorang secara peribadinya amat menarik kerana dilalui sendiri secara sadar. Mudahan kita mendapat manfaat dari buku mbak Ira ya.

    Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂

    1. Waalaikumsalaam mbak Siti…
      Iya, serasa ikut dalam perjalanan mereka kalo baca buku travelling.
      Makasi udah mampir ya mbak. Salam kenal dari Medan 😊

  2. Jalur Sutra ini sudah sering sekali saya dengar. Salah satu jalur perdagangan yang sangat disegani dunia, termasuk di nusantara. Buku ini jadi menarik karena menampilkan adat, budaya dan kebiasaan orang Tiongkok. Ada plus tapi juga banyak minusnya.

    Saya pernah menelusuri Beijing, Shanghai, Guangzhou dan Nanning. Dan itu bener-bener jadi pengalaman yang luar biasa.

Tinggalkan Balasan