Ini salah satu buku yang saya dapat dari perburuan di Big Bad Wolf Sale lalu.
Membaca ini saya merasa bersyukur hidup bukan dijaman penjajahan. Sangat bersykur.
Ruta E. Sepetys. Penulis buku ini yang merupakan novel pertamanya adalah anak dari salah satu pengungsi Lithuania. Negara yang Ia ceritakan dalam novel ini. Membawa kita kembali ketahun 1950an.
Judul: Between Shades of Gray
Penulis: Ruta E. Sapetys
Penerbit: Noura Books
Tahun Terbit: 2014
ISBN: 978-602-1306-45-1
Tebal: 386 halaman
Adegan demi adegan membuat saya berpikir ini kisah nyata ngga sih? Tapi dari beberapa tulisan yang saya baca mengenai kerja paksa ya kira-kira sama deskripsinya dengan yang diceritakan dalam buku ini.
Penduduk yang dideportasi dari negaranya sendiri. Terpisah dari kepala keluarga yang terlebih dahulu menjadi tawanan, lebih tepatnya tahanan. Terusir dari rumahnya sendiri. Bekerja untuk orang lain diwilayah yang asing.
Dari hidup mewah menjadi harus terbiasa hidup sengsara di kamp-kamp pengungsian yang lebih layak disebut gubuk kalo saya bayangin. Kelaparan, kedinginan, kepanasan, dilanda penyakit dan mati.
Anak kecil, remaja, orang tua dipaksa untuk bekerja dengan jatah makan yang tak lebih layak dari pakan ternak. Melawan atau sedikit saja berontak, habislah nyawanya. Lebih tragis lagi mayatnya dibuang begitu saja.
Dipindahkan sesuka hati dengan jarak bermil-mil dalam waktu berminggu-minggu hanya dengan menggunakan kereta api yang dari deksripsinya juga tak lebih layak dari pedati pengangkut makanan ternak. Berjejalan puluhan orang dalam satu gerbong sempit, pengap dan gelap.
Tak usah saya ceritakan bagaimana cara mereka buang hajat, makan, tidur ditempat sempit selama berminggu-minggu.
Lina saat itu berusia 15 tahun, salah seorang remaja dari ribuan korban merupakan anak dari kepala universitas yang papanya sudah lebih dulu diamankan oleh tentara soviet di bawah kepemimpinan Stalin. Bahkan sampai buku ini berakhir ia tak pernah lagi bertemu papanya.
Ia bersama adik laki-lakinya berusia 10 tahun dan ibunya mendapat mimpi buruk saat malam mereka dipaksa meninggalkan rumah mereka yang nyaman kemudian diangkut pada sebuah truk oleh tentara untuk dibawa pergi entah kemana. Sampai akhirnya setelah dipindahkan sesuka hati oleh tentara, ditahun kedua ia mendapat kabar kematian papanya dan seminggu kemudian kematian ibunya dipangkuannya. Tinggallah Ia dan Jonas adiknya berjuang menjadi pekerja paksa selama 12 tahun. Hingga akhirnya mereka bebas ntah bagaimana caranya tak diceritakan disini.
Saya ngga begitu suka cerita tentang peperangan. Begitu juga film. Apalagi ada penyiksaan dan pembantaian. Terakhir saya nonton film perang dan pembantaian itu kalo ngga salah judulnya “Tears of the Sun” dan “Hotel Rwanda”. Itu juga banyak meremnya antara eneg dan penasaran.
Tapi mbaca ini saya seolah ikut ada di dalamnya. Ikut ngilu saat ada yang hipotermia. Ikut meradang saat ada tentara yang memukul anak-anak. Ikut sedih saat ada yang mati sia-sia.
Hikmahnya saya jadi smakin tau kenapa pahlawan itu jasanya harus sangat dihargai. Dijunjung tinggi. Karna apa yang kita nikmati saat ini merupakan hasil dari keringat dan darah para pejuang.
Sayangnya buku ini tak menampilkan satupun foto atau ilustrasi yang menggambarkan situasi saat itu. Kalo ada mungkin akan lebih greget lagi.
Walaupun begitu saya setuju kalo buku ini meraih penghargaan bergengsi.
Aku juga pas BBW kemarin nemu ini tapi terpaksa nggak jadi beli gara-gara udah banyak banget pilih buku. Sempat berat juga ngelepasnya. Buku ini udah direkomendasiin sama banyak teman dan pas baca review ini jadi sebel lagi gara-gara nggak jadi beli hehehe. Thank you for the review Mbak, definitely will read this one in the future!
Sama2 mb Ruth. Makasi udh mampir… Mdh2n nemu buku ini yaa hehe
Kalau fifty shades of grey gmna? 😉
Hmmmm… Seru jg. Tp banyak “anu” nya. Haha
Haha
Suka banget karya2nyabruta sepwtys. Tapi belum kesampaian baca yg ini. Beneran penasaran. Soalnya nyari dimana2 ga ada.
Siapa tau kakak berniat ngelepas bukunyq, aku bersedia adopsi kak. Lagi nyari2 prwlovednya..
Hmmmm… aku masih sayang2 sama bukunya kak, hehe.