Mendengarkan Sepuluh Perempuan Bercerita
Sebelumnya saya haturkan selamat untuk Ibu Annie Nugraha atas usaha publishing yang diberi nama “Annie Nugraha Mediatama” sekaligus buku solo perdana yang lahir dari jenama tersebut. Saya ikut bangga. Sungguh “iri” sekali sama beliau ini. Tentu saja iri yang positif atas semangat dan ide kreatifnya yang seperti ngga ada habisnya dan tak terbatas usia. MasyaAllah…
Ini kali kedua saya diberi kesempatan mengulas bukunya setelah buku “Ngelencer Yuk”. Mana mungkin saya lewakan, sebab setiap kalimat dari rangkaian kata demi kata yang keluar dari memori Bu Annie ini seperti selalu saja ada yang baru. Insight baru tentu saja pengetahuan baru.
Related Post: Review Buku Ngelencer Yuk!! Jelajah Destinasi Wisata Nusantara
Tak jarang saya harus nyontek google untuk mengetahui arti dari istilah-istilah yang benar-benar baru itu. Sepertinya ide selalu mengalir dari kepalanya. Selain piawai merangkai berbagai akesoris kerajinan tangan, memotret dan mendesain dengan baik, piawai juga merangkai kata. Paket komplit!
Saya sudah terlibat sebanyak dua kali dalam projek penulisan buku Antologi bersama beliau yang juga menyertakan banyak penulis dan blogger lainnya. Cukuplah bikin berbangga hati, nama saya bersanding dengan nama-nama penulis beken yang beberapa bahkan sudah tak asing lagi di dunia kepenulisan.
Related Post: Buku Antologi : Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan Di sini

Sepuluh Perempuan Bercerita
Penulis : Annie Nugraha
Editor : Annie Nugraha
Penerbit : Annie Nugraha Mediatama
Dicetak : Juli 2025
Halaman : 275 halaman
Bisa dibayangkan rempongnya menulis, merevisi, edit dan menerbitkan sebuah buku sendiri. Belum ngurusin galeri, blog juga projek buku lainnya. Ah, jempol juga untuk support sistemnya, suami dan kedua anaknya. Inspiring family…
Membaca cerita demi cerita dalam buku ini sama saja halnya seperti mendengarkan tokoh-tokoh fiksi itu bercerita. Ada yang tuntas, ada yang menggantung, ada yang happy ending dan ada juga yang berakhir tragis dan mengecewakan, sebagian malah saya ngga paham.
Meski fiksi, membaca satu persatu kisah, membuat saya merenung. Dari berjuta jiwa di bumi, salah satu atau bahkan semua kisah itu pasti ada nyata terjadi. Ngga usah jauh-jauh, salah satu ceritanya ada kok yang mirip pengalaman pribadi saya. Cukup dikenang saja 🙂
Buku ini punya cover yang simpel dan elegan. Meski saya lebih suka kalau warna birunya diganti abu-abu, putih atau hitam. Tentu saja itu karena warna kesukaan saya. Kalau Bu Annie, saya tau Beliau lebih extrovert. Mungkin juga menyesuaikan dengan filosofi biru yang menggambarkan ketenangan, kedamaian, segar dan kebebasan. Sama dengan sifat dasar perempuan.
Sehingga biru terang tak jadi masalah. Begitupun simpelnya, mungkin saya ngga kepikiran bikin desain seperti itu saking ngga ada kreatif-kreatifnya blas.Payah, lah!

Bahkan untuk menjadikan antologi cerpen dengan berbagai kisah yang mengarang bebas aja ngga ada dalam pikiran saya. Saya taunya cerpen itu ada di lembaran terakhir sebuah majalah atau di rubrik tertentu sebuah buletin.
Saya jago menghayal. Tapi boro-boro menjadikannya sebuah cerita. Membuat premis saja saya ngga mampu. Alih -alih menjadi sebuah buku, membangun sebuah cerita pendek saja susah sekali. Pernah nyoba? Pernah, berujung menyerah.
Salut, menghadirkan sepuluh cerita yang kompleks sekali. Entah ide darimana ya, Bu, dapat macam ragam variasi kisah. Apa karena faktor usia juga, nih, yang berarti pengalaman juga lebih banyak? Hehee (becandaaaaa)
Sebagian besar malah endingnya tak terduga. Layaknya nonton film, saya dikejutkan dengan banyaknya plot twist. perasaan diaduk-aduk, naik turun. Apalagi 5 kisah pertama disuguhkan kisah yang sedih-sedih semuanya :(. Selesai membaca satu, penasaran untuk menyusul kisah-kisah berikutnya. Kek gini pola membacanya, tentu saja buku ini rampung sebelum selesainya hari.
Seperti judul artikel ini, saya memang merasa seperti ngga sedang membaca buku. Tapi lebih ke mendengarkan. Seperti quote meme yang pernah saya baca. “Membaca adalah percakapan diam-diam” ada betulnya.
Bayangin di hadapan saya, sepuluh perempuan itu bercerita secara bergantian dan saya dengan tekun mendengarkan, mereka nangis, saya ikut nangis. Mereka kesal begitupun saya. Sesekali terus mendesak untuk mereka segera melanjutkan bercerita saking penasarannya tanpa menghiraukan saat jeda sekedar untuk menarik nafas.
Begitu emosionalnya Bu Annie menceritakan perjalanan hidup 10 perempuan hayalan itu. Rasanya lebih pantas disebut kisah nyata, sih. Ngga berlebihan, karena toh berita-berita yang terpampang di media sosial akhir-akhir ini jauh lebih tragis. Sampe mau skip main medsos, kalo ngga ingat job, haha.
“Luka yang tak terlihat”. Dua kali saya baca khusus untuk satu judul ini, tapi dua kali itu juga saya ngga nemu kesimpulannya. Mariska dan Arman itu mau pasang badan, kah? Atau mau membocorkan rahasia kepada bapak-bapak bergamis bahwa ada club malam berkedok “syukuran” meski ada harga yang harus mereka bayar atas kenekatan itu?
Trus darimana ide Bu Annie menciptakan sebuah “dongeng” tentang jagoan neon? Kisahnya tak terduga begitu, loh. Kirain Mina sakit parah itu kek penyakit awam kanker otak kek atau penyakit yang menyebabkan kematian lalu persahabatan mereka dipisahkan karena kematian. Eh, ngga taunya penyakitnya unik, ambiguous genitalia. Hayo lo… apaan itu cari sendiri dah, haha.
Lalu Fransi merasakan ngilu ketika mengangkat kakinya yang di-gips, saya bisa ikut merasakan yang sama belasan tahun lalu pasca kecelakaan tunggal dari motor yang menyebabkan kaki saya harus dijahit. Wiiiih, ngilunya masih terasa sampe sekarang, begitu juga dengan bekas lukanya tak mau hilang.
“Urusan Itu Belum Usai”, mengingatkan saya pada Tera, atasan saya di kantor yang lama. Tera juga namanya. Saya pikir, Tera itu sebuah nama yang unik dan cuma dia pemiliknya. Ternyata saya salah. Tapi Tentu saja Tera atasan saya tidak menjadi madu wanita lain. Dia atasan saya yang paling baik selama ini.
Sebagai seorang perempuan, jahatnya saya ikut “memampuskan” nasib Deddy. Kesel juga, kenapa harus Tera. Kenapa juga ngga adopsi anak aja, sih? Rasain kan, udah tua ngga ada yang jagain! Baru deh tau rasanya kehilangan setelah orangnya ngga ada. Salut sama sikap Lisa yang tetep kalem dan menghilang pelan-pelan. Diperlakukan seperti itu mungkin rasanya lebih sakit daripada ditikam belati. Mungkin…
Kesimpulan
Meski hampir semua endingnya berakhir tragis, tapi selalu ada pesan tersemat dalam setiap paragraf-paragrafnya. Bahwa perempuan sejatinya adalah mahluk dengan hati yang lemah dan lembut. Namun kondisi yang beragam membuat perempuan banyak yang terpaksa berdamai dengan keadaan.
Dipaksa kuat, dipaksa tegar dan dipaksa untuk menelan semua pil pahit kehidupan agar nyawa tetap bertahan di kandung badan.
Jadi jangan pernah “ngejudge” perempuan yang prinsipnya berseberangan, apalagi pada sesama perempuan. Karena kita ngga tau perihal apa yang melatarbelakangi dan tujuannya sehingga bisa sampai dititik itu.
Pokoknya, penggemar cerpen fiksi atau pembaca novel yang ngga mau repot-repot penasaran dengan satu judul novel yang setebal skripsi. Miliki saja satu buku “Sepuluh Perempuan Bercerita” ini untuk menjelajah banyak kisah tentang kerasnya kehidupan perempuan.
Terkadang yang dibutuhkan perempun agar tetap waras itu sederhana. Perempuan akan baik-baik saja bila bersama sahabat, keluarga ataupun dunianya sendiri. Mengutip kalimat dalam cerIita Jagoan Neon “Dunia dan masalahnya terkadang memang bisa didamaikan dengan tertawa”
Selamat membaca…

Keren memang Mbak Annie Nugaraha ini…paket komplit semua bisa. Kagum sama Beliau …makin matang makin banyak dan hebat karyanya
Buku ini salah satunya. Dari cover sampai bocorannya secakep ini
Apalagi Mbak Suci juga megisahkan dengan baik sekali
Ah, kalian berdua memang keren….
Terimakasih, Mbak… banyak belajar juga dari Bu Annie
Ga salah kalau ada yg bilang perempuan mahkluk terkuat di bumi ya. Dipaksa dalam kondisi apapun banyak yg tetap bertahan, bangkit dan menang
Sepuluh cerita ini sukses bikin saya penasaran
Bangga banget bisa memiliki bukunya membaca dan mengambil pelajaran dari semua cerita nya
Betul, Teh. Ceritanya kompleks dan tentu saja banyak meski fiksi tapi banyak yang bisa dipetik
setuju, kayanya lebih keren kalo sampulnya putih atau abu-abu ya?
eniwei semula saya pikir buku ini berkisah tentang 10 orang perempuan (non fiksi), tentang bagaimana mereka mengalami titik balik dan menjadi kuat
ternyata bukan.
Awalnya saya juga pikir begitu Ambu, ternyata semuanya dari dunia khayal, hehe
Cover bukunya beneran se-simple ituu.. tapi kisah di dalamnya MashaAllaa.. bikin pembaca berkelana di rimba kata kaya makna.
Khas banget sama tulisan ka Annie yaa..
Aku sampai googling mengenai Ambiguous Genitalia.
Dan bikin bergumam “Oh, ada juga kejadian langka seperti ini yaa..”
Pastinya gak mudah kalau ketemu Sepuluh Perempuan Bercerita. Karena jarang orang mendengar sebanyak berbicara, honestly.
Melalui buku Sepuluh Perempuan Bercerita, jadi belajar untuk banyak mendengar ((membaca)) and we listen, we don’t judge.
Karena kita ga pernah tau back story seseorang.
Betul, Teh… pinternya bu Annie ini bikin plot twist. Keren bangeeet
Covernya manis sekali, warna birunya membawa ketenangan sekaligus semangat buat mulai baca.
Terakhir kali baca buku tulisan Bu Annie yang judulnya Tetangga Kok Gitu, unsur komedinya masuk banget sama selera saya.
Sepertinya Sepuluh Perempuan Bercerita ini bisa masuk whislist bacaan juga nih
Bisa bangeet mbak, Ada juga kok sedikit komedinya meski banyakan tragisnya hehe
covernya simpel, tapi kisah 10 perempuan di dalamnya kompleks ya. Emang sih walau ada yang bilang perempuan adalah ras terkuat di bumi, adakalanya limbing juga, dan tetap butuh sesuatu/seseorang yang bisa menguatkannya
Sesuai kodratnya ya, mbak… butuh dilindungi juga
Sama, Mbak. Saya pun gak sanggup bikin cerpen. Apalagi bikin novel hehehe. Padahal namanya perempuan katanya punya stok kata banyak untuk bercerita. Jadi, pengen lebih tau banyak tentang buku ini. Kisah-kisah apa yang diceritakan di dalamnya.
Buruan dipesan, mbak… seru2 loh ceritanya
Menarik banget ya. Ceritanya menyajikan berbagai perspektif dan pengalaman hidup perempuan dengan begitu jujur dan mendalam. Setiap cerita menawarkan cerminan keberanian, ketahanan, dan kompleksitas batin yang akan membuat pembaca merasa terhubung dan terinspirasi.
Iya mbak, emosional juga kita membacanya
Duh duh baca “betapa kerasnya hidup perempuan”, langsung kepikiran iiihh emang, sejak dulu gak mudah jadi perempuan, tuntutannya banyak. Mulai dari pekerjaan kaalu pakai fisik dipandang sebelah mata, soal sekolah ditanya ngapain sekolah tinggi2, kapan nikah, kapan punya anak dll.
Banyak hal yang menarik yang bisa dikulik dari sosok perempuan. Apalagi ini ada 10 peremuan bercerita, bikin penasaran deh mereka ceritanya bagaimana, perjuangannya gimana, dll. Sukses buat bukunyaa.
Perempuan emang jadi sasaran empuk “kenyinyiran” ya mbak… huhuu
Kecintaan beliau pada dunia menulis sudah tidak diragukan lagi ya, membaca tulisan perjalanan di blog saja sudah membuat kita ikut merasakan, selalu ada ruhnya. Jadi penasaran dengan buku ini, apalagi kisah Deddy, kenapa dia sehingga membuat pembaca bisa ikut memampuskan 😁
Hahaa, Deddy kurang bersyukur sih dia, rasain dah hahah
Wow. Kita kebagian spillnya nih bahwa nyaris semua ending ceritanya tuh tragis. Baik, mari mempersiapkan diri sebelum membacanya, jaga-jaga diri ini shock sama cerita yang gak happy ending. Padahal mah cerita tuh ya gak selalu happy ending yaa? Hahahha
Kalau happy ending keknya terlalu lurus mbk, haha
Satu kata buat mbak Naniek. Kereeen! Aslinya relate sama kehidupan sehari-hari tapi POV yang diambil hmmmm ga nyangka banget wkwkw
Ralat, bukan Naniek tapi Annie, mbak… hehee
Baru baru ini saya juga membaca buku dengan desain cover yang sederhana seperti buku “Sepuluh Perempuan Bercerita” ini, mbak
Penasaran, kenapa ending yang dipilih di tiap ceritanya harus sad ending, ya hehee
Sekalipun ada pesan yang disampaikan, ya
Salut dan sungguh keren banget Mak Annie Nugraha, applause
Yes, pantas emang applause buat bu Annie..
Mendapati cover bukunya yang simple dengan tone biru, aku lekas terpikir, “hmm … apakah buku ini akan menghadirkan kisah-kisah dari para perempuan yang jiwanya penuh ara biru?”. Dalam artian, akan ada sedih dan luka-luka yang disembunyikan di sepanjang cerita. Benar saja, ada sepotong kisahnya yang Mba bagikan. Ngomong-ngomong, aku jadi penasaran. Apalagi kan gaya bertutur Mba Annie di blog saja sudah mampu memikat, aku suka. Di buku antologi bertema travel story-nya pun, gaya berkisahnya enak sekali dibaca. Mba bikin aku penasaran deh.
Buruan di CO bukunya mbak hihii
Perempuan juga sama seperti lelaki, yang semuanya sama2 ingin dimengerti. Sepertinya buku ini bagus ya, nanti insha Allah kalo pas ke gramed, coba saya lihat2.
MashaAllah baru sempat mampir ke sini lagi. Makasih atas ulasannya ya Ci. Nyatanya buku solo ke-2 ini jadi sejarah penting dalam langkah-langkah saya sebagai seorang penulis pemula. Lahir di tengah kesibukan (baca: sok sibuk) yang menggelayuti kegiatan saya sehari-hari. buku SEPULUH PEREMPUAN BERCERITA mudah-mudahan memberi banyak manfaat bagi yang memiliki dan membacanya.
Manfaatnya menghibur bangeet Bu, plot twist semua sihh endingnya. Kereen deh
Lho, aku juga tadinya kira ini buku antologi yang ditulis oleh 10 perempuan, ternyata semuanya hanyalah fiktif belaka ya. Keren banget, mbak Annie!
Btw soal istilah atau kata baru, santai saja kak. Semakin banyak baca buku, lama-lama akan semakin banyak tahu.
Siiip kak…