Jalan Sore di Puncak Merga Silima
Jalan sore di Puncak Merga Silima emang udah bagian dari rencana saya sejak mendadak main kesana beberapa waktu lalu. Jalan sore ini maksudnya jalan santai untuk olahraga, ya, guys. Bukan jalan-jalan santai sambil shopping gitu, bukan…
BTW, olahraga saya sejauh ini memang cuma jalan santai, treking dan sesekali naik gunung. Joging cuma sesekali saja. Saya belum minat ikut zumba, aerobik, dll.
Jadi kebiasaan saya kalo lagi berkunjung ke suatu tempat itu selalu nyari celah bagaimana supaya bisa jalan, baik pagi atau sorenya. Apalagi kalo medan dan lokasinya mendukung, beuuughh harus disempetin. Kalo belum ada kesempatan itu, biasanya lain waktu akan kembali lagi ke tempat yang sama untuk ngerasain vibesnya jalan santai disana.
Bagi saya jalan itu bukan sekedar olahraga. Tapi bisa sekalian cuci mata. Cuci mata dalam hal positif tentunya. Bisa tahu, bisa lihat sekaligus ngerasain hal yang baru di tempat yang baru pula.
Makanya saya kalo jalan pagi atau sore tempatnya bisa pindah-pindah.
Related Post: Cerita Random Jalan Pagi
Jalan Sore di Puncak Merga Silima
Kalau kalian baca tulisan saya sebelumnya atau lihat foto-foto tentang Puncak Merga Silima, pastinya udah tahu tempat camping / rekreasi keluarga ini dikelilingi padang rumput di tanah yang berbukit-bukit. Juga ngga jauh darisitu ada spot Medan Magnetnya.
Waaah apa ngga pingin camping disini kan? Trus, liat ada perbukitan dan beberapa hutan kecil, saya tergerak pingin blusukan. Cuma posisinya pada saat itu habis hujan dan salah kostum juga (namanya juga dadakan) jadi keinginan itu harus ditunda.
Related Post: Mendadak Main ke Puncak Merga Silima
Nah, karena campingnya belum kesampean, sementara jalan santainya aja dulu lah.
Beberapa waktu lalu berangkatlah sore-sore untuk jalan ke Puncak Merga Silima ini. Sudah pakai baju olahraga lengkap dengan sepatunya. Tapi, masih beberapa menit dari rumah, awan di Medan mendadak gelap aja. Begitupun kami tetep nekat melaju, dan ngga lama setelah itu hujan turun sederas-derasnya.
Entah kenapa ngga ada niat untuk putar balik ke rumah. Kek emang harus nyampe aja gitu kesana. Pilih jalur via Tanjung Anom. Dilalah sampe perbatasan Tanjung Anom dan Kutalimbaru langitnya cerah. Emang gitu ya, suka bercanda…
Sepanjang jalan menuju lokasi malah aspalnya kering, ngga ada tanda-tanda habis disiram hujan bahkan mendung pun tidak. Alhamdulillaah ya, keputusan yang tepat untuk lanjut perjalanan di tengah hujan badai tadi.
Karena berangkatnya juga udah kesorean ditambah jalan ngga bisa ngebut karena hujan, pada akhirnya sampe lokasi udah hampir magrib. Disana warga sudah rame. Malah ada yang udah bakar-bakar ayam, masang tenda dan anak-anak main bola.
Buru-buru cari lokasi gelar tikar untuk anak-anak, setelah itu saya ngga nunda-nunda lagi keburu gelap langsung saja melanjutkan rencana blusukan berkedok olahraga jalan santainya.
Banyak Spot Cantik dan Tersembunyi
Ngga pake pemanasan ngga pake streching, langsung aja mendaki bukit. Beruntungnya matahari sore itu cerah pula plus anginnya sepoi-sepoi. Dari bawah, bukit ini terlihat ngga tinggi-tinggi amat, tapi ternyata pendakiannya lumayan melelahkan. Sampai di salah satu puncak berhenti duduk di atas batu untuk istirahat.
Sayang, lagi-lagi sampah berserakan dimana-mana. Gemes lah, ngga tau dengan kelakuan pengunjung ini. Camping sekedar untuk fomo dan konten deh kayanya. Yasudah abaikan saja, jadi males bahasnya, udah capek.
Kita semua pasti sepakat seperti halnya juga mbak Manda Alienda yang punya Golongan Darah Langka ini juga menyukai hal yang indah-indah dipandang. Sesuatu yang indah itu berawal dari kebersihan. Gimana mau indah kalau kotor. Nah Merga Silima ini, kotor aja dia masih indah, kebayang kan kalo bersih? Aaaaah gemeeslah
Oke lanjut, niat mau mendaki ke puncak berikutnya, tapi hari udah semakin sore. Dari puncak, kelihatan banyak spot-spot seru di bawah sana. Hmm kayanya lebih seru kalo ke bawah aja lagi tapi ambil jalan memutar melalui beberapa jalan setapak di ladang-ladang orang.
Lalu masuk ke jalan kecil berbatu-batu yang sepertinya banyak bekas aliran sungai yang mengering. Area ini dikelilingi pepohonan pendek. Di tengah ada tanah kosong yang diapit oleh beberapa persimpangan kecil.
Area ini ngga ada tanda-tanda bekas kendaraan lewat, tapi seperti sengaja dibuka. Ngga tau deh, pokoknya ada kalo ngga salah 3 persimpangan gitu. Kalo aja belum menjelang magrib, terabas deh tuh sampe ke ujungnya. Penasaran ada apa disana.
Disalah satu titiknya, ketemu mata air kecil. Saya tebak area ini sepertinya bekas jalur sungai deh tapi akhirnya mengering. Sayang sekali, padahal seru juga kalau sungainya masih ada.
Perjalanan singkat-singkat saja karena emang waktunya juga sedikit. Saya balik lagi ke jalur awal, bingung juga tadinya antara masuk salah satu jalan setapak tapi ngga tau ujungnya dimana atau kembali ke jalur awal.
Ah, andaiii masih siang pasti pilih jalan setapak. Sumpah penasaran…
Tapi akhirnya sadar diri hari mulai gelap, saya kembali lewat jalur awal menuju ke bawah di area Medan Magnet melalui padang rumput Puncak Merga Silima. Dari atas sibungsu dadah-dadah dan sepertinya niat mau nyusul tapi buru-buru saya larang.
Dari bawah ternyata pemandangan padang rumput jauh lebih menakjubkan (tapi sayang dirusak sama penampakan sampah dimana-mana). Lampu-lampu sudah mulai nyala. Dari kejauhan sampe hampir ngga bisa bedain antara domba dan anak-anak, haha.
Saya melanjutkan perjalanan sampai ujung lahan menuju aspal. Lihat aplikasi penghitung jarak, berasa udah jauh melangkah kok ya masih diangka 1KM. Biasanya saya jalan paling pendek 6-7KM, deh. Tapi iya sih, berasa lama karena banyak berhenti dan emang waktunya juga singkat.
Yasudah, karena udah mulai gelap, diputuskan balik ke lapak via aspal yang medannya menanjak. FYI, jalan mendaki dengan medan aspal mulus itu jauh lebih melelahkan dibanding jalan berundak-undak. Jadi sampe di lapak, saya jauh lebih ngos-ngosan dibanding mendaki di bukit awal tadi.
Jajan dan Makan dengan View Bintang-Bintang
Kelar jalan, jajan adalah satu hal yang wajib. Kalo yang lain pada kemping dan masak makanan sendiri, kami terpaksa cari jajanan di area parkir. Ada pecal, bakso, bakso bakar, telur gulung dan tentu saja tersedia indomi di warung utama. Abang tukang baksonya juga baik, mangkuknya boleh dibawa ke lapak dengan perjanjian nanti kita yang balikin sendiri.
Makan rame-rame dengan pengunjung lain itu seriusan, seruu sekali. Sederhana tapi nikmat. Viewnya lampu-lampu kota Medan. Beruntungnya cuaca cerah sampe malam dan melahirkan bintang-bintang di langit.
Tapi emang nyamuknya ngga bisa kompromi, nih. Orang lagi serius mandangin bintang dia ngiung-ngiung di kuping. Demi kenyamanan bersama, tikar kami mundurkan mendekat ke api unggun yang udah dinyalain sama pengunjung sebelah yang lagi camping.
Di depan kami sepasang calon pengantin lagi prosesi foto prewed. Yasudah kita mandangin mereka aja sambil ngemil bakso bakar. Pukul 9 malam, kami akhiri dan pulang kembali ke Medan.
Kelihatan kaya kurang kerjaan yaa. Tapi sumpah, ini tuh nikmaaaat. Cara sederhana rekreasi bersama anak-anak di bulan tua, hahaa. Win-win solution, anak-anak ngga bosan meski ngga bisa main hp karena sinyal terbatas, orang tua pun tetep senang. Tapi dengan catatan cuaca mendukung. Kalo hujan, mungkin semua bete, sih, hahaa
Di akhir tulisan ini, pesan saya cuma satu. Dimanapun berada, jangan nyampah, yuk, bisa yuk…