Bilamana : Buku Kumpulan Puisi Satu Dekade (2013-2023)
Bilamana : Kumpulan Puisi Satu Dekade (2013-2023) – Masih bagian ucapan terimakasih, mata saya udah dibikin berkaca-kaca. Pagi hari, loh! Lagian bukannya masak atau beberes, saya malah seduh teh, ambil kue dan mulai membaca Bilamana. Dalam ego saya, ini kan hari libur, sesekali santai, lah. Alih-alih santai, belum apa-apa hati ini sudah diaduk-aduk hanya dengan ucapan terimakasih. Rapuh amat!
Review Buku Puisi Bilamana
Judul: Bilamana (Kumpulan Puisi Satu Dekade 2013-2023)
Penulis: Alia Amanda Anwar – El Monica – Bebby Hutapea
Penerbit: Obelia Publisher
Halaman: 115 Halaman
Terbitan: Agustus 2023
Hujan kali ini diam-diam aku berdoa dalam hati
Semoga uangku cukup untuk ibu menyambung nyawa
Semoga adik bisa jadi menteri seperti mimpinya
Semoga mereka tak pernah tau kalau aku bukan pramugari
Malam ini akan sangat panjang
Di luar hujan tapi aku kepanasan
Kurapikan baju yang berserakan di atas ranjang
Bersiap keluar menyapa kenyataan…
***Alia Amanda Anwar – Sekali lagi
Cerdas!
Satu kata yang pas untuk penempatan judul dan puisi pada halaman pertama dengan kutipan paragraf di atas. Judul sederhana tapi punya makna begitu dalam meski seluruh kalimatnya awam didengar. Salah satu judul yang menjadi puisi pavorit saya. Menuntaskan satu judul awal itu, membuat penasaran dengan isi halaman berikutnya. Entah apa jadinya kalau suguhan pertama saja sudah membosankan, mungkin buku ini sudah tercampak ke tumpukkan “dibaca nanti”
Dalam puisi Sekali lagi ini, menurut penafsiran saya, Al mencoba untuk mengutarakan apa yang terjadi dalam hidup seseorang serta keluarganya. Tentang harapan yang masih harus terus dibuktikan, tentang profesi yang harus ditutupi, tentang mewujudkan mimpi-mimpi yang tak mungkin, tentang sebuah jalan yang terjal, tentang hidup yang harus terus dilanjutkan.
Seperti sebuah gambaran hidup keluarga kebanyakan orang, terwakilkan dalam larik-larik puisi yang begitu dalam.
Jurnal yang berisi kumpulan puisi oleh tiga wanita hebat. Saya berani bilang hebat, sebab saya kenal baik dengan dua diantaranya. Kalau dua sudah teruji, sudah tentu yang lainnya tak kalah hebatnya. Ketiganya berusaha menuangkan segala isi hati dengan bermain kata-kata.
Jurnal yang akhirnya hadir dalam wujud sebuah buku kumpulan puisi ini adalah bentuk manifestasi ketiganya terhadap keinginan yang terpendam, cita-cita setinggi langit, asa yang tak pernah pupus, dendam yang belum tuntas, kecewa yang belum terobati, emosi, perang batin, kerinduan, kehilangan, dahaga, marah dan hanya menyisakan sedikit rasa bahagia yang tersirat selama satu dekade. Benarkah begitu?
Jika benar pun tak mengapa, sebab dari kumpulan rasa itu meski sebagian seperti tak berkesimpulan, namun apa yang dirasakan ketiganya tersampaikan dengan baik lewat emosi pada setiap baitnya. Mungkin bagi ketiganya, rasa bahagia cukup disimpan dalam hati atau dituangkan dalam bentuk yang lain.
Tak seperti kumpulan puisi karya Robert Burn untuk memahami setiap kata demi kata dalam jurnal Bilamana ini. Nggak perlu menelaah secara mendalam, ngga perlu mikir keras sampe njelimet karena setiap bait demi bait bercerita secara gamblang.
Related Post: Mentari itu Telah Tenggelam
Tiga Bagian Dalam Buku Puisi Bilamana
Aku Dimana? “Dalam pikiranku” Katanya (Alia Amanda Anwar)
Bagian pertama memuat 31 judul puisi dari suara hati seorang Alia Amanda Anwar. Al, sapaan dari ibu satu anak punya tutur dan bahasa yang jauh lebih santun dan lembut, namun tetap punya mata pisau yang tajam pada setiap ujung kata-katanya.
Diksinya menggambarkan sosok aslinya yang ternyata memang lemah lembut tapi tegas dan ngena saat berbicara. Begitupun masih tersisip humor-humor renyah dari dirinya. Setidaknya begitu kesimpulan saya saat pertemuan perdana malam itu dengan Al.
Sehelai Rambutku Tersangkut di Bibir Tipismu (El Monica)
Tiga puluh judul puisi hasil karya El Monica hadir pada bagian kedua. Dalam komunitas, perempuan yang hanya mau dipanggil Monic ini punya gaya bahasa yang ceplas ceplos dan apa adanya. Bahkan sebagian tutur katanya pada beberapa judul tertulis kasar dan sedikit terdengar kurang sopan terlebih saat memaki dan merutuki. Cumbu, nafsu, hasrat dan sejenisnya. Sudah terlihat dari Judulnya, bukan? Sehelai Rambutku Tersangkut di Bibir Tipismu.
Meskipun begitu, Monic bukan tak menyediakan slot untuk puisi yang ia tujukan pada sosok-sosok lain yang datang dan pergi baik itu yang meninggalkan kenangan manis apalagi pahit dalam kehidupannya.
Layaknya orang Batak, Mon ini sosok yang lucu, menghibur, menyenangkan, apa adanya dan to the point. Cocok emang jadi MC, karena pribadinya yang rame. Ngga nyangka, deh, dia bisa puitis juga. Ibu dari anak perempuan lucu bernama Keiko Alba ini sengaja menghadiahkan beberapa judul khusus untuk buah hati tercinta. Saya jadi ikut terinspirasi bikin puisi yang sama nanti untuk Caca dan Cahyo, deh.
“Namaku Kara dan Aku Adalah Pohon” (Bebby Hutapea)
Tak sepeti dua rekan lainnya, Bebby Hutapea atau akrab dipanggil “B” hanya menampilkan 17 judul puisi. Kalau bisa ditebak, Ibu rumah tangga satu anak yang ahli dalam bidang kopi dan pasta ini sepertinya memang sedikit introvert. Bisa jadi akan bercerita banyak kalau membahas soal kopi atau sesuatu di warung kopi. Tapi jangan keliru, dalam setiap puisinya, kalimat demi kalimat mengalir pada setiap lariknya. Panjang penuh maksud mendalam.
Kalau dua atau tiga judul digabung, sudah bisa bikin satu postingan blogpost. Tapi seperti itulah, setiap penyair punya ciri khasnya masing-masing. B, punya stok kosakata melimpah untuk setiap gubahan puisinya butuh banyak bait demi bait.
Related Post: Senja Antara Gambir dan Monas
Kesimpulan Buku Kumpulan Puisi Bilamana
Kesamaan ketiganya adalah para ibu dan pecinta seni. Dalam puluhan puisi-puisi itu, mereka selalu menggembira, penuh harap, penuh senyum tulus dan terselip doa-doa apabila bersyair tentang anak. Semua ibu akan merasakan hal yang sama. Anak, bagaimanapun wujud, tingkah dan polanya, mereka adalah penyemangat hidup diantara semua dinamika yang ada di dalamnya.
Dalam dunia literasi yang sudah maju ini, selain membaca Rekomendasi Drama Seri, buku puisi masih tetap menjadi sumber inspirasi bagi pembacanya. Sebuah puisi yang menggugah memang bisa membawa kita ke ruang-ruang perasaan yang selama ini mungkin belum pernah benar-benar kita pahami sebelumnya. Sebabnya, setiap puisi punya keindahannya masing-masing. Seperti halnya setiap puisi dalam buku Bilamana ini.
Buku kumpulan puisi ini mungkin tidak bisa menjadi pelipur lara, umpatan yang terwakilkan, bahagia sekaligus pereda sedikit rasa sedih atau sesak disebabkan beberapa peristiwa kehidupan yang dialami oleh setiap pembacanya. Serumit apapun beban, seceria apapun hidup, apapun fasenya akan penuh makna dalam sebuah puisi.
Tak heran, sebulan dari masa edarnya, buku Bilamana ini menjadi posisi pertama terlaris mengalahkan empat buku lainnya. Sebagus itu. Proud of you, Al, El dan B….
Jadi, berpikirlah seribu kali untuk meninggalkan kenangan pahit dalam hidup seorang penulis ataupun penyair ataupun Film Maker Indonesia, bisa-bisa kau akan abadi dalam karya-karyanya :).
Puisinya inspiratif banget untuk para ibu sebagai motivasi. Memiliki anak merupakan anugerah terindah yang dimiliki seluruh wanita di dunia ya mbak. Karena melengkapi kodrat mereka sebagai seorang ibu.
Kalau berkarya dari dalam hati apalagi pengalaman pribadi emang jadinya dalam maknanya ya mbak…
Dulu senang sekali sama puisi, semenjak kerja udah lama tak baca puisi, mau bikin puisi sekarang seperti keran mampet, rasa mendayu-dayu nya seakan-akan hilang. Kayaknya buku ini bisa jadi referensi pemicu agar bisa nulis puisi lagi ini 😁👍🏻
Kalau berkarya dari dalam hati apalagi pengalaman pribadi emang jadinya dalam maknanya mbak…
Masya Allah keren banget dalam sebulan masa edarnya udah nangkring di posisi satu. Selamat ya, tetaplah menjadi inspirasi 😍
Iya…keren banget. Engga semua orang paham puisi, termasuk aku. Kalau baca puisi harus baca bolak-balik untuk memahami makna puisi yang ditulis.
Semangat berkolaborasi yah…Semoga makin banyak puisi-puisi yang ditulis.
(Hani)
Aamiin, terimakasih banyak, Bu…
Alhamdulillah, terimakasih mbak. Karya 3 sahabat saya 🙂
Wow karya kolaborasi kayak gini biasanya sih bakal penuh ragam nuansa, vibes, ide dan inspirasi. Semangat untuk para penulis dan teruslah berkarya, kalianlah pejuang literasi Indonesia.
Aaamiin, selain menerbitkan buku, smoga minat membaca juga smakin membaik ya, kak
Kolaborasi dari wanita hebat dalam rangkaian bait-bait puisi lewat tulisan ini aja mampu membuat penasaran pembaca untuk ikutan membalik lembaran buku kumpulan puisi Bilama. Keren semua, yg nulis puisi dan yg mereview bukunya.
Masyaallah, terimakasih mbak. Smoga lahir penyair2 baru agar dunia literasi semakin ramai
Wahh mantab nian.
kolaborasi ciamik
menghasilkan karya yg asyikk
Kereennnn kereernnnn
Masyaallaah, terimakasih mbak…
Saya sampai sekarang tidak bisa bikin puisi bagus, Mbak. yang asal bisa, tapi kan puisi itu harus bermakna. Dengan pemilihan kata-kata yang tepat juga.
Makanya buku kumpulan puisi ini sangat bagus dijadikan rekomendasi. Pastinya puisinya keren dan penuh makna.
iya, berbagai macam perasaan tumpah disini. Bacanya ya emosi, ya sedih ya senang juga
sukaaa….beli ah
Saya suka puisi-puisi cerdas seperti ini
Biasanya saya baca kata per kata dan mengulang-ulangnya
Karena setiap kata didapat dari perenungan lama
Masyaallaah, terimakasih Ambu…
PUISI. Salah satu dunia dan produk sastra yang tak pernah bisa saya kuasai. Entah kenapa juga saya “mati langkah” setiap mencoba meramu diksi agar menjadi rangkaian puisi yang sarat dengan irama dan birama kata yang apik. Jadi jika membaca cantik-cantiknya puisi yang dilahirkan orang lain, saya langsung berdecak kagum. Apalagi ini menyajikan konsep satu dekade. MashaAllah.
Betul, Bu. Ngga semua pandai puitis yaa.
Saya juga gitu, stuck lama kalo coba bikin puisi.
Makanya apresiasi setingginya untuk para penyair
Kalau udah seorang ibu yang membuat puisi lalu anak-anaknya yang menjadi inspirasinya, bakalan menohok dan penuh haru buat kita yang baca ya kak.
keren kak Suci bahasannya.
Pantesan aja puisi daku “Di mana Hidanganku?” yang ada di blog, komennya kak Suci yang tepat dan mengena, hehe
Hehee, padahal saya sukanya menerka-nerka aja tuh mbak
Keren banget ini Kak 🙂
Dan bener banget bahwa puisi juga bisa jadi salah satu sarana menyentuh perasaan-perasaan kita yang selama ini kita belum bisa pahami..
Apresiasi yang tinggi untuk para penyair ,,,,
Suka banget!
Penulisnya cerdas banget mengekspresikan berbagai jenis emosi dalam kalimat dan kata yang tajam.
Semua orang tentu pernah merasakan sakit, sedih, kecewa, bahagia. Dan ketika ditumpahkan dalam sebuah karya “Kumpulan Puisi Bilamana” jadinya sangat indah.
Suka banget.
My style!
Betul,Teh. Berkarya kalau dari hati dan pengalaman pribadi hasilnya ngenaa, yaaa