Kenapa harus takut kehilangan senja kalau fajar juga sama indahnya
Itu katamu….
Perlu kau rasakan sejenak berdiam menghadap langit jingga
Agar kau tau betapa menyenangkannya senja
““““““““““
Kenapa harus takut ketinggalan fajar kalau senja bisa lebih bersahaja
Katamu kala itu
Sesekali kau rasakan, bias sinarnya menerabas angin dingin yang menusuk ulu hatimu
Agar kau tau betapa hangatnya ia
““““““““““`
Kenapa harus takut kehilangan mentari kala hujan lebih mengerti
Katamu lain waktu….
Matahari itu bagai dewa saat kakimu terjebak dalam genangan
Agar kau tau rasanya bebas dari belenggu angan-angan
““““““““““““
Kenapa harus takut kehilangan hujan kala mentari lebih ceria
Ujarmu menggebu….
Pasrahlah saat tubuhmu dihantam ribuan rintik dengan aroma debu
Agar kau paham betapa leganya menumpahkan air mata tanpa seorang pun iba
““““““““““““`
Kenapa tergesa-gesa mengejar kereta kalau kapal sudah di dermaga
Lagi-lagi kau mencerca…
Duduklah disana, resapi setiap deru mesinnya, pandang sekelilingnya
Smoga kau rasakan, betapa dalam setiap persinggahan ada sekeping kenangan
“““““““““““““““`
Kenapa harus lelah berurai air mata kalau senyum mampu hilangkan lara
Tak henti kau berkata….
Coba saja kau tahan tangis dan kumpulkan sesak itu dalam dada
Betapa kau bersyukur, karena air mata bukanlah sebuah dosa apalagi lambangnya lemah
““““““““““““““““
Kenapa harus dia kalau di ujung sana ada sosok yang tak pernah lelah memahami
Belum berhenti kau cari tau…
Cukup kau jaga apa yang telah ada agar tak kaurasakan
Betapa mengerikannya kehilangan yang dicinta
““““““““““““““““
Kenapa harus lelah mencari kabut di puncak gunung kalau pasir pantai lebih berkilau
Sungguh kau selalu saja berujar….
Angkat ranselmu, pakai sepatumu, mari berpetualang bersama
Agar kau tau, pada tiap tanjakannya kau temukan sabana, kau temukan ilalang, kau temukan bunga abadi
““““““““““““““““
Lalu kenapa kau pilih tepi pantai saat kau bilang puncak itu lebih memikat?
Bolehkan kubungkam mulutmu sekali saja?
Dalam pasir pantai bisa kulukis sebuah nama tanpa ada yang bilang itu merusak alam
Sebab nama itu tak pernah kekal disana, Ia akan hilang disapu ombak
““““““““““““““““
Ketahuilah wahai hati….
Sekuat apapun kau simpan dalam laci sanubari
Sedalam apapun kau kubur di jiwa
Pada akhirnya semua lari kepada sang pemenang
““““““““““““““““
Ini bukanlah perkara mana yang lebih indah
Bukan juga perkara mana yang lebih mudah
tapi dengan siapa kau duduk disana
Dengan siapa kau melaluinya
Meski sang mentari itu akhirnya tenggelam
Dan kembali terbit untuk jiwa-jiwa yang lain
Maka…
waktulah yang akan menyimpan semuanya, dan waktu jualah yang akan menghapusnya
Related Post: Senja Antara Gambir dan Monas
Aku tak kan pernah membenci matahari, ataupun hujan.
aku takkan bisa memilih antara senja dan fajar
Karena aku hanya bisa menjalani apa yang bisa aku jalani
Tapi… hanya denganmu, sayangku…
Eaaa…. hihiii
memang tergantung dengan siapa ya, Dok
Sebenarnya bukan waktu yang menjawab, tetapi diri ketika sudah menerima cahaya mentari saat fajar maupun senja… Menerima gemericik hujan yang turun, dan menerima komentar ini buat dipublikasikan, eh 😁
Hahaaa, klo udah langganan ngga perlu moderasi, Mbk
Mentari pasti akan tenggelam walau nanti akan muncul kembali. Mentari membawa mimpi dan harapan dari sebuah perjalanan. Dan jika mentari esok muncul artinya kita sudah lebaran. haha
Wkwkwk, masih bingung mbak besok apa lusa. Rendang apa kabar mbk?
Dalam banget nih
Menjurus ke serba baper jadinya akutuh
Ingat masa lalu, ingat masa depan
Bersamamu pastinya…
Mari Mbk, baper-baper berjamaah…Hehee
Mari, Mbak… Baper-baper berjamaah, hehee
karena mentari tak pernah ingkar janji
Dia akan selalu datang menjemput duka
Menggantinya dengan keceriaan
Agar hidupmu penuh semburat cahaya
Sweet, Ambu….
Setuju banget nih menikmati senja itu dengan siapa kita menikmatinya .. suka sama diksinya
Hihii, makasi kak….
Banyak orang tak suka senja, padahal senja mengajarkan bahwa akhir juga bisa indah.
Betul, Mbak…
Senja dan fajar sama indahnya
Menikmati apapun itu, entah senja atau fajar, hujan atau terang, pantai atau gunung, dan atau apapun itu, tak penting! yang terpenting adalah bersama siapa, karena bersama orang yang tepat, ke manapun dan di manapun akan menjadi begitu berkesan dan istimewa.
Betul, kak
Tergantung dengan siapa, yaa…
Bagiku mentari, hujan sama pentingnya dalam hidup ini Suci. Sang Pencipta sudah tahu kebutuhan manusia. Kapan waktunya mentari tenggelam, bersinar, fajar datang, hujan hadir.Tetapi terkadang kita manusia suka protes ya pada sang Pencipta. Kok gak hujan karena panas terus
Hihii iya kak, kek di Medan ni sekarang. Sebulan penuh panas cetar gerah, eh dua hari ini ujan mulu, ujug2 adem…
Tentang sebuah luka dan kenangan yang tak tertuntaskan. Masih ada ruang untuk beranjak tapi nyatanya banyak hal yang membuat harapan itu tak terwujudkan. Ikhlas dan sabar adalah kuncinya. Tapi jika takdir sudah berkata lain, maka sebaik-baiknya sikap adalah menerima ketentuan Nya.
Pusinya bagus sekali loh Suci. Banyak kata dan kalimat yang memiliki makna sangat dalam.
Makasi bu Annie.. belajar-belajar bikin puisi hehee
Apapun keadaanya kalau kita bisa menikmati, tentu tak ada masalah
Apalagi kalau didampingi oleh orang terkasih
Yup, dengan siapa menikmatinya ya, mbak
kenapa harus takut kehilangan hujan? karena sejuknya menghadirkan bayangmu di mataku, kenanganmu di otakku, senyummu diingatanku
Wiiiih hujan memang penuh kenangan yaaa, mbak hihihi
Kak Suci..
Mohon maaf, puisinya pas banget sama yang aku alami karena pemberitaan idol Moon Bin ASTRO yang kemarin malam mengguncang hati seluruh Kpopers.
aku tau ini komen bakalan gak relate, tapi aku merasa bahwa manusia terkadang butuh sunyi. Dan semoga sunyi yang dimaksud adalah duduk diam sendiri. Bukan meninggalkan selama-lamanya orang yang kita sayangi dan cintai dengan cara yang mungkin bisa dibilang tidak tepat.
Terima kasih kak Suci.
bikin baperr bgt kakaa
semogaa kita semua bahagia ya
Aamiin, mba hehee
Kirain penderitaan apaan, teh… ternyata Idol MOON wkwkwkkww
Sendu banget. Terasa sekali kalau puisi di atas itu tentang dua orang yang sedang berbicara. Mengena. Betapa pesan dari seseorang yang suka sekali berujar dalam puisi ini (terasa sekali seperti seorang laki-laki) memberi pesan tentang kehidupan biar si tokoh yang satunya tetap kuat bertahan walau kelak nggak bersama lagi di dunia.
Mataku jadi berkaca-kaca.
Hiks…. beneran berkaca-kaca mbak? 😀
Bagus banget mbak karyanya ini.
Buat saya pribadi menjadi pengingat agar tak terpaku pada satu hal, segera move on karena banyak hal/keindahan di luar sana yang bisa dinikmati
Betul, mbak… harus segera move on
Jadi inget zaman SMA suka bikin puisi seperti ini. Tetap semangat ya mbak. Puisinya bagus banget.
Hihii, makasi mbk
menikmati senja dan mentari, hanya bersama mu dan dua cangkir kopi 😀
Harus ada kopi biar lengkap ya, kak
suka dengan puisinya, Mba
ini seperti pengingat agar kita jangan terlalu meratapi sesuatu karena kalau kita mau membuka masih banyak kebahagiaan yang menanti di luar sana
Iya mbk… Semua hal ada sisi baiknya yaa