Seumpama embun, aku hanyalah titik-titik yang terlupakan. Yang hanya kau ingat jika kau rindu. Yang hanya kau dapat ketika pagi menjelang, dan aku tau pasti kau tak pernah mengharapkan pagi.
Seumpama fajar, aku hanyalah sinar yang hanya ada jika hari itu sedang cerah. Sementara kau bersembunyi dalam hangatnya selimut malam. Dan tak ingin pagi datang.
Seumpama senja, aku hanyalah bulir-bulir cahaya yang lambat laun akan menghilang tergantikan bulan. Sementara kau masih terlarut dalam untaian awan-awan yang menerbangkanmu ke negeri antah berantah.
Seumpama pelangi, aku hanyalah warna yang samar, itupun menggantikan hujan. Sementara kau masih menikmati secangkir kopimu dan mencermati titik-titik air dalam kolam tamanmu. Tak ingin ia berhenti.
Seumpama malam, aku hanyalah gelap pekat tak berdaya. Yang hanya bisa kau tatap jika bulan sedang bercahaya dan bintang tertawa-tawa
Seumpama rindu, aku hanya sepatah kata penenang jiwa. Yang berlaku hanya sepertiga detik, setelah itu melayang diterpa angin, ditelan awan, disapu hujan, bahkan menatap pun tak sempat
Seumpama mawar, aku hanyalah duri yang terabaikan. Melindungimu dalam diam, menguatkanmu dalam lemahnya jiwa sendiri. Menyembunyikan air mata saat senyum terukir perih
Seumpama burung, aku hanyalah sayap-sayap patah. Yang hanya kau nikmati nyanyianku lewat telingamu tanpa pandangmu. Tak mampu mengejarmu, karna sayapku patah
Seumpama lagu, aku hanya irama yang kau senandungkan. Tanpa pernah ingin kau cari tau di balik syair ada pesan rindu
Seumpama sungai, aku hanyalah riak yang menakutkan. Tak sanggup kuungkapkan betapa jernihnya hati sehingga kau mampu menembus asa sampai ke ujung dasar sana, tapi tak pernah kau sadari. Maka lihatlah…
Seumpama lukisan, aku hanyalah warna warni alam. Yang hanya kau senangi, tanpa pernah kau cermati. Ada senyum, ada kedamaian, ada harapan yang tak terucapkan dalam tiap goresan
Seumpama layang-layang, aku hanya indah jika ku terbang. Dan kau biarkan benang putus kau tinggalkan dan sang layang-layang terbang tak tentu arah. Perdulikah kau?
Aku hanyalah lampu kota yang menerangi jalanmu di saat malam datang, karna matahari lebih berkuasa. Tapi, pernah kau katakan bahwa malam tak akan indah tanpa lampu kota. Bahkan bintang pun tak mampu menggantikannya. Bulan hanya sesekali cantiknya. Tapi si lampu kota, menambah malah kian syahdu, kian semarak, kian indah. Seandainya hari esok, esok dan esok kebahagiaan tetap abadi …
Ah… seumpama aku…
Medan, September 2016
Jangan terlalu merendah klo sedang jatuh cinta. Tapi seumpama memang sepertu itu, sebaiknya melepas dan nyari yabg lain aja he he he…….