Serba Serbi

Ketika Bosan dengan Makanan Kekinian

*Tulisan agak lama saya ulang lagi yang sempet terbit tapi tanpa text..:)

Bukan cuma rutinitas sehari-hari yang bikin kita jenuh. Namun soal makan juga bisa bikin bosan. Kalau lagi berpergian atau lagi di luar rumah atau jam makan siang kantor, terkadang bikin kita bingung mau makan apa dan dimana. Ayam penyet mulu bosen kan yaa. Atau fast food, makan dikafe atau dirumah makan padang sih udah biasa atau malah bakso ga cocok ya dikonsumsi untuk makan siang. Pingin makan dirumah eh kejauhan juga harus bolak balik.

Nah saya punya referensi nih salah satu rumah makan di Medan yang menyajikan menu masakan rumahan kampung. Tidak seperti rumah makan pada umumnya. Jadi mereka ini menyediakan menu lauk pauk beragam yang bikin kita merasa makan di rumah sendiri. Dan satu lagi yang bikin serunya makan disini adalah properti yang digunakan benar-benar khas perkampungan. Piring, cangkir, tatakan, teko, maupun kobokan seluruhnya berbahan seng ada juga wadah yang terbuat dari tempurung kelapa dan kayu. Mejanya ditaplakin dengan tikar coklat muda berbahan rotan kemudian dilapisi plastik dan kursi juga semua terbahan kayu yang semakin menambah kesan jadul.

Contoh menu yang disajikan hari itu seperti sayur daun ubi tumbuk, tumis bunga pepaya, lalapan daun ubi direbus dengan sambalnya sementara lauknya yang saya ingat adalah pepes kembung, gulai lele, dendeng daging, sambal teri kacang, aneka sambal ikan dan ikan goreng, tumis ikan dengan campuran rempah-rempah saya sempat tanyakan namanya tapi kemudian lupa, haiiiiss dan masih banyak yg lainnya. Saya sendiri memilih menu sambal hati dan kentang.

ketika menikmatinya benar-benar seperti makan di rumah sendiri. saya bolak balik menuangkan air putih ke dalam cangkir, disamping karena pedas kemudian cangkirnya juga kecil, saya sangat suka dengan tekonya. Ala-ala jaman kapan gitu ya kalau megang teko macam gitu. Jaman saya kecil sebenernya sudah familiar dengan alat-alat berbahan dasar seng di rumah saya. Namun seiring perkembangan jaman kemudian properti seperti itupun lenyap. ntah dibuang, atau memang sudah rusak tapi yang paling saya ingat masih ada satu piring yang dipakai bapak saya untuk tempat jagung makanan ayam, hahaha.

Dan si pemilik warung ini sepertinya memang menyukai sesuatu yang antik dan unik. Terbukti dengan banyaknya properti bertemakan jaman bahuela. Seperti yang sempet saya jepret terlihat sebuah setrikaan besi yang penggunaannya masih pakai arang sebagai pemanas diapit dua buah rantang seng. kemudian ada pajangan angklung dan di dinding ditempelin lukisan bermacam-macam tema jaman dahulu yang semakin membuktikan si pemilik rumah makan ini suka dengan keindahan.

Ngomong-ngomong soal setrikaan besi, kami juga masi punya juga looh, masih disimpen dan saya masih sempat merasakan sensasinya menggunakan alat itu untuk nyetrika karena waktu itu belum punya setrikaan listrik. Hiiks. Sensasinya luaaar biasa, berat dan repot yaa sebelum digunakan ya harus bakar arang dulu, kita juga harus mengayun-ayunkan setrikaan itu demi kembali menyalakan baranya. Tapi, pakai setrikaan ini malah licin loh. Hmmm… ada yang pernah ngerasain? Hehehe

Kalau kebiasaan rumah makan atau kafe menyalakan musik dangdut, pop atau lagu-lagu kekinian yang berisik sebagai hiburan pengunjung, maka di warung ini kita akan diperdengarkan dengan musik Barat klasik yang saya sendiri belum pernah dengar. Tidak ada AC, melainkan kipas angin berukuran sedang yang tergantung di dinding masing-masing meja sehingga hembusannya terasa sepoi – sepoi jadi semakin adem. Kita ga semakin dibikin pusing makan siang dengan cuaca Medan yang akhir-akhir ini panas bila disuguhkan musik yang hingar bingar.

Pelanggannya juga kelihatannya dari berbagai kalangan termasuklah kalangan menengah ke atas. Terlihat dari penampilan dan kendaraan yang mereka gunakan juga pembahasan yang mereka obrolin ga kalah penting. Rekomendasi bagi siapapun orang Medan atau pendatang yang pingin makan siang dengan menu ala rumahan kampung.

Tidak sulit menemukan warung ini (walaupun sempet kelewat beberapa kali siih, haha) karena memang warungnya tidak begitu besar. Sangat sederhana. Tidak berupa ruko mewah melainkan bangunan dari kayu.  Letaknya di Jalan Flamboyan Raya arah pajak Melati *orang Medan semua pasti familiar sama pajak Melati nih ;), tepat di seberang SPBU.

Selamat mencoba.. 🙂

8 tanggapan untuk “Ketika Bosan dengan Makanan Kekinian

Tinggalkan Balasan