Sedari pagi saya merasakan nyeri dibagian dada atas sebelah kiri. Lama-kelamaan nyerinya semakin menjadi-jadi seperti ditusuk-tusuk. Tak cuma itu, nafas saya jadi sesak. Wajah pucat dan keringat mengucur deras.
Kawan disebelah saya jadi panik, dan buru-buru manggil sopir untuk nganterin saya ke RS terdekat yang kebetulan satu-satunya RSU Pusat di Sumut. Berjarak hanya sekitar 3 KM dari kantor. Mereka sih curiganya saya kena serangan jantung.
Ngga perlu waktu lama, mobil sudah langsung berhenti tepat di depan pintu IGD. Sopir yang kebetulan punya banyak kenalan di sana, memudahkan proses “cek in”. Beberapa perawat laki-laki berjalan tergesa-gesa menuju mobil dengan membawa satu kursi roda kemudian membantu saya duduk dan mendorongnya masuk ke IGD. Suasana agak sedikit dramatis, padahal saya sebenernya ngga terlalu sakit yang gimana-gimana gitu dan masi bisa jalan juga.
Setelah berbaring, pertolongan pertama adalah pemasangan oksigen yang ditusukkan ke dalam lubang hidung. Yang ada saya malah makin sesak nafas dan geli. Tapi ya mungkin memang harus begitu.
Seorang perawat datang membawa peralatan untuk cek tensi, suhu tubuh dan cek darah. Suntik sana sini sampe selesai.
Ngga lama, perawat yang lebih senior datang untuk tes EKG. EKG atau Elektrokardiogram adalah tes sederhana untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung. Ini yang paling ditakutkan. Banyak alat yang harus ditempel dan dijepitkan dibeberapa bagian tubuh seperti bagian dada, jari tangan, dan jari kaki. Tentu saja sebelumnya kancing baju harus ditanggalkan terlebih dahulu. Tadinya saya agak jiper ngeliat alat dan segala kabel-kabel yang menyeramkan itu. Tapi ternyata ngga menyakitkan. Kupikir bakalan dialiri listrik dan setrum-setrum gitu, hahaa
Setelah EKG, saya diharuskan ke bagian lain untuk foto paru.
Sembari menunggu hasil, saya baringan di bangsal IGD dengan beberapa pasien lainnya. Ngeliat saya berseragam kantor, kok ya adaa aja nasabah yang kenal. Untung saja ada gorden yang bisa nutupin area kasur saya. Daripada makin lemes njawabin pertanyaan mereka dan ngeliatin pasien keluar masuk dengan berbagai macam penyakit. Ada yang jadi korban laka lantas dimana darah dan luka masih menganga. Maklum saja RS ini letaknya ngga jauh dari jalan besar.
Selama menunggu, selang oksigen saya lepas karna smakin ngga nyaman. Sopir datang lagi ke RS bawa segala tas dan perlengkapan saya dari kantor karna memang saya ngga mungkin balik ke kantor lagi. Mau ngabarin keluarga juga belum tau hasilnya, apakah harus rawat inap atau ngga.
Sorenya seorang dokter laki-laki muda dateng meriksa dan ngobrol-ngobrol banyak. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan kesehatan yang lumayan lama dan mendebarkan itu, akhirnya keluarlah diagnosanya. Hasilnya?
Jantung = Sehat
Paru-paru = Bersih
Darah = Oke
Lalu sakit apa, dong?
Ternyata asam lambung sodara-sodara… :). Abis magrib diperbolehkan pulang meninggalkan IGD dengan tenang hati. Sebab tadinya yang bikin bingung adalah kalo dirawat inap siapa yang jagain? Haha
Besoknya saya kerja seperti biasa dalam keadaan sehat walafiat 😀
Duuh, udah buat geger sekantor dan serumah sakit padahal.
Kalo inget ini saya suka senyum-senyum sendiri 🙂
Kejadian ini 3 tahun yang lalu, haha
Pelajarannya adalah, meskipun asam lambung sering dianggap penyakit yang sepele, tapi efeknya ngga sesepele itu, loh. Seperti pesan dokter laki-laki muda yang meriksa saya waktu itu. Jangan suka begadang, jangan stres-stres, jangan males makan…
Intinya pola hidup dan pola makan dijaga bener-bener. Oke, dok. Noted!
Oiya, 2 bulan setelah kejadian itu, saya positif didiagnosa TB Paru.
hampir sama dgn yg saya alami 2 taun lalu, nyeri dada, masuk IGD setengah hari, sama dokter umum perkiraan angina pectoris, saya dirujuk ke muara bungo yg alatnya lebih lengkap.. waktu ekg dan usg jantung sama dokter jantung paru2 dan jantung oke, kemungkinan masalah lambung dan tiroid
Waaah persis sama, hehe.
Iya…
Lekas sehat ya, Kak.
Makasi kak… 😊
🤗🤗🤗🤗