Setiap manusia punya porsi yang berbeda dalam menata hatinya agar bisa ikhlas. Ikhlas, ilmu tertinggi yang tak semua manusia mampu menaklukkannya dengan cepat.
Aku sungguh mengapresiasi siapapun yang mampu mengikhlaskan sesuatu dengan sangat cepat. Termasuk kalian… Bersyukurlah
Aku hanya butuh waktu untuk itu. Sayangnya hal yang harus kuikhlaskan saat ini melebihi badai masa lalu yang dengan lebih cepat mampu kutaklukkan dengan keihklasan.
Ternyata dua kasus yang berbeda nenempati ruang sakit di hati yang berbeda pula. Bagiku yang ini jauh lebih kejam dan tajam daripada pedang…
Aku tak sendiri. Tapi sungguh ini bukan suatu pembenaran, bukan pula ajang cari kawan. Ternyata tajam lidah itu sakitnya melebihi perbuatan apapun. Menurut survey ini berlaku bagi sebagian besar korban bahwa hal yang paling sulit dilupakan adalah “ucapan”. Tak percaya? Makanya coba dulu rasakan… 😊
Aku sudah pernah merasakan sakit yang dirasakannya tapi belum tentu dia pernah merasakan sakit yang kurasakan.
Bukan tak mau, hanya butuh waktu. Tak ada yang tau betapa besar usaha seseorang untuk melupakan dan mengikhlaskan sesuatu perbuatan atau perkataan. Mereka mungkin bisa manis di depan tapi masi menyimpan dendam dan sumpah di hatinya. Aku tak mau begitu…
Cukup beri aku waktu untuk melupakan dan berdamai. Aku pasti bisa, aku yakin bisa.
Beri aku waktu…
Jauh dari pikiran apalagi niatan untuk membalas. Aku menyerah untuk berseteru dengannya, aku yakin aku akan kalah dalam segala hal. Kekuatan dukungan, kekuatan fisik apalagi kekuatan lisan. Lebih baik aku menyerah sebelum bertanding (berseteru) 😊
Selain mengadu pada Allah, terkadang manusia butuh manusia lain untuk bercerita. Yang bisa menjawab, menanggapi secara nyata. Kalau bercerita pada orang yang salah, hanya ketimpangan dan ketidakadilan yang didapat. Pasti akan berat sebelah, itu pasti.
Bila tak ada manusia yang mau mendengar, maka menulislah jadi pilihan lain.
Bila tak mau mendengar cerita dan tulisanpun masih menjadi kehawatiran?
Berarti selain ilmu ikhlas yang tinggi, ilmu egois juga tak kalah tingginya…
Bila ikhlas sudah bisa ditaklukkan, belum tentu dengan egois. Begitu juga sebaliknya.
Tanyakan pada diri, memang benar ingin menasehati atau hanya karna tulisan yang menganggu kenyamanan pribadi?
Jangan ajari aku untuk bersabar karna bila itu tak kulakukan, sedari dulu pasti sudah hancur berantakan.
Karna dengan sabarlah aku mampu melewati gerimis bahkan badai sekalipun.
Jadi, mari sama-sama kita belajar 😊
just IMHO…
#selfreminder
👍
Mantap banget
nice post