Lapai-Lapai Deleng Singkut
Lapai-Lapai Deleng Singkut satu-satunya warung di sepanjang jalan Deleng Singkut dengan dinding kaca bening memenuhi fasadnya.Sekilas mirip kafe-kafe di drama korea. Sementara bagian belakang dibiarkan terbuka dengan dinding hanya setengah tinggi bangunan. mau disebut kafe tapi terlalu sederhana. mau disebut warung tapi lebih mirip kafe.
Letaknya lebih tinggi dari area Fun Land Miki Holiday yang memang sudah tinggi. Dengan hawa sejuk dataran tinggi Tanah Karo, duduk di sini seperti sama halnya duduk di area terbuka. Dinginnya sampe ke tulang belulang.
Santai ngeteh, ngopi atau makan mie dengan bonus tontonan wahana Jurassic Tree dari Fun Land Miki Holiday dan pemandangan daratan Tanah Karo. Teriakan dari peserta yang terombang ambing setinggi lebih dari 32 meter itu sampai ke Lapai-lapai. Sekedar menonton saja bikin kaki saya pucat. Mungkin kalau saya termasuk di atas sana, belum apa-apa udah pingsan duluan.
Related Post: Mikie Holiday Funland, Uji Adrenalin sampe Mabok

Lapai-Lapai
Persinggahan ke Lapai-lapai ini bukanlah secara sengaja. Hujan yang turun sesuka hati dan tanpa bisa ditebak membuat kami yang sedang dalam perjalanan harus cepat mengambil keputusan. Singgah atau terus tarik gas. Tapi saking sudah terbiasanya dengan irama hujan yang tak menentu itu malah bikin kami hapal ritmenya.
Maka tanpa komando, saat hujan gerimis semakin rapat, stang motorpun berbelok spontan ke arah parkiran sebuah warung yang kelihatannya masih kategori pendatang baru. Sebelumnya saat kami ke sini, area ini masih berupa tanah kosong dengan beberapa bangku kayu di atasnya.
Lapai-lapai yang awalnya tebakan saya adalah bahasa Karo, ternyata bukan. Selain mencari di halaman google, saya juga bertanya ke teman karo yang ditanggapi sama, mereka juga ngga tau apa itu lapai lapai. Yang ada Lape-lape yang artinya kupu-kupu. Namun kalau dari penjelasan google, ada beberapa versi yang menjelaskannya.
Google bilang, selain merujuk nama sebuah tempat kelurahan bernama Lapai di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, versi lain menyatakan itu berasal dari bahasa Melayu dan Minangkabau yang berarti diam-diam atau melakukan sesuatu tanpa disadari. Berbeda lagi kalau kita cari kata lapai lapai menggunakan tanda hubung “-” dijawab tidak secara jelas berasal dari satu bahasa tertentu. Tapi umumnya digunakan untuk merujuk pada kondisi yang lembab, basah, atau lengket karena terlalu banyak air, seringkali dalam konteks nasi yang terlalu lembek. Yang terakhir Lapai-lapai katanya berasal dari bahasa Banjar yaitu “Lapah” yang artinya lelah atau capek.
Hmmm, rada bingung ya. Kalau ditinjau dari lokasinya kan ada di Tanah Karo, kemungkinan besar pemiliknya juga suku Karo memberi nama lape-lape = kupu-kupu. Asumsi saya mungkin pemiliknya mau bikin warung ini cantik dipandang seperti kupu-kupu. Tapi kalau saya cocokologi mungkin lebih nyambung ke versi terakhir, ya. Butuh tempat yang nyaman untuk istirahat karena telah lapai (lelah/capek). Tentu ini hanya karangan bebas saya aja, sih. Tapi kalo mau bantu jawab atau nyari ya boleh-boleh saja tuliskan di kolom komentar, ya, hehe.
Sayangnya, waktu kesana, saya buru-buru masuk ke warung tanpa memerhatikan secara detail penampilan fasadnya. Pun yang ambil foto fasad itu temen saya. Saya tersadar justru saat sudah sampe Medan. Andaikan saat masih di sana saya sudah menyadari ada sebuah kata unik itu, pasti saya buru pemiliknya atau pegawainya untuk menuntaskan rasa penasaran. Lapai lapai apaan, dah?
Yasudah, nanti kalau ada kesempatan kesana pasti saya tanyain deh (kalo ngga lupa).

Oke, next!
Kalau hujan deras disertai angin kencang, ngga direkomendasikan untuk duduk di tepian warung karena sudah pasti tampias. Tapi kalau cuaca cerah, waah spot ini jadi tempat pavorit dan bakalan full.
Dudukan dan meja dari kayu tebal yang diplitur mengkilat membuat warung ini sedikit naik kelas. Jadi terlihat elegan dan mewah dibanding warung lainnya yang hanya menggunakan kursi bakso dan meja kayu dilapis taplak plastik bercorak pada umumnya.
Warung tanpa musik ini ternyata justru membuat suasana jauh lebih cozy. Apalagi viewnya lukisan alam yang luar biasa. Mendengarkan deru angin yang menghasilkan irama dari gesekan dedaunan menjadi latar belakang irama obrolan para pengunjung.
Soal menu memang ngga lengkap seperti warung pada umumnya. Layaknya warung penatapan yang hanya menyediakan olahan mi instan, gorengan dan minuman penghangat. Tapi biasanya memang makan berat bukan tujuan orang-orang singgah di warung-warung yang ada di penatapan. Soal makan berat itu urusan warung nasi padang atau resto, yes!
Pada umumnya, warung penatapan lebih menjual tempat alih-alih makanan. Lebih nyaman tempatnya, lebih cakep viewnya atau lebih oke musiknya biasanya itu yang jadi pilihan singgah dan bersantai.
Duluuu banget saya keinget pernah ngobrol sama pemilik salah satu warung. Mereka bilang ngga boleh jual makanan lain selain yang sudah disepakati. Biasanya mie, jagung bakar/rebus, gorengan dan minuman. Jadi menu dan harganya semua harus seragam kecuali tempat boleh diimprove sesuai selera masing-masing. Cukup fair, sih.
Tempat Bersantai di Deleng Singkut dengan Vibes Drakor
Meskipun sederhana, tapi Lapai-lapai Deleng Singkut vibesnya nyaman sekali. Interiornya lebih cantik karena ngga dibiarkan berdinding polos. Seluruhnya dihias pernak-pernik lucu yang kebanyakan berupa ukiran-ukiran berbahan kayu bermotif tradisional. Sebagian lagi hiasan Uis, kain khas suku karo. Satu kursi gantung diletakkan pada sudut paling depan berseberangan dengan dapur. Yang paling saya suka adalah beberapa gentiang angin dari kayu tergantung di langit-langit, yang kalau bergoyang tertiup angin, suaranya menghasilkan melodi yang menenangkan. Aah ngga perlu musik deh kalo begini.
Oiya soal gentian angin, saya pertama kali jatuh cinta sama benda ini karena duluuuu banget pernah nonton drakor tapi lupa judulnya. Jadi ceritanya dia itu punya rumah di pedesaan yang kalau di lagi stress di kota dia pasti ke desa dan selaluu duduk dekat gentian angin untuk nenangin diri. Tenangnya sampe ke penonton. Saya sampe bacain blog review drakor, dracin, dan dorama kali aja nemu judul filmnya. Pingin deh nonton ulang jadinya. Mungkin kalo empunya blok Mbak Rani Noona tau boleh komen ya, hehe.
Related Post: Sehken By Kalang Ulu, Santap Santai With a View


Konsep dapur terbuka yang posisinya ada di bagian depan semakin menambah “trust’ tamu untuk warung ini. Setidaknya kita jadi semakin lega dan merasa aman untuk mengkonsumsi hidangan yang sudah kita pesan tanpa rasa was-was, kan? Rasanya ngga ada yang istimewa. Ya seperti mi instan rebus pada umumnya. Tapi bukankah semua olahan mi instan itu enak, bukan? Apalagi dimakan dicuaca yang dingin, tambah teh hangat, kerupuk dan gorengan, beuuughhhh. Hayoo ngaku siapa yang di rumah suka ngumpet-ngumpet kalo makan mi?! Hahaa
Pelayanannya? Dari seluruh warung yang pernah saya singgahi di sepanjang jalan ini, masih Lapai-lapai yang menyuguhkan pelayanan nyaris profesional. Sejauh berjam-jam saya duduk, ngga ada teriakan dan saling perintah antar sesama petugas. Senyum keramahan selalu terukir dari bibir kakak-kakak pelayan meski semuanya sibuk dengan urusan orderan tamu. Semoga selalu begitu yaa, bukan karena misi menarik pelanggan di awal-awal saja 🙂
Next kalo main ke Berastagi dan lewat Deleng Singkut jadi ngga bingung lagi mau nyantai dimana, langsung aja ke Lapai-lapai, cari posisi di dekat dinding dengan view Mikie Holiday dan backgrundnya Daratan Tanah Karo. Tapi jangan harap kalau malem kamu nonton wahana, sebab pukul 5 sore semua permainan berakhir. Tapi deretan lampu-lampu kota pasti jauh lebih menawan.




