Jendela Bamboe Leuser, Hutan Bambu Ala Jepang di Langkat
Jendela Bamboe Leuser, Hutan Bambu Ala Jepang di Langkat – Terletak di Distrik Sagano di sepanjang tepi barat Kyoto, Jepang. Pada sebuah taman Arashiyama terdapat hutan bambu bernama Hutan Arashiyama atau dikenal sebagai Hutan Bambu Sagano Kyoto. Hanya sekumpulan pohon bambu, tapi pemerintah kota Kyoto berhasil menjadikannya sebagai ikon kota dan diakui sebagai daya tarik kota Kyoto hingga pesonanya mendunia.
Sebelum ke Jepang beneran, kalian bisa mengunjungi replikanya di kota kembang, tepatnya di Great Asia Afrika Bandung. Sesuai namanya, di area yang luas banget ini kalian bisa merasakan vibes dari beberapa negara terkenal di Asia dan Afrika. Salah satunya Jepang.
Fushimi Inari Taisha, Minka, Bunga Sakura, Shrines atau Jinja, Hutan bambu dll bisa kalian temui di sini meski semuanya dalam bentu replika. Jangan salah, satu foto yang pernah saya post sempat mengecoh beberapa teman saya di media sosial dan memicu beberapa komentar. Kapan ke Jepang? Mana oleh-olehnya? Tuman, kan minta oleh-oleh?
Untung masih ada sisa pisang bollen. Ya salah siapa, saya mau berangkat dia ngga bilang hati-hati, giliran saya pulang, alih-alih nanya kondisi saya atau kondisi dompet saya, malah nodong oleh-oleh. Yaudah, sih, sodorin link tulisan saya tentang Great Asia Afrika aja.
Related Post: Keliling 2 Benua Modal 50K di Great Asia Afrika
Jendela Bamboe Leuser
Kalau belum bisa ke Bandung, kita masih bisa melihat dan merasakan vibes hutan bambu di Pamah Simelir, Langkat. Hanya dua jam dari Medan.
Sepertinya saat ini Kabupaten Langkat sedang bersinar dari segi pariwisata. Diantara berita pungli-pungli di destinasi Jabar, Kabupaten Karo dan Tapanuli Selatan yang sering dipertontonkan di media sosial tapi tak kunjung ada solusi, Langkat justru adem dengan berbagai berita positifnya.
Tangkahan dan Bukit Lawang adalah dua destinasi andalan di Kabupaten Langkat. Setelah itu puluhan destinasi wisata bermunculan layaknya jamur di musim penghujan. Pamah Simelir salah satu desa di Langkat yang saat ini sedang banyak dikunjungi. Saya belum mendengar berita tandingan soal pungli dari Kabupaten Langkat. Sebuah prestasi yang patut dipertahankan.
Related Post : 8 Tempat Wisata Hits di Pamah Simelir, Langkat
Kembali ke destinasi Hutam Bambu Leuser
Pemerintah Kabupaten Langkat memberi dukungan terhadap pengembangan wisata alam berbasis lingkungan hidup. Salah satunya dengan meresmikan Wisata Alam Terpadu Jendela Bambu Leuser (WAT-JBL) yang berada pada kawasan penyangga Taman Nasional Lauser.
Wisata Alam Terpadu Jendela Bambu Leuser ini terletak di Desa Pamah Simelir, Telagah, Kec. Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Hutan Bambu yang Tersembunyi
Kawasan hutan bambu ini sama sekali tidak terlihat dari jalan utama kalau kita tipe pengunjung yang kurang hobi eksplor atau males lihat-lihat sekeliling.
Penginapan Heaven 9 dan Hutan Bamboe Leuser ini berada di satu kawasan yang sama. Diantara keduanya, sebenarnya hutan bambu sudah lebih dulu ada menyusul Heaven 9 yang setahun kemudian dibangun persis di depannya. Jadi kalau kalian sedang main di Heaven 9 harus banget disempetin juga masuk hutan bambu.
Disana, pandangan kita pasti tertuju pada sebuah miniatur perahu besar di atas bukit, nah, JBL ini terletak tepat di belakangnya. HTM-nya hanya 10ribu/orang.
Sederhananya, kalau kita mau ke Simelir Cottage, kita sudah pasti melewati Heaven 9 dan Hutan Bambu ini.
Damai Tapi Terbengkalai
Menuju ke Hutan Bamboe Leueser ini sedikit melelahkan, sebab treknya mendaki pada sebuah jalan beton selebar satu meter dengan kontur landai. Sebagian beton hancur tergerus air dan menyisakan bebatuan kecil-kecil. Kami yang sudah berjalan kaki dari Rumah Ladang Simelir harus ngos-ngosan setelah menempuh jalur yang cenderung mendaki. Bukan dalam rangka menghemat, tapi agenda jalan pagi yang selalu kami rutinkan kapan dan dimanapun berada.
Mendaki di jalanan aspal, kebayang lutut rasanya kaya apa?
Related Post: Rumah Ladang Simelir, Ambience yang Tenang
Gapura sederhana dibentuk sedemikian rupa, meski masih sangat jauh kalau mau menyerupai sebuah Torii. Warna merahnya menyala diterpa sinar matahari pagi, kontras diantara gelap rimbunan buluh di belakangnya.
Wisata seperti ini cocoknya masuk kategori minat khusus. Sebab rasanya ngga semua orang berminat masuk ke hutan bambu yang terkesan ngga ada apa-apanya. Harus ada jiwa-jiwa petualang, ngga ngeluh dan ngga baperan.
Setelah membayar retribusi yang tanpa loket dan tiket itu, kami mulai masuk kawasan hutan yang rindang. Melewati rumpun-rumpun yang tersusun rapi. Lantainya penuh sesak oleh daun-daun kering nyaris menutupi seluruh lapisan tanah lembab. Daun kering itu kalau dipijak menimbulkan suara mirip gigitan kerupuk.
Angin menggoyangkan daun-daunnya. Batangnya yang masih muda akan melengkung, satu sama lain bertemu dan membentuk kanopi-kanopi alami membuat sepanjang perjalanan menjadi teduh.
Sebagian bahkan nyaris gelap gulita tertutup daun-daun yang begitu rapat. Sinar matahari merengsek melalui celah-celah batang, kemudian membentuk pendar. Apabila tertangkap kamera, gradasi warnanya cantik sekali.
Beberapa dudukan dari kayu teronggok sepi, sebagian badannya ditutupi runtuhan daun-daun bambu. Jembatan kecil, pacak-pacak penanda jalan, spot-spot foto di sudut lainnya bernasib sama. Pada masanya, sepertinya hutan bambu ini pernah berjaya. Sayang, wisata seperti ini kurang diminati oleh sebagian kalangan.
Kalah pamor dengan spot-spot yang entah kenapa harus banget banyak nebang pohon demi sebuah figura foto berbagai macam bentuk dan karakter. Padahal, semakin alami semakin indah, semakin lestari alamnya, semakin sejahtera pula masyarakatnya.
Minim Sumber Informasi
Wisata Alam Terpadu Jendela Bambu Leuser (WAT-JBL) diresmikan oleh Pemda setempat pada 25 Juni 2023. Tujuannya untuk menyejahterakan masyarakat, kawasan edukasi dan konservasi alam.
Dari sekilas info yang saya dengar, di Jendela Bamboe Leuser seluas dua hektar ini bisa kita temui satwa seperti Siamang dan beberapa jenis burung serta flora unik lainnya. Atraksi berupa kunjungan ke air terjun dan camping ground sempat meramaikan wisata ini.
Sayang, saat saya kesana, tidak ada yang bisa saya temui untuk sekedar berbincang menggali informasi. Seorang lelaki gondrong yang tadi sempat melakukan pengutipan uang masuk sudah tak lagi terlihat wujudnya saat kami menyudahi kunjungan disana.
Yang tampak hanya seorang laki-laki kecil, anak dari abang gondrong tadi sedang asyik bermain di pekarangan. Pagi itu cuaca memang sangat baik sekali. Berlimpah sinar matahari, menghangatkan tubuh diantara hembusan angin gunung yang cenderung sejuk.
Harapannya, semoga Hutan Bamboe Leuser ini tetap asri dan lestari. Meskipun tak ramai tapi setidaknya jangan dirusak hanya untuk kepentingan dan kesenangan sesaat. Sudah banyak buktinya, spot-spot wisata yang mengorbankan banyak pohon akhirnya terbengkalai jua.
Menunggu berapa puluh tahun untuk menghutankannya kembali seperti sedia kala. Padahal kalau alam itu utuh adanya, manusia juga yang merasakan manfaatnya. Alam itu rusak, manusia juga yang merasakan dampaknya. Kalau bisa menduplikasi Hutan Bambu Sagano, kenapa tidak? Sudah tentu jadi potensi yang menjanjikan bagi Kabupaten Langkat.
Warga kota rela menempuh jarak dan waktu demi mencari pedesaan. Artinya, damai dan tenang itu akan selalu dirindukan suasananya dan itu sebagian besar ditemukan di perkampungan yang asri dan alami. Kalau itupun hilang, surga terdekat mana lagi yang akan kita datangi??
Keknya bukan cuma lutut aja kak yang sesuatu pas nanjak, tetapi juga betis dan bagian pergelangan kaki hihi.
Terbilang adem ya di sana.
Semoga bisa dirawat dengan baik, karena bisa tuh jadi pemasukan destinasi wisata
Dan napas juga sesuatu ya mbak, hahaa
Bambu memang serba guna ya apalagi ditangan sang kreatif bisa dibentuk sesuai dengan yang diinginkan.
Betul mbak, bisa tempat neduh (manusia dan mahluk astral) katanya tapi hehee
Di rumahku dulu tahun 90 memang depannya banyak pohon bambu. Saat saya kecil dan musim hujan di tengah malam, sekilas memang pernah denger suara mbak Kunti.
Hiiiiiiii tuh kaaaan…. klo udah malam pasti auranya beda lagi kan
Hutan bambu memang terkesan monoton dan membosankan bagi yang suka ngeluh. Hehehe…. Padahal menyimpan keunikan dan keindahan tersendiri. Apalagi kalo jago motret. Mata kamera kan sering berbeda dengan mata manusia.
bener deh mbak, di tangan orang yang jago motret, parit kelihatan kaya pantai hehee
Sayang banget jika tidak diseriuskan ya Ci. Padahal visual dan kondisi fisik alamnya terlihat begitu menjanjikan jika ditata dengan lebih baik. Gak bakalan kalah dengan wisata alam sejenis yang ada di Kyoto, Jepang. Semoga pemda setempat membangun manajemen profesional untuk mengatur, menata, dan menjadikan hutan bambu ini menjadi destinasi wisata indah dan populer di tanah Sumatera Utara.
BTW, dah lama banget pengen Asia Afrika di Lembang, Bandung. Pernah berusaha ke sana tapi jalanan macet di Lembang jadi perkara. Padahal terlihat apik banget ya Ci. Apalagi terus bisa berfoto mengenakan baju tradisional Jepang. Aaahh pasti seru banget itu.
Iya Bu, wisata unik sebenernya karena sejauh ini hutan bambu yang kedengeran keberadaanya dan gampang aksesnya cuma disini. Harusnya kesempatan baik untuk bisa dimanfaaatkan.
Next harus ke Asia Afrika, Bu… cuma latihan jalan dulu ya bu biar ngga lemes lututnya keliling 3 benua hihihi
huuu kerennn…hutan bambo disulap jadi tempat wisata
di Sumedang sini banyak hutan bambo, dan menjadi pemasok banyak kota
kalo sedang beruntung, saya ngelihat penjual bambo berjalan ke Bandung sambil menggeret bambu
Bambu emang serbaguna ya, Ambu. Dari akar sampe daun kepake…
Wah ternyata ada hutan bambu juga ya kak disana. Di Balikpapan ini juga ada wisata bambu, enak sih suasananya jadi tenang dan damai gitu kalau main di hutan bambu gini kan
Iya kak, teduh sebab matahari ngga nembus. Sejuk juga …
Wah, hutan bambu rindang sekali
Adem klo jalan jalan sore disini ya
Di surabaya juga ada tapi taman bambu sih
Bukan hutan
Hehe
Taman bambu klo banyak pohonnya jadi hutan juga mbak, hehee
Jadi inget setting anime-anime gituu..
Jadi pingin ke Hutan Bambu Leuser langkat sambil cosplay jadi karakter-karakter anime, hihihi.. gapapa dibilang wibu jugaak..
Hihi~
Bangga banget sama Langkat.
Huhuhu.. kapan aku bisa balik ke tanah kelahiranku lagiih??
Waaaah harus balik laah “anak kampung sini” hehee
jenguk kampung yang udah ngetop loh, Teh…
Terlanjur TOP.
Sayang komplek rumahku kabarnya jadi hutan euuii…ga terawat.
Iya Teh? Daerah mana kalo bole tau?
Komplek Pertamina, ka Suci.
Di daerah Puraka, Tangkahan Lahan.
Oooh i see… ayok laah teh pulkam sekali2
Seneng akuuu…didoain ka Suci. Haturnuhun..semoga ijabaaah…aamiin aamiin.
Aaamiin……
Wow cakep banget hutan bambunya, mba. Kalo di Tegal dibikin kayak festival kuliner gitu. Tiap akhir pekan ada pasar tradisional di hutan bambu. Jadi makin rame wisatanya
Waaah menarik ya mbak, disini mungkin karena jauh dari pemukiman. Tapi kalau dibikin begitu ya bisa aja sih yaa, terjadwal gitu
Bagus ih teh hutan bambu Jendela bamboe leuseur ini. ada di the great asia afrika bandung ternyata lokasinya ya. jadi pengen ke sana deh sebelum merasakan sensasi hutan bambu di kyoto
Lokasinya di Langkat mbak….
Yang great asia afrika itu replika lainnya di Bandung
bagus banget… keren lho ini tempatnya bener-bener bisa foto-foto ciamik dan semoga semakin terawat lagi ya fasilitasnya
Aaamin harapannya semakin terawat dan diberdayakan
Semoga wisata Jendela Bamboe Leuser semakin naik namanya, sehingga menjadi salah satu destinasi wisata paling banyak dikunjungi di Langkat. Tapi, pliss jangan sampai di rusak ya netijen. Di jaga kebersihannya.. Btw, nice idea bangetttt ngasih sodoran link tulisan buat yg tetiba malak oleh-oleh ahahha
Hahaaha oleh2nya biar berasa ikut jalan2 aja kan mbak
Bagus banget mbak, hutan bambu Leuser ini. Masih alami ya, jadi walau tanpa spot foto buatan pun, sangat bagus jadi obyek foto.
Semoga ke depan pengelolaannya lebih bagus lagi, jadi walau untuk sampai ke sana, perjalanannya cukup menantang, tetap banyak masyarakat yang rela berlelah-lelah di jalan untuk bisa menikmati keindahannya
Mungkin pada belum ngerasain ternyata di dalem hutan bambu itu enak mbak, adem dan tenang..
Indah banget ya, serius!
Aku lagi di fase mager buat eksplore tapi maunya dapet experience yang lebih tiap ke suatu tempat baru, gimana dong. Hehehe
Aslinya seneng juga berpetualang gini, cuma karena ke mana-mana sekarang pasti bawa toddler keknya ini nggak cocok buatku.
Padahal toddler lagi lucu2nya kalau dibawa petualang mbak, asal dibawa segala keperluannya. Banyak kok tempat yang aman untuk anak