Induk Gajah Vol 2, Lebih Seru Tawa dan Tangisnya
Induk Gajah ini menurut saya, serial Indonesia paling top yang pernah saya tonton selama ini dan rasanya paling realistis. Setelah sukses di volume 1, Serial Induk Gajah ternyata makin seru di volume yang kedua, loh. Ngakaknya banyak, nangisnya juga banyak.
Lagi-lagi faktor apa yang bikin saya nonton serial ini selain karena bertema suku Batak adalah karena para pemainnya dan tentu saja sang sutradara. Fix, dari sini kalau ada film atau serial yang disutradarai dan ditulis sama dia ini, saya harus nonton. Siapa lagi kalau bukan Muhadkly Acho.
Mulai dari Induk Gajah vol 1, terus film Agak Laen dan kemudian lanjut Induk Gajah 2 semuanya sukses. Kurasa meski dia bukan orang Batak, tapi cukup lihai bikin cerita yang berhubungan dengan suku Batak. Dia ini lebih Batak dari orang Batak, deh, kayaknya.
Surprisenya lagi, volume 2 ini ada karakter baru yang diperankan Githa Bebita. Waduh kenapa ngga sekalian aja ikut anggota agak laen, ya, biar lengkap, haha…
Related Post: Review Film Agak Laen
Induk Gajah Vol 2
Cast: Marshanda, Dimas Anggara, Tika Panggabean, Tamara Geraldine, Paulus Simangunsong, Gita Bebita, Mikha Tambayong dkk.
Sutradara : Muhadkly Acho
Penulis : Muhadkly Acho
Produksi : MD Entertainment
Episode : 8 Episode
Genre : Komedi; Roman; Religi
![](https://trisuci.com/wp-content/uploads/2024/11/image-11.png)
Sinopsis Induk Gajah Vol 2
Volume ke-2 ini, fokus pada kisah rumah tangga Ira (Marshanda) dan Marsel (Dimas Anggara) dan konflik antara keduanya dan orang tua perihal mereka belum punya anak setelah dua tahun menikah. Ditambah mereka tinggal satu rumah dengan orang tua Marsel yaitu Mamak Duma (Tamara Geraldine) dan Bapak Simon (Paulus Simangunsong). Alih-alih berusaha hamil, ternyata keduanya memang sengaja menunda kehamilan.
Seneng banget kalo udah adegan Mamak Duma ini merepet. Pas sekali dengan ciri khas mamak-mamak Batak kalo udah ngomel.
Tentu saja ini misi rahasia, sebab kalau orang tua mereka tau, bisa hancur dunia. Di sisi lain, Mamak Uli (Tika Panggabean) tak berhenti mengatur strategi agar Ira cepat hamil. Sementara Ira hari-harinya dihantui dengan tekanan ibu mertua juga tekanan pekerjaan di kantornya.
Gara-gara ini, tak jarang Ira dan Marsel ikut-ikutan dingin dan berujung berantem di rumah. Puncaknya, Ira balik ke rumah Mamak Uli dan rahasia mereka akhirnya terbongkar. Lalu gimana nasib mereka ya?
![](https://trisuci.com/wp-content/uploads/2024/11/image-9.png)
Delapan Episode yang Seru
Mengangkat kisah tentang keluarga Batak yang tinggal di kota besar tapi masih menormalisasi keharusan untuk punya anak pertama laki-laki sebagai penerus marga. Meski mengangkat salah satu suku di Sumatera Utara, tapi jangan salah, dari mulai soundtrack dan judul per episode-nya pakai bahasa Inggris, loh…
- Episod 1, Cinderella of Batak
Episod ini awal dari segala konflik. Ira yang kerjanya lembur mulu, harus pulang malem terus dan itu memicu kemarahan mertuanya (Mamak Duma). “Gimana mau punya anak, orang pulangnya malam terus”, gitu kira-kira omelannya.
- Episod 2, No Matter What!
Tekanan dari mertua bikin Ira kesel dan bertekad untuk pisah rumah dari mertua. Rencana yang awalnya ditentang ini akhirnya disetujui karena Marsel memberikan alasan yang bisa diterima Mamak Duma tapi sekaligus bikin Ira kaget.
- Episod 3, Let’s Just Say It’s Karma
Pisah rumah dengan mertua bukan berarti kehidupan Ira dan Marsel tenang dari orang tua yang meridukan cucu. Rumahnya kerap dikunjungi orang tua dan tak berhenti bertanya perihal kehamilan.
- Episod 4, Don’t Delay Any Longer
Kedatangan bos baru di kantor Ira mengharuskannya kembali sering lembur, dan ini bikin kebersamaannya dengan Marsel semakin berkurang. Kabar baiknya, Ia mendapatkan promosi yang mengharuskannya pindah ke Surabaya. Di saat yang sama, Ira didiagnosis gangguan ovulasi yang bikin Ira sering terlambat mens.
- Episod 5, Big Decisions
Hal-hal tak terduga itu membuat Ira semakin stres. Di rumah Ira lebih memilih istirahat dibandingkan ngobrol dengan suaminya dan akhirnya membuat keputusan yang spontan.
- Episod 6, That Was Missed and Unsaid
Sama halnya Ira, Marsel yang ikutan frustasi secara tak sengaja ketemu dengan mantannya Anita (Mikha Tambayong) di sebuah Bar. Sialnya, moment ini dipergoki Ira yang kebetulan sengaja pulang kerja lebih awal untuk ngobrol sama Marsel.
- Episod 7, Solve One at a Time
Ira marah dan memutuskan kembali ke rumah Mamak Uli. Disana akhirnya Mamak Uli memahami kenapa Ira selama ini berbohong tentang menunda kehamilan.
- Episod 8, Mandok Hata
Weeei jangan cari judul eposod 8 ini di kamus Inggris, ngga bakalan ketemu. Alih-alih Bahasa Indonesia, Ini adalah satu-satunya judul yang pake bahasa Batak. Mandok Hata secara harfiah artinya mengungkapkan kata / mengatakan sesuatu.
Mandok Hata adalah tradisi orang Batak yang dilakukan dimalam tahun baru (Malam 31 Desember). Nah disini kesempatan setiap anggota keluarga untuk mengungkapkan segala hal yang selama setahun dipendam lalu meminta maaf. Begitulah yang dilakukan Ira dan Marsel di hadapan keluarga mereka.
Nah apakah drama ini berujung indah atau sebaliknya? Masih tayang di Prime Video, ya, guys…
![](https://trisuci.com/wp-content/uploads/2024/11/image-7.png)
Banyak Belajar dari Induk Gajah
Btw, yang bertanya-tanya kenapa judulnya Induk Gajah, ada saya tulis di review volume satu.
Related Post: Reveiw Induk Gajah Vol 1
Dari sedikit deskripsi yang saya tuliskan disetiap epsiod itu, nampaknya ini drama yang serius dan monoton ya. Padahal ngga sama sekali, loh. Acho, bukan saja menghadirkan tontonan menarik dan menghibur, tapi juga menyentuh, sarat makna dan pelajaran. Baik itu untuk yang bergelar anak maupun orang tua. Pokoknya ngga nyangka saya bisa nangis sekaligus ketawa maraton pas nonton volume 2.
Di volume 2 ini, Acho nampaknya sengaja mengedepankan sisi budaya Batak. Bagaimana orang Batak begitu menganggap penting keturunan pertama laki-laki. Nah disini Acho sekaligus juga ingin membuka mata para orang tua untuk lebih mau memahami dampak psikis dari tradisi yang “kaku” ini pada anak-anak mereka.
Secara tidak langsung, kita para orang tua yang nonton terutama Mom Blogger dan ibu-ibu lainnya jadi paham bagaimana sudut pandang orang tua dan anak. Bagaimana sebuah tradisi agar tidak membebani, tapi justru menjadi warna dalam kehidupan.
Seperti kata sang sutradara
“Setidaknya, cerita ini dalam 10-20 tahun mendatang, orang tua Indonesia bisa open-minded dalam parenting dan juga dalam keluarga.”
Menariknya, bukan hanya pemeran utama saja yang mendapat porsi cerita. Bahkan sekelas OB dan Pelayan kafe-pun mendapatkan jatah yang lumayan dalam scene. Meski begitu, ngga ngurangin dramatisnya kisah Ira dan keluarga. Pokoknya Ira dan keluarga ini, mereka pemeran inti, mereka juga pelawaknya.
![](https://trisuci.com/wp-content/uploads/2024/11/image-8.png)
Induk Gajah, bukan hanya sekedar tontonan Mengusir kebosanan atau hiburan semata, tapi juga mampu membuat penonton jadi emosional karena kemistri yang kuat dari setiap pemeran. Karakter yang galak dan menyebalkan, tertawa ngakak sama adegan konyol dan obrolan lucu juga banyak belajar dari setiap ucapan, tindakan dan keputusan yang mereka mainkan dalam peran.
Itu semua bisa bikin penonton (terutama orang Batak) be like “nah, itu tuh… harusnya begitu, harusnya ngga boleh begitu, atau kekgitulah rasanya jadi Ira, jadi Marsel atau jadi orang tua” dan ungkapan-ungkapan pembelaan atau pembenaran lainnya.
Ditonton bareng orang tua makin seru tuh…
![](https://trisuci.com/wp-content/uploads/2024/11/image-10.png)