jalan dan wisata · Review

Sehken By Kalang Ulu, Santap Santai With a View

Sehken By Kalang Ulu, Santap Santai With a View

Sehken By Kalang Ulu, sebuah kafe yang berada di Jalan Mimpin Tua No.98, Desa Sempajaya Peceren, Berastagi. Kalo dari Medan, belokannya ke kanan persis sebelum Restoran Wajik Bahagia. Atau kalau pernah dengar Vihara Dharma Shanti, nah, searah lah lokasi kedua tempat ini.

Sehken ini emang lagi viral-viralnya di dunia pertiktok-an dan perIG-an khususnya anak Medan. Kalau datengnya hanya bisa weekend, siap-siap kecewa karena foto-fotonya pasti bocor. Sebab ramenya Masyaallah…

Kafe yang dikelola oleh sebuah hotel bernama Kalang Ulu ini didominasi dengan sentuhan bahan alami seperti bebatuan, kayu dan ukiran-ukiran kayu sehingga mirip bangunan Jepang. Diletakkan pada sebuah rooftop, membuat kafe ini cocok untuk tempat bersantap dan bersantai dengan view alam nan hijau hampir 180 derajat.

Menuju kafe ini, aksesnya melalui ruang resepsionis. Karena letaknya di atas lantai 4, kita bisa menggunakan lift kaca (pilih tombol R) atau manual menggunakan tangga dengan lantai kayu tanpa undakan.

Sudut-sudut Estetik

Menuju kafe, saya memilih memakai lift. Karena liftnya keseluruhan berdinding kaca, saya bisa leluasa memandang ke arah luar, pada bangunan hotel berikut pekarangannya yang banyak tanaman dan pohon peneduh. Malah taman di area parkir sudah mirip aviary. Tinggal nambahin burung-burungnya aja.

Hampir seluruh bangunan hotel ini berbahan kayu dan batuan alam berwarna coklat tua. Berpadu dengan taman yang penuh pohon teduh, bikin hotel ini terlihat gelap tapi adem dan nyaman. Berbeda dengan hotel pada umumnya yang memiliki taman bunga atau taman bermain yang luas. Udah lah gitu udara di Berastagi kan emang sejuk pisaaaan, ini jadi daya tarik sendiri bagi Hotel Kalang Ulu.

Saya datangnya sore, jadi lampu-lampu kafe sudah pada nyala termasuk di pintu masuk pada sebuah selasar pendek menuju area dining. Disini banyak dijadikan spot foto karena emang dekorasinya estetik. Berlantaikan bebatuan dengan semen berukuran besar yang sengaja dipecah-pecah memberi kesan mirip pijakan-pijakan di atas kolam.

Lalu dinding yang tersusun dari bata roster atau ventilation block itu ditutupi lampu-lampu tumblr LED. Sementara atapnya diberi rumbai yang mirip tumbuhan ekor cicak ilalang.

Melewati selasar, bertemu area kasir tempat pembayaran sekaligus pemesanan. Dipisahkan sebuah jalan sempit bertemu dinding yang tergantung puluhan jar berisi aneka biji-bijian dan kopi.

Mungkin karena ramai, saya tidak memesan di area kasir, melainkan diberikan buku menu untuk dibawa sekalian mencari tempat duduk.

Hampir 15 menit saya muterin kafe tapi ngga nemu dudukan dengan lokasi yang enak. Ada yang kosong tapi meja gede untuk rombongan atau lokasinya indoor. Padahal saya kan pingin dapet tempat yang outdor biar sekalian cuci mata. Lah kalo viewnya manusia-manusia juga apa bedanya dengan makan di rumah makan padang, kan?

Sambil muter-muter sambil motoin sudut-sudut estetik di area indor Sehken Cafe. Diakui, seluruh dekorasinya emang ngga ada yang gagal. Eye catching semuanya. Pantes aja jadi rujukan anak-anak tiktok atau selebgram untuk berburu foto dan bikin konten. Bisa ditebak, hampir seluruh pengunjung pasti penasaran sama suasana kafe dibanding makan. Termasuk saya, haha.

Terlebih ketika sudah lihat daftar menu, selain pilihan makanannya kurang beragam, harganya juga masuk level menengah. Ngga mahal banget tapi dibilang murah juga ngga. Saya lihat banyak makanan tersisa di beberapa meja bikin saya skeptis.

Selama beredar mencari tempat strategis, sempet juga fotoan pada spot yang sering muncul di medsos. Anggap saja ini ikonnya Sehken by Kalang Ulu. Sebuah benda mirip kendi berukuran tinggi besar dengan lukisan mirip topeng-topeng disekelilingnya. Letaknya ada di tengah-tengah kafe dekat pintu keluar bagian depan. Di atasnya berupa jaring dengan lampu-lampu hias berbentuk sarang dari anyaman sejenis rotan atau bambu.

Singkat cerita, saya dapat tempat duduk outdor. Lebih tepatnya di balkon sisi kiri bangunan. Pada meja panjang sepanjang bangunan. Meja yang mirip meja bar yang sekaligus berfungsi sebagai pagar pembatas. Dudukannya dari anyaman rotan berkaki besi yang tingginya menyesuikan tinggi meja.

Sepanjang meja dan kursi di kanan kiri saya penuh dengan pengunjung yang datang silih berganti. Sebagian masih setia tawaf mencari meja tak bertuan sekalian hunting foto. Ada yang nyerah duduk di lokasi tersembunyi ada juga yang gigih menunggu meja kosong di lokasi yang pas.

Akhirnya bisa duduk santai dengan pemandangan perbukitan nun jauh disana.

Related Post: Kopi Daong, Tempat Nongkrong Anak Bogor yang Bernuansa Alam

Menu dan Penyajian di Sehken by Kalang Ulu

Lidah-lidah seperti saya memang rada susah untuk diajak kulineran. Tipe perasa yang beraninya nyari aman. Kafe ini menyediakan makanan tapi bagi saya kurang beragam. Bisa dimaklumi karena emang konsepnya kafe bersantai. Cocoknya memang sambil ngunyah cemilan berteman kopi atau teh.

Masakan nusantara, Western dan Jepang jadi pilihan disini. Aneka minuman segar penuh warna juga melengkapi daftar menu berikut kopi. Tak ketinggalan aneka pastry duduk manis di etalase.

Saya si penggemar masakan nusantara yang cenderung asin dan gurih kurang tertarik dengan sajian begini. Yang tadinya terbayang ayam bakar terus ngga nemu lalu seperti biasa nyari kudapan yang aman di lidah. Apalagi kalau bukan mi instan kuah sebagai pengganjal perut.

Tapi setelah itu tentu saja makan di restoran langganan mencari ayam bakar jadi rencana setelahnya, haha.

Sistem order di Sehken ini seperti kafe pada umumnya. Memilih makanan di buku menu, lalu pesan dan bayar langsung di bagian kasir. Kemudian selama menunggu pesanan selesai, kita diberikan alat wireless calling system yang sudah diberikan nomor antrian. Cara kerjanya mirip alarm yang akan berbunyi ketika pesanan selesai dan petugas akan mencari sumber bunyinya. Minusnya kalau banyak alarm yang bunyi karena pesanan yang selesai bersamaan, petugas bingung dah nyarinya.

Related Post: Cita Rasa Jawa di Tanah Karo

Kesan Selama Berada di Sehken by Kalang Ulu

Klaim tiktoker dan selebgram mengenai kafe ini bagi saya ngga berlebihan. Kafenya memang secantik dan seestetik itu. Untuk view dan kenyamanan sangat bisa direkomendasikan.

Sedikit saran kalau berkunjung jangan di akhir pekan atau hari libur, deh. Tapi kalau terpaksa hanya bisa berkunjung di weekend yaa harus rela tawaf atau beredar atau malah nunggu sampe dapet meja kosong yang letaknya enak dan strategis.

Selama menunggu, kita bisa kok foto-foto dulu atau sholat dulu. Tapi jangan lengah, sebab sedikit saja meleng, meja inceran kita udah langsung diduduki orang. Banyak yang rela ninggalin tas atau barang-barangnya bahkan hanya sebuah payung di meja sebagai tanda kalau tempat ini ada orangnya. Yess, seramai dan seefort itu, haha.

Oiya saran saya lagi, nih, untuk kalian yang cuma sekedar mau foto-foto aja di Sehken. Kalau datangnya weekend dan khawatir rame lalu kalian sudah teramat sangat lapar, kalian makan dulu aja di resto lain. Sebab untuk menunggu sebuah mi instan aja butuh waktu yang lumayan lama. Tapi di Sehken tetep harus order dong, minimal snack dan minumanlah, ya.

Secara keseluruhan, tempat ini cantik banget. Menuju ke bawah, saya mengabaikan lift karena memilih jalan kaki melalui tangga-tangga tanpa undakan yang lagi-lagi ngga kalah estetik. Bangunan empat lantai ini masing-masing adalah kamar-kamar tamu hotel. Setiap lantai diberi nama istilah dalam bahasa Karo.

Sayangnya musolah dan toilet ngga dipisah untuk perempuan dan laki-laki. Sebagian ada yang merasa biasa aja tapi saya pribadi rada kurang enak kalau harus berkongsian.

Akhirnya, semoga ada rezeki dan kesempatan bisa nginep di hotelnya. Jadi bisa menikmati suasana malam dan live akustik di Sehken Cafe yang buka setiap hari dari pukul 11.00 – 22.00 Wib 

Jadwal Akustik : 
jumat dan sabtu – 17.00-21.00 wib
minggu – 14.00 – 18.00 wib

Galeri Foto

Tinggalkan Balasan