Jadi,ini jalan-jalannya kapan postingnya kapan? haha yasudahlah dan baiklah, kami yang dari Medan ini sengaja mendarat di Jakarta saja karena memang pingin naik kereta malam menuju Jogja. Maklum rombongan bekpeker kurang kerjaan, hahaha.
Setelah bermabuk-mabuk ria akibat turbulensi (turbulen paling serem) yang pernah saya rasain. Lima menit aja sih, dan ga bikin seisi pesawat porak poranda juga, tapi cukup bikin saya trauma kayaknya, hiks.
Tiba di Jakarta sekitar jam tiga sore. setelah solat zuhur yang sudah sangat telat, dan memutuskan untuk istirahat sambil menunggu waktu Ashar. Setelah itu kami lanjutkan menuju stasiun gambir dengan menumpang bus Damri. Menembus kemacetan kami perkirakan akan membutuhkan waktu sekitar satu jam lebih dan kami sempatkan untuk tidur. Tepat pukul lima sore tibalah kami di stasiun Gambir. Berhubung jadwal kereta pukul delapan malam, kami jalan-jalan dulu lah keliling monas, duduk, jalan, foto-foto dan sebagian mengenang masa lalu, uhuk. Tak terasa sampai magrib juga :D.
Ba’da magrib dan Isya kami lanjut dengan makan malam dan duduk di ruang tunggu. Tak lama hujan turun dengan derasnya sampai-sampai menimbulkan cipratan air dan memancar ke sebagian ruang tunggu. Kami seperti duduk di bawah sebuah air terjun. Terasa sejuk karena memang seharian badan belum tersentuh air a.k.a belum mandi, hihi
15 menit sebelum berangkat kami sudah duduk manis di salah satu gerbong kereta Argo Lawu yang akan membawa kami ke kota Jogja. Kota tujuan petualangan kami. Bismillaah… delapan jam perjalanan kami gunakan untuk istirahat tidur. Karena tak akan ada yang bisa dipandang juga dalam kondisi gelap kan yaa…
Hari I
Pukul empat pagi kereta memasuki stasiun Jogja. Suasana masih sangat sepi dan udara dingin. Hanya ada seorang petugas, seorang porter itupun sedang tidur, dan beberapa penumpang yang sebagian langsung keluar stasiun, mungkin langsung pulang. Hanya kami yang duduk dan melanjutkan istirahat menunggu waktu Subuh. Bahkan seorang pedagang pun belum ada yang menggelar lapak. Kelaparan lah mereka… (mereka??)
Akhirnya azan subuh berkumandang seiring para pedagang berdatangan. Alhamdulillah, setelah solat kami langsung menyerbu penjual sarapan sambil menunggu rental mobil yang sudah kami pesan sebelumnya. Nikmat sekali rasanya, walaupun cuma dibasuh air wudhu tapi terasa segar (anggap aja sudah mandi) apalagi perut sudah terisi kembali.
Pukul 6.30 mobil sewaan datang dan kami siap memulai petualangan. Sengaja kami tak singgah dulu ke penginapan karena akan menghabiskan waktu saja, dan dihawatirkan nyampe kamar malah pingin tidur liat kasur. Sesuai itinerary, tujuan pertama kami adalah pantai Parangtritis, Kebun Buah Mangunan, Hutan Pinus Mangunan, Kaliurang, Borobudur, Kalibiru… dan pulang. Di bahas satu2 yaa… 😀
#Siang Bolong di Pantai Parangtritis
Perjalanan kami ini memang tidak didampingi oleh seorangpun pemandu. Kami hanya mengandalkan google map yang ada di android masing – masing. Berbekal peta itulah kami membelah kota Jogja menuju Pantai Parangtritis. Pukul tujuh pagi udara di kota Jogja masih sejuk-sejuknya. Pantai Parangtritis atau Pantai Paris kata orang Jogja, letaknya di Kec Kretek, kab Bantul sebelah Selatan Jogja. Sekitar 27Km dari pusat kota. Cukup mudah sebenarnya mencari alamat, itu kata temen-temen saya (bagi yang bisa baca peta). Kalau saya sih disuruh balik lagi Insyaallah nyasar, hahaha. Apalagi saya termasuk kurang mampu mengingat-ingat rute perjalanan. Saya bermodalkan semangat saja laah…:D.
Hampir tak ada halangan diperjalanan kami. Setibanya disana, matahari sudah menanjak hampir di puncak-puncaknya. Waaah, salah skedul niih… ke pantai siang bolong dan ternyata lagi, di pantai itu tak ada pohon kelapa Seperti yang kami bayang-bayangkan. Alamaaak, mari menghitam, hahaha. Retribusi sekitar lima ribu untuk satu kendaraan. Pada saat yang sama banyak sekali rombongan anak sekolah SD dan SMP yang juga berkunjung ke Pantai Paris. Saya sempet heran juga kenapa sampai ada larangan ga bole renang, ya namanya pantai pasti serunya berenang kan ya? Setelah menyaksikan sendiri baru deh ngeh kalau ombaknya bener-bener besar. Bahkan jilatan ombak tak bisa saya hindari padahal saya sudah lari terbirit-birit tapi mereka tetap mengejar. Basah juga akhirnya. Beberapa temen saya hanya duduk-duduk di bawah pohon cemara atau apa ya namanya. Cuma pohonnya kecil dan pendek. Sebagian naik ATV. Maklum cuaca saat itu panas menyengat. Padahal baru pukul 10 lewat. Mungkin juga karena kelelahan jadi pada kurang semangat untuk main di Pantai. Sempet ada rasa menyesal mengunjungi Pantai Paris. Karena kesan yang kami dapatkan hanyalah gersang, panas dan tandus. Ah, ternyata kami yang salah. Selain punya legenda yang terkenal akan Ratu Pantai Selatan nya, Pantai ini ternyata akan jauh lebih seru kalau dikunjungi sampai senja. Ada sejenis delman yang bisa ditumpangin untuk menelusuri sepanjang garis pantai, juga bisa memandang keindahan pantai dari salah satu tebing. Lain kali bisa dikunjungi di sore hari. Sebelum meninggalkan kawasan pantai, kami sempatkan untuk menikmati air kelapa muda dan bertanya-tanya kepada beberapa orang arah menuju Mangunan. Sayang sekali mereka ga ada yang tau. Akhirnya kami lanjutkan perjalanan menuju Kebun Buah Mangunan (next) 🙂
tips berkunjung ke Pantai Parangtritis
1. Pakai Sunblock (mau berkunjungnya pagi, sore atau malem) tetep pakai krim. Udara pantai selalu bikin kulit kering dan gosong.
2. Bawa topi, apalagi kalau berkunjungnya di jam rawan matahari 😀
3. Pakai sendal/sepatu yang nyaman. Apalagi kalau siang hari pasirnya ikut memanas. Jangan sampai bertelanjang kaki bisa-bisa telapak kaki terpanggang.
4. Lebih baik berkunjung di pagi atau sore hari supaya lebih sejuk.
5. Tetap ikuti aturan
Satu tanggapan untuk “Pengalaman Berpetualang”