Lau Kawar, Danau di Kaki Gunung Sinabung dan Kisahnya
Lau Kawar, Danau di Kaki Gunung Sinabung dan Kisahnya – Salah satu rekomendasi tempat camping yang tenang di Kaki Gunung Sinabung adalah di Lau Kawar. Sebuah danau dengan permukaan air yang tenang seluas 200 Hektar dan hutan hijau yang menjadi latar belakangnya. Danau dengan kedalaman 40-50 Meter menurut legenda merupakan hasil dari sebuah kutukan seorang nenek yang kecewa pada cucunya.
Legenda Lau Kawar
Jadi dulu adalah sebuah kampung yang subur di Tanah karo bernama Desa Kawar. Penduduknya berprofesi sebagai petani. Disana ada sebuah mata air sebagai sumber kehidupan penduduk.
Mereka punya tradisi yang rutin dilakukan setiap panen tiba, yaitu Gondang Guro-guro Aron atau acara musik khas suku Karo. Dipesta itu, seluruh penduduk akan bersenang-senang dan menari berpasang-pasangan. Hal itu dilakukan sebagai rasa syukur dan selamatan atas hasil panen yang melimpah dari tanah yang subur.
Suatu saat, hasil panen di desa itu meningkat dua kali lipat. Mereka kembali membuat acara yang lebih meriah dan bersenang-senang. Namun tidak demikian bagi seorang nenek lumpuh di sebuah rumah dekat mata air. Anak, menantu dan cucunya meninggalkannya untuk ikut serta dalam acara itu.
Sang anak lelaki memerintahkan istrinya untuk membungkuskan makanan kemudian meminta anaknya untuk mengantarkan ke rumah nenek. Alangkah senangnya nenek menyadari bahwa keberadaannya masih diingat anak cucunya.
Tapi itu tak berlangsung lama, nenek begitu kecewa mendapati isi bungkusan hanyalah tulang belulang. Nenek sedih dan menangis sejadi-jadinya. Dengan hati pedih teriris, nenek mengeluarkan sumpah untuk anak mantu dan cucunya itu.
Alam pun merespon. Langit mendadak gelap, hujan turun dengan derasnya disertai petir dan kilat, kemudian disusul gempa bumi yang tak kalah dahsyat. Akibat peristiwa alam itu, Desa Kawar yang sebelumnya subur akhirnya tenggelam.
Belakangan diketahui bahwa ternyata bekal untuk nenek sebenarnya berisi daging yang utuh. Diperjalanan, cucunya memakan semuanya hingga menyisakan tulang belulang.
Seperti kata pepatah, “Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga”. Dari kisah itu, bisa diambil pelajaran bahwa tingkah laku seseorang, baik ataupun buruk akan punya pengaruh terhadap lingkungan sekitar. Tinggal kita yang pilih, untuk bersikap seperti apa.
Desa Kawar yang subur itu sudah hilang. Kini dikenal sebagai Danau lau Kawar. Lau berasal dari bahasa Karo yang berarti air.
Danau Lau Kawar
Eksotis, mistis dan penuh misteri. Seperti itu kesan pertama saya melihat Danau Lau Kawar ini. Airnya tenang nyaris tanpa riak dan berwarna hitam hampir diseluruh permukaanya.
Rumor yang beredarpun banyak mengatakan pernah ada korban meninggal di danau ini saat mencoba untuk berenang. Kalau kata saya, sih nekat bener yang berenang disini. Selain airnya dingin, ya itu tadi, mistisnya kuat sekali. Believe it or not, depend on you.
Telaga cantik ini terletak di Desa Kuta Gugung, Naman Teran, Tanah Karo. Berada tepat di kaki Gunung Sinabung. Kalau cuaca bagus, duduk saja di pinggiran danau, maka wujud Gunung Sinabung akan terlihat jelas sekali.
Related Post: Spot Terbaik Memandang Gunung Sinabung
Wajar saja kalau desa ini punya tanah yang subur. Hutan di sekitar danau itu juga begitu lebat oleh pepohonan besar dan rindang. Bayanganya memantul pada permukaan air menghasilkan siluet yang indah.
Belum lagi pemandangan sepanjang perjalanan menuju Lau Kawar. Kebun sayur dan buah menghijau sehamparan mata memandang. Sayang sekali kalau harus tutup jendela mobil / kaca helm saat menjelang tiba, sebab udaranya sejuk dan segar alami.
Ngga salah, danau ini sudah menjadi incaran banyak pengunjung khususnya dari luar kota. Kalau sudah tiba akhir pekan, danau ini akan ramai oleh pendatang baik yang hanya sekedar piknik ataupun menginap di tenda dan villa.
Yes, kabar gembiranya, disini ada camping ground dan Villa. Kalau sudah begitu, sudah pasti pengunjung dari segala usia akan tumpah ruah.
Kenapa Lokasi ini Diminati?
- Berada di luar kota yang jauh dari keramaian, dengan hawa sejuk dan pemandangan indah yang dirindu-rindukan penduduk kota. Mayoritas pengunjung memang berasal dari kota Medan sekitarnya.
- Panorama tak biasa berupa danau yang tenang, mistis sekaligus eksotis dengan latar belakang hutan hijau tropis dan berada di kaki Gunung Sinabung. Viewnya Masyaallaah…
- Instagramable dan Fotogenicable (haha ini bahasanya cocokologi aja sih jangan digoogling juga) hasilnya bisa bikin konten medsos yang menarikable dan penasaranable 😀
- Ada villa estetik yang bolak-balik muncul di beranda medsos dan banyak diserbu pengunjung. Pokoknya tiap minggu fullbooked, dah
- Ada camping ground yang tersebar di banyak titik. Ini sih kesukaan para pecinta alam yang emang punya agenda tiap minggu ngecamp. Next, Insyaallah saya ngecamp di sini dan cerita di blog ini, deh
- Banyak warung-warung di pingir danau yang punya daya tarik masing-masing, kalau ngga nginep ya bisa cuma duduk-dukuk di warung aja.
- Meski ngga boleh renang, tapi ada fasilitas berupa perahu yang bisa bawa kita keliling danau.
Related Post: Sikulikap, Air Terjun di Area Bumi Perkemahan
HTM & Kesan di Danau Lau Kawar
HTM-nya sebesar 10ribu / orang dan ngga ada kutipan parkir lagi selama ada di dalam. Itu kondisi saat saya kesana. Saya bilang begini sebab ngga begitu lama di medsos banyak video beredar kalau ada pungli di pintu masuk.
Tapi memang kalian yang punya sumbu pendek (kaya saya) harus tahan emosi kalau lihat petugasnya yang rada menyebalkan. Ngga ada attitude saat minta uang ke pendatang. Sudahlah ngga ada loketnya, ngga ada karcisnya dan ngga ada model-model petugas kutipan uang masuk yang at least ramah gitu. Lebih cocok disebut pemuda pengangguran songong yang cuma punya skill ngutip uang masuk. Sorry to say…
Harusnya ngga bole begitu yaa…
Meski merasa itu daerah punya kalian, kalian yang membangun, kalian yang jadi panduduk setempat ya harus tetap wellcome sama pendatang. Itupun kalau merasa kedatangan pengunjung itu membawa manfaat. Kalau kedatangan kami ngga membawa manfaat apa-apa yang lebih baik ngga usah sama sekali dibuka untuk umum ngga, sih?
Padahal kalau destinasi itu ramai, yang berdampak kan warga setempat juga. Memperbaiki perekonomian warga dari segi potensi wisata alam yang dimiliki. Jadi, wahai warga setempat yang tinggal di daerah wisata, yuk perbaiki pola pikirnya.
Anggap pendatang itu membawa manfaat, bukan ladang cuan yang bisa diperas di sana-sini. Bikin pengunjung itu gimana supaya besok-besok balik lagi bawa lebih banyak rombongan, bukan sebaliknya, malah kapok. Kalau rame kalian yang untung, kalau sepi kalian juga yang buntung 🙂
Untuk pengunjung, dimana bumi dipijak disitu langit kita junjung. Kita cuma dituntut untuk sopan dan jaga attitude dimanapun berada, apalagi memasuki kawasan sakral. Taat aturan dan hormati norma dan adat istiadat, bertingkah laku sewajarnya dan jaga kebersihan.
Mari sama-sama kita majukan sektor wisata di daerah kita masing-masing…
Mohon maaf kali ini banyakan foto narsisnya, lupa motoin viewnya 🙂
Entah dikatakan mistis atau bagaimana, intinya memang sebaiknya kita ikuti bila ada pantangan dan jangan merusak sekitar, apalagi kaitannya sama pelestarian lingkungan kan.
Betul mbak… dimanapun taat aturan biar selamat ya kan
Saya taunya gunung sinabung itu karena dipakai buat nama kapal pelni. Kebetulan saya pernah naik juga. Nah saya baru tau, ada danau indah Lau Kawar di kakinya gunung sinabung. Dari foto-fotonya, jadi pengin segera ke sana.
Wah baru tau aku ada kisah legenda tentang danau Lau Kawar. Bagus juga ya pesan org di masa lalu ngajarin utk makan ga boleh berlebihan, dan anjuran untuk berbakti org tua
Iya mbak, orang jaman dulu juga omongannya betuah yaa, jadi harus hati2 kalo mau membangkang
KM Sinabung yaa, hehee
Aamiin, lekas main kesini ya, kak…
Danau Lau Kawar view-nya tjakep, hijau dan airnya jernih. Calon destinasi potensial di kaki gunung Sinabung kalau dikelola dengan profesional.
Medsos sudah menjangkau bahkan jauh ke pelosok Nusantara, sayangnya pengelola tempat wisata membuat pengunjung nggak nyaman. Semoga segera berbenah.
Danaunya cocok untuk tempat merenung juga dan dicari anak muda pastinya.
Merenung ya mbak, hehee. Tapi bener sih, disini maunya emang bengong aja, suasananya mendukung
Dau Lau Kawar ini sejatinya paket lengkap wisata ya Ci. Selain unsur air ada juga unsur hijau dari tanaman. Dengan udara yang sejuk dan suasana damai yang tercipta, berlama-lama duduk di teras tenda/penginapan bikin kita betah. Ada precious times yang tak ternilai atau terbandingkan dengan suasana kota sekalipun.
Tapi sayang ya, kualitas sebaik itu dirusak oleh masyarakat sekitar. Kalau tidak segera diatasi, bisa jadi banyak wisatawan yang batal kesini. Selain karena takut bisa disebabkan oleh ketidaknyamanan yang tercipta. Pemangku kepentingan dan aparat setempat harus melakukan sesuatu segera ini sih.
Betul, Bu… destinasi Sumut sedang darurat pungli nih. Padahal udah ada satu contoh kasus tempat wisata tutup salah satunya karena pungli. Pada males balik lagi, tapi ngga dijadikan pelajaran sama warganya….
Orangtua harus hati-hati menjaga mulutnya, kurang lebih seperti itu pesannya ya?
nasihat yang mengiringi local wisdom, seperti dongeng Baru Klinting untuk danau Rawa Pening
dan bikin daya tarik tersendiri destinasi tersebut
Betul Ambu, apalagi orang tua dalam keadaan marah yaa, hrs bener2 dikontrol…
Cantik ya view gunung Sinabung kalau lagi kalem gitu, dengan HTM Murmer begini mah bikin pengunjung betah. Semoga dijaga dan dikelola dengan baik ya agar selalu jadi agenda wisata kesana.
Aamiin, itu yang diharaopkan mbak, dijaga alam dan attitude nya
Maa syaa Allaah cantik banget ya, mb. Pemerintah setempat harus segera turun tangan nih untuk menjadikan destinasi wisata yang besar. Harus segara ditertibkan dan dikelola dengan baik.
Harapannya begitu mbak, biar ngga ada pungli dan semuanya profesional. Bila perlu swasta aja sekalian
Masyaallah, pemandangan hijau Danau Lau Kawar sungguh indah Mbak
Ini bisa sedikit rechargee energi setelah aktivitas bekerja deh
Mana HTM nya juga cukup terjangkau
Walaupun dengan petugasnya yang gimana itu dah hehe
Iya mbak, cantik bangeet apalagi kalau cuaca lagi bagus