Film Tourist Family, Cerita Imigran Gelap yang Diterima Warga
Film Tourist Family bercerita tentang satu keluarga berasal dari Tamil Sri Langka yang memasuki wilayah Tamil Nadu tanpa dokumen resmi. Yes, mereka ini imigran gelap yang melarikan diri dari negaranya karena kondisi ekonomi dan politik. Malam-malam mendarat di sebuah pantai yang dijaga ketat polisi. Mulli, sibungsu yang cerdas dan sedikit licik ini berhasil mengelabui polisi dan akhirnya mereka berhasil masuk wilayah Tamil Nadu setelah melewati sedikit drama. Keluarga ini akhirnya menetap di pemukiman Chennai.
Related Post: Belajar Menjadi Orang Tua Bijaksana dari Film Ngeri-Ngeri Sedap

Tourist Family
Pemeran: M. Sasikumar, Simran, Mithun Jai Sankar, Yogalakshmi, Kamalesh, Yogi Babu DKK
Sutradara: Abishan Jeevinth
Produser: Yuvaraj Ganesan
PH: Soundarya Rajinikanth’s Zion Films, in association with MRP Entertainmen
Rilis: 29 April 2025
Durasi: 2Jam 10Menit
Sinopsis Tourist Family
Di Chennai, keluarga yang terdiri dari ayah bernama Dharmadas (Das) diperankan oleh Sasikumar, kepala keluarga yang cukup bertanggung jawab pada keluarga. Selain memenuhi kewajibannya mencari nafkah, Das juga banyak mencontohkan tauladan kepada keluarganya.
Istrinya bernama Vasanthi diperankan oleh Simran, seorang istri sekaligus ibu yang penyayang dan berhati lembut. Selalu menjadi peneduh untuk seluruh anggota keluarga terutama disaat ada yang merasa sedih.
Nithushan diperankan oleh Mithun Jai Shankar, sulung yang pintar sekaligus pemuda yang sedang sedih karena kepindahannya menyebabkan pacarnya harus menikah dengan lelaki lain.
Mulli diperankan oleh Kamalesh Jagan, sibungsu yang periang dan banyak akalnya. Mulli selalu menjadi pelipur lara untuk seisi rumah.
Keluarga mereka menyewa sebuah rumah milik seorang inspektur polisi. Di sana mereka yang awalnya harus menutup diri, perlahan mulai berbaur dengan tetangga dan seluruh warga. Das bekerja sebagai supir pribadi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Karena jujur dan supel, akhirnya keluarga ini diterima dengan baik oleh warga.
Di tengah damainya hidup, beredar berita sebuah bom meledak di wilayah Rameswaram. Polisi mencurigai keluarga Das sebagai pelakunya. Diperkuat oleh alasan mereka merupakan pendatang gelap.
Tibalah masanya polisi merazia kawasan yang diduga wilayah penampung pendatang ilegal, termasuk di Chennai, tempat mereka tinggal. Satu persatu rumah digeledah dan diperiksa seluruh identitas serta dokumen resmi. Das menujukkan dokumen yang telah dipalsukan sebelumnya oleh seorang kerabat yang sudah lama menjadikan aktivitas pemalsuan dokumen seperti itu menjadi sebuah Ide Bisnis yang menjanjikan. Setelah pemeriksaan yang menegangkan itu, akhirnya secara “beruntung” mereka lolos dari pemeriksaan dan dinyatakan tidak terbukti sebagai pelaku peledakan bom.
Bagaimana bisa?
Karena keluarga Das adalah keluarga yang manis dan tipe keluarga cemara. Das dan istri merupakan orang tua yang kuat kemistrinya. Gemar meminta maaf satu sama lain hanya karena berbicara dengan nada tinggi. Begitu juga kedua anaknya Nithushan dan Mulli, sangat hormat dan menghargai orang tuanya terutama perihal perjuangan orang tua dalam pengungsian.
Begitulah keluarga Das dikenal baik oleh tetangga. Bagaimana Das mampu mempersatukan warga yang tadinya saling cuek. Mengumpulkan mereka dalam sebuah rumah duka dimana tadinya si mayat semasa hidupnya adalah orang yang angkuh dan sombong. Begitu juga istrinya yang ramah, ringan tangan dan rajin berbagi makanan. Anak-anaknya juga pintar bergaul.
Maka ketika terjadi razia, seluruh warga kompak berpura-pura menjadi warga Tamil Sri Langka dan berbicara menggunakan dialek tersebut untuk menutupi keganjilan keluarga Das.
Mengharukan sekali, ya, huhuuu…
Related Post: Film Kaalidhar Laapata, Komedi dan Haru Menjadi Satu
Review Tourist Family
Film ini menurut saya layaknya sebuah karya seorang pakar yang sudah berpuluh tahun pengalaman. Padahal ini debut dari seorang sutradara baru yang masih berusia muda, loh.
Bagaimana dia menceritakan secara sederhana dengan setting yang sederhana pula namun meninggalkan kesan mendalam untuk penontonnya. Sama sekali ngga terlihat amatirnya.
Adegan haru timbul dari pasangan Das dan Vasanthi selayaknya suami istri sering mesra dan kadangkala juga cekcok karena berbagai permasalahan rumah tangga. Nithushan dengan masalah percintaan anak muda dan Mulli, si bontot yang menyumbang banyak dialog terbaik dan tingkahnya yang mengundang tawa. Pokoknya dari awal tayang, Mulli ini sudah banyak melawak. Menghibur bangeet.
Seperti halnya kehidupan, film ini dibumbui dengan perjuangan di setiap lika-likunya. Kemenangan, kegagalan, kekhawatiran, banyak kebaikan, kecurangan, kejahatan, peristiwa serius, bahkan percintaan serta humor yang bikin kita nonton serius tapi juga santai.
Kemampuan akting semua pemeran bagi saya yang awam ini menilai rasanya ngga ada yang gagal, deh. Seluruhnya tampak alami dan kehadiran komedinya itu selalu dinanti-nanti dan hadir diwaktu yang tepat, jadi kek suasananya langsung hangat.
BTW, tadinya saya ngga banyak berharap banyak sama Film Tourist Family ini. Dari covernya, mereka menggotong-gotong barang, plus judulnya itu, saya pikir film ini ceritanya tentang keluarga yang hobi backpacking. Tapi jadi salah satu alasan saya nonton tanpa membaca sinopsisnya dahulu.
Ternyata ceritanya di luar perkiraan cuaca. Tapi jalan ceritanya menarik dan dikemas dengan baik sehingga layak tonton sampe habis.

Kesimpulan dan Pesan yang Tersampaikan
Selesai nonton film ini menjadikan saya jadi rajin baca Blog Bisnis. Eh, maksudnya, jadi rajin nyari film serupa, hehe
Pada akhirnya film ini bukan sekedar kisah tentang sebuah keluarga, tapi tentang bagaimana kemanusiaan di atas segalanya dan perbedaan adalah sebenarnya menjadi bagian dari diri kita. Saudara kembar aja pasti ada bedanya, kan?
Ngga peduli dari mana berasal, suku dan agama apa. Saya sendiri seneng kok kalau punya banyak temen dari berbagai macam perbedaan, apalagi kalau kelompok kita itu kompak meski berbeda-beda.
No matter where we are from, the people around us can become our strongest support system. Yang benar-benar membuat film ini menonjol adalah pesannya. Bahwa perjalanan terindah tidak diukur dalam kilometer, melainkan dalam momen-momen yang dihabiskan bersama orang-orang terkasih. Film ini mengingatkan kita meskipun tujuan akhir kadang berubah atau bahkan tersasar, tapi “rumah” yang sebenarnya ada dalam sebuah keluarga.
Perbuatan mereka yang melanggar hukum dengan menjadi imigran gelap memang tidak bisa dibenarkan apalagi untuk ditiru. Ada pengungsi yang ditolak warga? Banyaaaaak! Itu karena merekaterlanjur menciptakan image sebagai tamu tapi bertindak seperti tuan rumah. Tamu yang lama-kelamaan menguasai wilayah. Itu sebabnya kesan dari pengungsi itu terlanjur jelek dimana-mana.
Berbeda dengan kekuarga Das. Kesopanan, kejujujuran, perbuatan baik tanpa pamrih dan kerahaman keluarga ini yang meluluhkan hati warga yang tadinya acuh dan saling cuek menjadi warga yang rukun dan kompak.
Seperti kata pepatah “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”
Kepercayaan, adat istiadat dan norma serta kebiasaan orang pada satu tempat bukan untuk kita tiru dan percayai tapi kita sebagai pendatang wajib untuk menghormati dan menghargai. Berusaha untuk bisa menampung segala sisi baik dari setiap tempat yang kita datangi.
Kalo kalian nyari tontonan bertema keluarga yang penuh emosi jiwa dan keharuan, jadikan Film Tourist Family salah satu judul dalam listnya, yes. Menurut saya film ini bisa kok untuk semua umur , semua adegannya masih dalam batas wajaar dan layak tonton 🙂