Pasar Buah Berastagi, Kebanggaan Warga Tanah Karo

Pasar Buah Berastagi, Kebanggaan Warga Tanah Karo

Jalan-jalan ke Berastagi, belumlah lengkap kalau tidak singgah ke Pasar Buah. Tidak hanya buah, aneka hasil bumi terpajang apik di sini. Dibutuhkan skill menawar yang lihai supaya dapat harga yang ramah kantong dan pulang dengan tentengan.

Mejuah-juah!

Sebelum jauh bercerita, I will tell you sefruit info penting, nih. 

Mungkin masih banyak yang belum tahu penamaan atau istilah yang sering orang Medan sebutkan merujuk pada sebuah tempat atau benda

Contoh: 

Pantai dibaca pante biasanya untuk menyebut tempat wisata yang ada air / sumber mata airnya, termasuk sungai / sunge. Jadi jangan heran kalau lagi di Medan, kamu katanya akan dibawa main ke Pante, tau-taunya sunge, hehe. 

Pasar, awamnya adalah merujuk pada sebuah tempat berkumpulnya atau bertemunya penjual dan pembeli untuk saling bertransaksi. Nah, kalau di Medan, pasar digunakan untuk menyebutkan jalan besar (aspal) atau jalan lintas atau jalan protokol. 

Kereta, bukanlah merujuk ke alat transportasi / si kuda besi. Tapi kereta itu maksudnya adalah motor / sepeda motor. Sementara mobil biasa disebut motor / montor. Kalau maksudnya kuda besi ya sebut yang lengkap kereta api.

Terakhir, Pajak, adalah sebuah instansi pemerintahan di bawah KEMENKEU. Kalau di Medan, pajak digunakan untuk menyebut pasar. “Mau belanja ke pajak”, atau “Beli di pajak mana, ini?”

Sementara kalau beneran mau bayar pajak ya cukup menyebutnya dengan lengkap menjadi “kantor pajak” 

Jadi jangan terkecoh, ya, kalau lagi di Medan. Dan silahkan berbingung ria untuk memahami maksudnya kalau dengar kalimat “Cak apakan dulu apanya itu, biar ngga apa kali apanya”. Cuma orang Medan yang tahu alias “YTTA”, hahaa.

Demikian sebuah intro. Kita lanjutkan bertandang ke Pasar Buah Berastagi. Saya sendiri bisa dihitung jari berapa kali kesini. Tapi sekalinya kesini, dibikin betah setengah hari muterin pasar meskipun pada saat itu sedang mati lampu. Walaupun siang hari, di pasar yang bangunannya setengah terbuka ini tetap saja gelap kalau mati lampu. Cahaya matahari saja ngga cukup untuk penerangan. Jadi, setiap hari di pasar ini memang harus menyalakan lampu supaya kondisinya terang benderang. Nah, kalau mati lampu, penerangan hanya dibantu flash HP, ada juga yang pakai lampu emergency, bahkan ada yang pasrah tanpa penerangan apapun. Mengandalkan cahaya dari lapak tetangga. Kondisi remang-remang begitu, motret pun kurang jadi maksimal.

Related Post: Gundaling Farmstead, Keju dan Yogurt dari Susu Sapi Terbaik

Pasar Buah Berastagi

Berastagi adalah nama kota yang letaknya di Kabupaten Tanah Karo. Sebuah dataran tinggi yang berada di lebih dari 1.300 mdpl. Diapit oleh dua gunung aktif, Gunung Sinabung dan Sibayak, serta berada di kawasan Pegunungan Bukit Barisan. 

Tanah Karo dihuni oleh mayoritas masyarakat suku Karo. Dulu, di kantor lama, saya ditempatkan di wilayah yang dihuni mayoritas suku Karo. 90 persen teman kantor dan nasabah saya, ya, orang Karo, sampe saya bisa mengerti sedikit bahasa mereka meski terbata-bata. 

Sebagian temen Karo saya ada yang mirip orang India. Perawakan tinggi besar dan berkulit hitam manis. Ternyata, belakangan saya tahu, suku Karo berasal dari seorang maharaja India Selatan yang bermigrasi mencari tanah yang subur bersama pengawalnya bernama Karo dan pengikutnya.

Mereka kemudian terpisah. Karo bersama putri Maharaja bernama Miansari akhirnya tiba dan menetap di sebuah dataran tinggi Sumatera Utara. Kemudian membuat perkampungan bernama Tanah Karo. Menikahlah Karo dan Miansari.

Singkat cerita, dari pernikahan mereka terlahirlah anak cucu sehingga menghasilkan lima marga induk Suku Karo yaitu Sembiring, Ginting, Karo-karo, Perangin-angin dan Tarigan.

Sembiring adalah satu-satunya marga induk yang mempunyai sub-induk yang mengadaptasi dari kasta India yaitu Berahmana dan Depari. Konon di Karo, Sembiring Berahmana lah yang menduduki kasta tertinggi. 

———————-

Kondisi geografis Tanah Karo yang berada di ketinggian, membuat tekanan udara menjadi rendah dan kerapatan udara berkurang. Akibatnya suhu lebih dingin antara 16-18 derajat Celsius dan bisa mencapai 9 derajat Celsius saat musim hujan.

Udaranya yang sejuk membuat daerah ini, khususnya Berastagi menjadi tujuan wisata favorit yang terdekat dari kota Medan. Hanya butuh waktu paling lama dua jam perjalanan saja. 

Privilege lain untuk sebuah kota berhawa sejuk selain menjadi tujuan wisata adalah punya tanah yang subur. Itu sebabnya Berastagi dikenal sebagai daerah penghasil buah dan sayuran segar. Buah yang paling terkenal dari kota ini adalah jeruk dan markisa. Sampai-sampai ada sebutan Jeruk Berastagi dan Markisa Berastagi.

Selain wortel, kol juga sayuran yang tumbuh subur disini. Ngga heran, kol sampe dijadikan sebuah tugu di sebuah perempatan jalan di sana. Tugu kol, sering menjadi meeting point untuk peserta touring. 

Pasar ini diresmikan tahun 1984 tepatnya tgl 18 Mei oleh Bupati Karo pada masa itu Bapak Rukun Sembiring. Namun jauh sebelum itu, pasar ini sudah menjadi pusat perdagangan sejak jaman Belanda, sekitar tahun 1910-an. Pada saat itu lokasinya tepat berada di seberang pasar yang sekarang. Masih berupa kios-kios kecil beratap ijuk. Pasar ini diberi nama Kios Tarum Ijuk (Kios beratap ijuk). Seiring berkembangnya pasar, berpindahlah ke lokasi yang sekarang tepatnya di Jalan Gundaling dan diberi nama Pasar Buah Berastagi. 

Pasar ini mengalami perkembangan yang terus menerus hingga bukan saja menjadi pusat perdagangan, tetapi melesat menjadi tujuan wisata. Barang dagangan yang diperjual belikan bukan lagi hanya sayur dan buah, tapi semakin bervariasi seperti bunga hias, cinderamata, makanan kekinian bahkan hewan-hewan kecil seperti kelinci, hamster dan kucing. 

Cuci Mata di Pasar Buah

Jujur saja, tujuan utama saya setiap berkunjung ke Pasar Buah ini adalah cuma cuci mata. Belanja cuma jadi tujuan akhir itupun kalau ada keinginan. Sebab, hampir semua yang ada di pasar ini ya ada juga di Medan. Pemasoknya sebagian besar ya, warga sini juga. Selain itu, kalau soal harga sebenarnya sama saja dengan di Medan, bahkan kadang jauh lebih murah di Medan. 

Bisa dimaklumi, sebab sudah menjadi pakemnya kalau harga-harga di kawasan wisata itu selalu jauh lebih tinggi, kan? 

Yang menarik dari pasar ini adalah sistem penataan sayur dan buah yang sangat rapi. Telaten sekali menyusun buah satu-persatu menjadi seperti sebuah piramida. Sebagian ada yang tergantung cantik di depan lapak. Pokoknya betul-betul cuci mata melihat aneka warna hasil buminya.

Begitu juga sayurannya. Hijau segar royo-royo tersusun apik menyesuaikan warna dan jenisnya. Ini, nih yang sering bikin pengunjung termasuk saya jadi tergerak pingin beli. Lebih ke gemes melihatnya kek lihat doodle

Related Post: Festival Bunga & Buah Tanah Karo 2025

Jenis buah yang dijual di Pasar Buah Berastagi ini biasanya jarang ada d pasar lain, terutama di luar Berastagi. Seperti Jeruk Berastagi dan Markisa Berastagi. Begitu juga kesemek (persimon) hanya ada di Berastagi, terong belanda, mangga dengan berbagai jenis dan ukuran, buah naga merah dan putih, alpukat berbagai ukuran, buah bit, keluarga beri (strawberi, raspberi dan blackberi) sampai kurma muda pun ada.

Sementara jenis sayuran yang selalu ada sudah pasti sayur kol (putih dan ungu), wortel berastagi, beragam sawi (caism, bokchoy, pakchoy dan sawi pagoda) yang visualnya saja sudah menggoda. Jagung juga ada yang kuning dan ungu, begitu juga ubi jalar ada yang kuning dan ungu. Berbagai macam labu, tomat ceri kuning dan merah. Semuanya bagus dipandang mata. 

Kalau tanaman hias, sudah pasti yang paling menarik netra. Berbagai macam bunga, dedaunan dan kaktus meramaikan pasar. Ada yang masih bibit, ada juga yang sudah bersemi dan berbunga. 

Saya penyuka tanaman baik itu tanaman hias, bunga atau buah. Malah pernah bercita-cita punya florist saking sukanya melihat tanaman hias. Kalau kebetulan lewat, selalu saja singgah entah hanya untuk melihat-lihat atau berakhir dengan scan Qris.

Tapi pengalaman saya, dua kali bawa tanaman hias dari Berastagi ke Medan, usianya ngga sampe dua minggu sudah mati. Tapi sepertinya bukan salah cuaca atau media tanam. Memang sepenuhnya kesalahan ada di tangan saya yang kurang dingin dalam hal bercocok tanam, hehe

Seiring waktu, jajanan di pasar ini pun sudah mulai kekinian. Buah-buahan yang harusnya dijual apa adanya, sekarang sudah merambah menjadi sate buah lumur cokelat. Biasanya buah yang dijadikan satenya adalah anggur dan strawberri. Namun begitu, sang legenda Jagung Rebus tetap masih menjadi primadona. Jagung rebus memang cocok menjadi kudapan dicuaca yang sejuk menusuk.

Beralih ke cinderamata, selain pakaian bertuliskan nama kota, mereka juga menjual syal / scraft hasil tenun dengan motif daerah yang bisanya terdapat tulisan Kota Wisata Berastagi. Tas rotan, sendal anyaman, asbak rokok, mug dan gantungan kunci jadi pilihan oleh-oleh dari sini. Semuanya lucu-lucu seperti desain canva.

Minyak urut khas karo, param karo dan rempah untuk menyirih juga tersedia di sini. Sudah menjadi kebiasaan suku Karo, umumnya perempuan dengan aktivitas menyirih atau menginang yang diyakini punya banyak manfaat salah satunya menguatkan struktur gigi dan menjauhkan dari berbagai penyakit mulut. Jangan heran kalau suatu saat melihat rata-rata Nande Karo (Perempuan karo) bibir dan giginya jadi merah akibat sirih.

Oiya, meskipun selalu diawali dengan harga tinggi, tapi jangan saklek dan jadi patokan. Kita masih bebas menawar dengan harga yang wajar. Jadi memang dibutuhkan skill tawar menawar yang cakap di sini, apalagi kalau kita bisa berbahasa Karo dan pintar berbasa basi. Bisa kalap, deh! 

Jangan kaget juga kalau orang Medan tepatnya orang Sumatera Utara berbicara dengan suara keras dan nada yang ngegas. “Mareee mareee sini, kaee, jeruknya manis-manis kali ini!” bisa diteriakkan dengan nada 7 oktaf.

Pengunjung dari luar daerah apalagi yang baru pertama kali ke Sumatera Utara dan belum dapat briefing, dipastikan akan “spot jantung”, mengira para pedagang itu ngajak berantem atau membentak-bentak.

Jangan kaget yaa, begitulah soft spoken-nya orang Medan, haha.

Pedangan di sini merupakan warga lokal yang sudah mendapat support dari pemerintah daerah sebagai pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang diharapkan mampu mendongkrak perekonomian dengan tetap mengutamakan cerminan budaya dan kearifan lokal serta mampu bersaing di pasar yang lebih luas.

Jokowi Widodo, Edy Rahmayadi, Bobby Nasution, Raffi Ahmad, Ayu Ting-ting, Iis Dahlia adalah beberapa pejabat dan artis ibukota yang pernah berkunjung.

Momen Ramainya Pasar Buah

Jangan kaget kalau akhir pekan atau saat event tahunan seperti Festival Buah dan Bunga, kota Berastagi padat merayap dan terjadi kemacetan panjang. Karena memang pada momen-momen itu pengunjungnya membludak. 

Belum lagi kalau musim mendaki, para pendaki biasanya sebelum dan sepulang dari gunung selalu singgah ke sini untuk sekedar duduk melepas penat di warung sekitar pasar buah untuk ngeteh, ngopi dan makan jagung rebus yang masih ngepul.  

Meski begitu, dihari kerja juga ngga bikin pasar ini kehilangan pengunjung. Biasanya turis mancanegara berkeliaran di kota ini karena mereka stay beberapa hari sebelum melanjutkan perjalanan ke kota lainnya. 

Selain berbelanja dan cuci mata, keliling kota wisata Berastagi naik delman atau kuda jadi pilihan menarik lainnya. Mereka biasa “parkir” diskeitar parkiran pasar. Tarifnya mulai dari 50 ribu untuk sekali putaran. Kudanya sudah didandani dengan kostum lucu-lucu untuk menarik perhatian. Terakhir saya naik delman itu di Bogor, deh. Setelah ini ngga lagi-lagi mau naik delman karena ngga tega lihat kudanya kelelahan.

Karena berada di kawasan objek wisata vital, Pasar Buah ini sudah menjadi katup kekuatan ekonomi yang bersifat informal. Tak lengkap rasanya ke Berastagi kalau belum singgah ke Pasar Buah ini.

Apalagi kalau bawa bocil, siap-siap kantong jebol pada merengek minta sate buah lumur cokelat dan makannya sambil dibawa keliling kota naik delman. Jangan coba-coba datang pas tanggal tua, hihi.

Esensi Pasar

Semakin maju eranya, biasanya yang tradisional juga semakin ditinggalkan. Begitu juga dengan pasar. Kemunculan ritel dan marketplace online menggerus keberadaan pasar tradisional. Mungkin saya salah satu orang yang akan paling merasa sedih kalau sampai pasar tradisional tergusur oleh waktu dan gaya hidup.

Disadari atau tidak, dalam keseharian, kita tidak bisa dilepaskan dari peran pasar. Pasar tradisional ada dimana-mana. Biasanya ada di dekat tempat tinggal, perkampungan dan di sisian jalan lintas. Akan tetapi, hanya di pasar tradisional, pembeli bertemu langsung dengan penjual, adanya tawar menawar dan transaksi dilakukan langsung oleh kedua belah pihak. Taktik tawar-menawar yang dilakukan secara berulang setiap harinya dan keramahan penjual yang mampu menaklukkan hati pembeli menciptakan kedekatan sendiri antara keduanya. Selain jual beli, hanya di pasar tradisional terjadi interaksi sosial dan hubungan masyarakat menjadi kuat.

Pedagang satu dengan yang lain biasanya sudah seperti keluarga karena bertemu dan berinteraksi setiap hari. Pembeli menjadi langganan karena selalu berbelanja di tempat yang sama. Keduanya menjadi saling mengenal dan terjadi pula hubungan yang baik.

Dulu, ibu saya berjualan sayuran di pasar. Dia juga punya pemasok dan pelanggan tetap. Anak pembeli menikah atau ada hajatan lain, ibu saya dan beberapa pedagang lainnya diundang. Saking semuanya sudah seperti saudara.

Di pasar, hidup bisa lebih berwarna. Opung Torus, penjual sandal yang lapaknya bersebelahan dengan lapak ibu saya pernah mengaku merasa lebih betah ada di pasar ketimbang di rumahnya sendiri. Hiruk pikuk, riuh dan meriahnya suasana pasar dengan candaan antara pedagang dan segala obrolan random membuatnya merasa dikelilingi keluarga dibanding rumahnya yang sepi.

Di pasar pula kita bisa melihat dua sisi manusia. Ada yang berdagang dengan jujur ada pula yang hobi memanipulasi, salah satunya menipu timbangan. Ada yang memulai pencarian rezeki dengan berdoa memohon keberkahan transaksi, akan tetapi ada pula yang tak peduli kehalalan rezeki asal dagangan laku keras tak bersisa. Pengalaman lain, ibu saya sampai hapal mana penjual yang amanah mana yang tidak.

Ketika buah yang paling segar dan montok diletakkan pada susunan paling depan, sementara bagian bawahnya merupakan buah yang masam, bahkan terkadang belum matang. Begitu juga untuk sayuran dan hasil bumi lainnya. Ketika buah tester dicoba di tempat, wah, begitu manisnya, tapi setelah sampai di rumah, buahnya masam semua, haha.

Berbagai cara yang pedagang lakukan untuk menarik pembeli. Ada yang berteriak-teriak misalnya “Jeruk manees, jeruk manees!” atau “Bole dicoba, kalau asam tak usah dibeli” atau penawaran lain yang lebih menarik seperti meletakkan potongan buah yang paling bagus di atas susunan buah yang lainnya.

Tindakan persuasif dan reaktif juga kerap mereka lakukan seperti membujuk pengunjung yang kebetulan lewat dengan lemah lembut, atau menarik paksa tangan mereka agar bersedia singgah.

Terkadang dari tindakan random itu, pengunjung yang tadinya hanya mampir sekedar untuk cuci mata malah berakhir dengan sejumlah tentengan dikedua tangan. Jadi kebayang diri sendiri, kan? hehe.

Faktor “penglaris” juga menjadi rumor yang sudah biasa terdengar di pasaran. Pernah melihat ayam goreng pagi, tapi sorenya sudah berulat? Padahal sampai besoknya biasanya masih aman-aman saja. Atau pernah mendengar pedagang menemukan benda aneh di salah satu sudut kedainya? Benda aneh bisa berupa kain kafan yang di dalamnya ada fotonya, atau benda aneh lain seperti kayu yang dirakit menjadi seperti boneka manusia ditusuk jarum? Dan benda-benda aneh lainnya yang kerap ditemukan secara tidak sengaja atau sengaja dicari karena sudah “tercium” keberadaanya.

Fenomena ini ngga bisa dielakkan dari manusia-manusia sekitar kita yang memang mau cari cara instan untuk melariskan dagangannya. Sampai-sampai ada yang tega menjatuhkan pedagang lainnya, meskipun itu kerabatnya sendiri.

Wallahualaam. Semoga kita dijauhkan dari sifat demikian dan dari orang-orang yang berniat buruk seperti itu. Aamiin…

Trik dan strategi memang sangat penting dalam menjalankan sebuah bisnis supaya berjalan lancar. Akan tetapi kejujuran jauh lebih penting di atas semuanya. Dagangan laris hendaknya disertai dengan keberkahan agar usaha semakin bertumbuh dan berumur panjang. Sebab sudah menjadi hukum alam, setiap keburukan tidak akan bertahan lama dan akan selalu menemukan jalan kehancurannya sendiri.

Terakhir, apabila ingin merasakan urat nadi sejati ekonomi, cobalah sesekali bertandang ke pasar tradisional. Rasakan keriuhan, berisik, becek, aroma, hingga berbagai macam karakter manusianya serta segala hembusan nafas para pejuang nafkah keluarga sekaligus penggerak perekonomian negara.

Salah satu hikmahnya adalah semakin tumbuh rasa syukur pada Allah atas khazanah yang telah ia kucurkan ke muka bumi dan akhirnya bisa kita nikmati dalam bentuk yang beraneka ragam. Ada berupa hasil bumi, budaya, solidaritas, kekeluargaan dan kemanusiaan dalam satu tempat bernama pasar.

A simply mom.. About live, life, love and laugh...
Pos dibuat 406

Tinggalkan Balasan

Pos Terkait

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.

kembali ke Atas
error: Content is protected !!