Ya, bisa dibilang sebulan ini adalah masa tenang saya. Cuti saya paling panjang. Masa transisi. Apalagi ya?
Masa untuk saya mempersiapkan diri pada tanggung jawab dan tugas yang lebih berat dari sebelumnya sudah menanti di depan mata.
Ngapain aja, nih?
Sebulan ini, saya banyak habiskan waktu dengan keluarga. Anak anak terutama. Sebagai kompensasi atas waktu yang ngga akan bisa saya berikan sebanyak dan serutin seperti sebelum sebelumnya. Hikmahnya, saya jadi pernah merasakan rempongnya pagi pagi ngurusin anak sekolah. Anter dan jemput anak sekolah, menyaksikan mereka belajar dan mengaji. Bermain sepeda baru serta mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Walaupun tetep dibantu mamak, hehe.
Hikmah lainnya, saya jadi bisa memaksa diri untuk belajar lebih dalam lagi tentang bisnis dan berwirausaha. Sengaja kepulangan saya yang terlama ini, saya bawa banyak buku tentang bisnis. Udah pernah saya baca juga. Tapi, jarang dipraktekin hehe. Hasilnya? Tentu saja lupa. Nah, ini kesempatan saya mengulang kembali karena memang akan dipraktekkan nantinya.
Selain belajar lewat buku, saya juga gabung dengan grup WA yang memang khusus untuk mereka yang mau belajar berwirausaha. Saya dapat dari timeline salah satu temen di fb. Memang saya punya banyak medsos (ada yang lebih banyak dari saya ding) dan saya gunakan medsos untuk branding diri, bercerita, berbagi dan belajar. Yup, belajar! Jadi, siapapun anda yang mengatakan saya menggunakan dunia maya semata mata untuk pamer, dunia hayalan dan nyinyiran lainnya? Terserah anda, deh. Sejatinya memang hidup ini kita yang punya, kita yang jalanin, kita yang nanggung akibat dari sebab. Tapi, orang lain yang ngomentarin. *tepuk tangan
Punya medsos tapi dianggurin? Sayang banget! Sayang kuotanya, sayang hp canggihnya, sayang waktunya. Waktu untuk kepo2 ngga perlu.
Oke, close! Dan lanjut…
Masi disini, saya udah dikasi beberapa tugas. Mikirin nama, slogan, visi dan misi serta logo. Wiih, bener bener kerjaan baru bagi saya. Makin rajin ngunjungin om google dong…
Oya, saya juga jadi banyak waktu untuk ngurusin administrasi yang ngga kelar kelar. Apaan, tuh? KTP! Yes, sampe dengan hari ini Medan belum kebagian blangko (ini nulis belangko bener, ngga?). Padahal saya ajuin dari bulan Oktober tahun lalu. Iye… Saya belum punya Ektp dengan status yang baru :p. Kata kepling waktu itu kemungkinan April udah ada, kenyataannya sampe pertengahan bulan masih nihil. Dan prediksi bulan depan baru ada. Masi prediksi, loh. Paten!
Ngurus apa lagi ya?
Ngurus peralihan BPJS
Kemudian mikirin apa apa yang harus dibawa dan ditinggalkan atau do & dont di tugas baru nantinya. Semua udah tertulis rapi dicatatan. Tinggal ceklis deh…
Aah… Semoga kali ini penuh berkah.
Leave Your Comfort Zone to Grow
Quote yang saya dengar dari leader di bisnis yang saya jalanin bunyinya begini:
“There is no comfort in a growth zone. There is no growth in a comfort zone. So, leave your comfort zone to grow”
Tragedi dan semua yang terjadi dalam hidup saya akhir akhir ini adalah peringatan. Saya jadi kecambuk untuk terus bangkit dan membuktikan bahwa saya bisa mandiri. Cercaan, hinaan, tuduhan dan segala macam caci maki akan saya telan dan saya jadikan vitamin untuk terus tumbuh. Anggap saja, pekerjaan saya yang lalu adalah comfort zone yang harus saya tinggalkan untuk bertumbuh.
Comfort zone memang bukan melulu soal pekerjaan. Anak anak yang tidak kita biasakan mandiri sejak dini juga lama kelamaan akan manja di comfort zone nya. Susah untuk tumbuh dengan kakinya sendiri serta banyak contoh lainnya.
Dengan begini, saya jadi banyak belajar dari pengalaman hidup sendiri. Serta pengalaman hidup orang lain tentunya. Baru baru ini menyaksikan bagaimana seorang perempuan yang mengeluarkan tabiat aslinya seperti tutur kata yang tak secantik parasnya. Serta fakta dia melebih lebihkan suatu cerita yang semakin membuktikan bahwasanya dia memang hobi menggunjing. Kenapa dia bisa sebegitu paniknya? Karena dia merasa hampir kehilangan comfort zone nya, orang yang dicintai tapi tak mencintainya, hiks
Apa Saya Menyesal?
Ngga…
Keputusan untuk meninggalkan comfort zone memang udah lama jadi wacana. Hanya saja waktunya yang belum ketemu. Ajakan untuk berwirausaha akhirnya saya terima secara mendadak. Walaupun memang saya udah pernah janji setelah kesembuhan penyakit ini, saya akan ikut jejak beliau. Tapi, memang tak disangka caranya yang mengejutkan dan akan saya ingat seumur hidup. Wish she luck!
Insyaallah, selama ini keputusan yang saya ambil adalah yang terbaik. Hanya berserah pada Allah sebaik baiknya penolong bagi saya dan anak anak yang saya hidupi.
Yang saya tau pertanggungan dosa adalah bagi anak yang belum baligh. Setelahnya, dosa adalah tanggungan sendiri sebagai akibat dari perbuatan diri. Bukan orang lain menanggung dosa dari perbuatan orang lainnya. Hanya Allah yang maha adil. CMIIW
Yes, I leave my comfort zone to grow.
Insyaallaah…
*maaf foto yg ngga nyambung sama konten. Haha
Udah kayak cagub ya kak pake masa tenang segala.. 😁
Haha…
kita jg punya masa tenang la bg
Hhhahaha iyalah kak iyaaa.. 😁
Naahh keluar dari zona nyaman ini yang belum berhasil aku praktekkan 🙁
Mmg hrs brani kak Windi… sekain faktor kepepet :p
Tapi belum nemu apa yang harus dikerjakan setelah keluar dari zona nyaman niii
Sambil2 nunggu katu sambil2 susun rencana kk. Insyaallah dpt “why” nya 🙂