jalan dan wisata · Serba Serbi

Birdwatching, Aktifitas Menyenangkan Mengenal Jenis Burung

Dulu, ada sebuah mata kuliah yang sangat saya sukai. Alasannya cuma satu, karna banyak berkegiatan di luar ruangan ๐Ÿ˜„. Ekowisata namanya. Melalui mata kuliah ini saya jadi pernah arung jeram untuk pertama kalinya. Waktu itu di sungai Wampu, Kabupaten Langkat. Pernah treking dan nge-game di hutan kawasan konservasi Sibolangit untuk pertama kalinya, melihat bunga bangkai dan mencapai titik rest area paling puncak dan memandang luasnya hutan dari ketinggian. Kemudianย jadi pernah ngebolang ke Sibolga dan kegiatan outdoor lainnya termasuk birdwatching. Pokoknya saya jadi lasak setelah diajarin ber-ekowosata ๐Ÿ˜‚

Jelaslah, namanya aja udah eko+wisata (googling sendiri ya), hihi
Lanjutkan membaca “Birdwatching, Aktifitas Menyenangkan Mengenal Jenis Burung”

jalan dan wisata · Serba Serbi

Menjelajah Hutan Alam Dengan Kegiatan Hash

Masih asing dengan istilah Hash?ย 

Sama! Hehe

Tapi itu dulu sekitar 8 tahun lalu. Waktu atasan di kantor mengeluarkan nota dinas untuk semua karyawan ikutan Hash. Olahraga pavorit beliau. Waktu itu masih jadi karyawan baru dan itu pertama kali ikut serta. Saya yang memang hobi blusukan dan suka dengan yang alam-alam ya semangat aja diajak beginian. Ngga semua suka kegiatan alam seperti ini. Tapi kalo udah nota dinas, ya apa boleh buat, ya? Emang mau kena SP? Heheย 
Lanjutkan membaca “Menjelajah Hutan Alam Dengan Kegiatan Hash”

jalan dan wisata

Ngebolang Sibolga Part 1. Menyebrangi Lautan Cuma Pakai Sampan? Siapa Takut!ย 

Kali pertama saya mengunjungi kota Sibolga sekitar tahun 2004. Berlima sama temen se-geng, haha.ย 

Jadi ini cerita pengalaman teramat jadul sebenernya ๐Ÿ˜…

Perjalanan dari Medan jam 8 malam menggunakan bus Bintang Utara (loketnya di Amplas). Memakan waktu sekitar 9 jam. Jadi tiba di Sibolga sekitar jam 5 atau jam 6 pagi gitulah. Waktu itu ongkosnya masi 45rebu.ย 

Momen yang paling saya sukai sepanjang perjalanan adalah ketika memasuki kota Tarutung. Sepertiga malam saat melewati persawahan yang belum ditanami padi namun sudah diarin. Jadi, antara gelap malam, sinar fajar sudah mulai muncul dari selah pepohonan kelapa dengan warna khas jingga keemasan (persis senja) dan cahayanya memantul ke air membentuk bayangan yang sama. Saya bahkan tak mampu mengungkapkan keindahannya, namun masih sangat jelas terekam dalam ingatan seperti apa lukisan pagi itu. Mungkin saja saat itu saya sengaja dibangunkan Allah untuk menyaksikan keindahan fajar dan benar saja saya terpaku kagum dari balik jendela bus, subhanallaah…
Lanjutkan membaca “Ngebolang Sibolga Part 1. Menyebrangi Lautan Cuma Pakai Sampan? Siapa Takut!ย “

jalan dan wisata

Wisata Reliji di Masjid Az-Zikra Sentul

Beruntung disetiap kunjungan ke luar kota, selalu bisa menyempatkan diri menjejakkan kaki di masjid masjid indah kebanggaan. Salah satunya Masjid Az-Zikra yang berkawasan di sentul, Bogor, Jabar. Masjid yang mempunyai yayasan bernama Yayasan Qaddafy Islamic Center ini, dipimpin langsung oleh Ustad ternama Indonesia M. Arifin Ilham. Luar biasa indahnya (bagi saya)




Niat awalnya ibu, tadinya mau hadir di zikir akbar yang slalu diadakan di masjid tersebut tiap bulannya dan dibawakan langsung oleh sang Ustad Arifin. Tapi, ternyata salah jadwal. Kabarnya memang ganti jadwal. Padahal sempet khawatir bakalan masih dibolehin masuk atau ngga, karna berangkatnya udah kesiangan. Konon katanya tiap acara zikir, jamaahnya dari sluruh Indonesia bahkan luar negeri. Kebayang, dong. Mesjid yang hanya seluas 12.600 Ha harus dijejalin ribuan jamaah dr sluruh negri. Makanya kalo mau dapet tempat yang diinginkan ya harus pagi hari udah di tempat padahal mulainya 11.30. Saking niatnya sampe ada penginapan segala, loh. Semacam pondok pondok cantik yang letaknya persis di samping kiri memanjang sampai halaman belakang kediaman Ust. M. Arifin Ilham.

Lanjutkan membaca “Wisata Reliji di Masjid Az-Zikra Sentul”

jalan dan wisata

Ini Bukan Kalibiru…

Udah ngga asing lah ya dengan nama Kalibiru. Iya, kawasan yang terkenal dengan gardu pandang berupa rumah -rumah pohon yang diberi papan penjajak dan bisa dinaiki menggunakan tangga. Hasilnya, selain bisa berfoto dengan view Waduk Sermo, kita bisa menikmati pemandangan alam hutan menoreh yang mengelilingi waduk tersebut dengan bebas dari ketinggian.

Untuk bisa merasakan itu semua, kita ya kudu ke Jojga dulu, kemudian berkendara sekitar 2 jam menuju Kalibiru. Hmm, jauh ya…
Lanjutkan membaca “Ini Bukan Kalibiru…”

jalan dan wisata · lovely kids...and famz

We Have A Very Simple Way To Be Happy (part 3)ย 

“Pulang ya Ci, minggu nanti anak-anak mau berenang lagi ke Tigaras, Oiya belikan kue tart karna sekalian ulang tahun Sofi. Ga usah yang cantik-cantik, yang penting kebagian semua!” 

“Oke, mak!” 

Ceritanya, memenuhi janji mamak ke anak muridnya mengaji. 

“Kalo dapat juara, nenek bawa jalan-jalan ke Tigaras!” 

Jadilah pada rajin latihan. Yang ayat pendek, Azan, Marhaban dan Nasyid. Alhamdulillah Azan dapat juara 2 dan nasyid dapat juara 3. Artinya janji nenek guru harus ditepati. 

Semangatnya yang mau berenang. Berangkat jam 10 tapi jam 9 udah pada dateng. Nenek guru masi masak bekal dan cucu-cucunya pada riweh masing-masing. Mandi? Ya ngga, lah. Kan mandinya disana. Lumayan, hemat air ๐Ÿ˜€ 

โ€‹
โ€‹
PANTAI JESIKA, TIGARAS
Danau sih sebenernya, tapi mungkin kebiasaan masyarakat, pokoknya kalau ada airnya dan mirip sama laut, ya sebut pantai sajalah ya, hehe. 

Disepanjang pinggiran Danau Toba, banyak terdapat tempat yang disebut pantai yang dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat ataupun pengusaha. Seperti Pantai Paris, Pantai Garoga, Pantai Jesika dan masih banyak pantai lainnya. Bahkan sudah ada penginapan saking ramenya pengunjung dari luar daerah. Bukan semacamhotel mewah atau cottage. Cuma kamar sepetak. Kadang disewa pengunjung cuma untuk tiduran para balita, atau ibu menyusui, solat, atau sekedar merebahkan badan dikasur. Karna letaknya memang tepat di depan garis pantai. Ya, Danau Toba yang luas itu, memang bisa dinikmati dari segala arah. 

โ€‹
Kami pilih pantai langganan. Pantai Jesika namanya. Pantai baru yang letaknya tepat di sisi kanan pelabuhan. Alasannya karna sepi. Maklum bawa gerombolan anak muridnya nan lasak dan aktif, mamak harus ekstra waspada ngawasin satu persatu. Orang tuanya kan ngga pada ikut, sudah pasti jadi tanggung jawab guru dong kalau ada apa-apa sama anak murid. Lagian karena letaknya persis sebelah pelabuhan, anak-anak pada antusias kalau liat kapal lalu lalang, apalagi kapal yang gede buat angkut kendaraan roda 4. 

โ€‹
Pas banget mamak dapat lapak yang strategis. Di bawah pohon ceri yang tumbuh rendah tapi rindangnya bukan main. Adem jadinya. Gelar tikar yang disewa dari pengelola, mamak jadi leluasa ngawasin anak-anak. 

Berenang di danau sebenernya ngga lebih enak dari pantai. Selain kedalaman air yang ga bisa ditebak, banyak batu, licin, airnya juga amis. Ya liat dong sebelahnya ada apa? Ada keramba ikan! Haha. Tapi, bukan melulu soal berenang yang dicari anak-anak. Melainkan keseruan mereka bermain. Main bola yang sengaja di bawa dari rumah, menyusun batu-batu, pasir, rumput laut, lomba melempar batu yang paling jauh dan menangkap ikan-ikan kecil. Permainan kampung lah.

โ€‹
Capek, dingin dan lapar? Istirahat sebentar, berjemur sambil makan atau ngemil jajanan atau popmi sambil menggigil kedinginan. Lalu, lanjut lagi berenang-renang. Ya, begitu sih keseruan ala-ala kampung. Kalau udah ketemu alam, gedget mah lupa! Paling perlu untuk fotoan doang :D. Selebihnya game-game yang dari playstore? Sejenis apa, tuh? :p

โ€‹
Berhubung ini pantai baru, belum terkenal da fasilitas hiburan atau bermain juga masih minim. Belum ada penyewaan Banana Boat, Perahu bebek, Trus yang terbang-terbang itu apa sih namanya? Haha. Tapi kalau mau ya bisa juga kok, disewa dari pantai tetangga sebelah. Banana boat 350 ribu (kemaren sempet cek harga) ๐Ÿ˜€ 

โ€‹
Itu sebab, saya sukanya ajak anak-anak main di alam. Mereka ngga jadi egois, ngga mikirin diri sendiri, lebih bersosialisasi, lebih terbuka pikiran, lebih kreatif, badan ngga manja dan  yang pasti lebih sehat. Memang sih, kulit jadi dekil, hitam, gosong dan penuh luka. Ngga usah jauh-jauhlah. Saya sendiri dulu juga begitu. Tapi, saya jadi punya banyak kisah yang bisa diceritakan pada kawan dan anak-anak kelak bagaimana serunya bermain di alam. Betapa bangganya tinggal di desa. Bermain di air, ladang, sawah, bukit dan hutan.

โ€‹โ€‹
โ€‹
Acara Potong Kue
Seminggu sebelumnya, Sofi, salah satu ponakan saya berulang tahun. Itu sebab, saya bawain kue tart untuk dibagi-bagi ke temen-temennya. Ya itu-itu juga anak murid mengaji mamak. Maklum, anak murid mengaji mamak sih, kebanyakan ya cucu-cucunya juga. Hahaa… 

Setelah puas main air, dan sebelum pulang diadakan lah acara potong kue da tiup lilin serta pembagian sedikit jajan-jajanan murah meriah.
Selamat ulang tahun Sofi. Diiringi doa dan harapan semoga rezeki anak solehah semakin luas, pintar, cerdas dan sukses. Aamiin…

Udah, gitu aja anak-anak udah seneng kok. Ga perlu mahal dan jauh-jauh kalau mau piknik juga. Kebersamaan yang bikin kita bahagia. Yes? 

Halo kawan… dari kami anak kampung. We have a very simple way to be happy ๐Ÿ™‚

โ€‹โ€‹

jalan dan wisata · Kuliner · Review

Kulineran dan Narsis Lagi di Resto Berkonsep Alam Pedesaan Bertajuk Resto Budaya

Ngga butuh rencana atau wacana-wacanaan lah kalau mengunjungi tempat yang lokasinya ngga terlalu jauh dari Medan. Selama ada angkot, lets go kita kemon aja, haha. 20 menit doang dari rumah. Jalanan lancar jaya ngga pake maceeeet, tau-tau udah nyampe.

20170122_174214
Tanda2ny

Yang tau atau pernah ke Tahu Sumedang di Tanjung Morawa, nah, Resto ini berada tepat di seberangnya. Sekali mendayung 2 pulau terlewati. Sekali brangkat, 2 tempat ngehits tersinggahin. Begitulah kira-kira gambarannya

20170122_174247
Penampakan Tahu Sumedang yang tersohor, merah2 diujung

 

Resto Budaya

Jarak antara gerbang ke parkiran dan restonya lumayan jauh (kalau jalan kaki), maksudnya lokasi resto ini sangat luas. Mirip komplek yang gerbangnya dijaga satpam kemudian harus masuk lagi sekitar 100 meter menuju parkiran. Berhubung lokasinya tepat di sisi jalan raya lintas Sumatera, jadi, kita ngga akan bising atau pusing dengan pemandangan kendaaraan berbagai ukuran yang hilir mudik saat kita sedang makan. Ya karn itu, tempatnya cukup jauh ke dalam. Sudah tentu nyaman.

20170122_174226
Pintu masuk

20170122_174033

Sisi kanan menuju resto, ada kebun buah. Baru deh sisi kirinya tempat makan. Kalau biasanya di resto lain itu letak lesehannya di belakang. Resto ini justru menempatkan lesehan atau pondokannya di bagian depan. Diantara lesehan dan resto indoor, ada taman mini. Disinilah tempat pengunjung ber narsis ria. Ada kolam ikan, rerumputan, pohon kelapa, juga berbagai bunga dan lampu taman yang menambah cantik suasana dimalam hari.

20170122_1726411
pondokan

20170122_1617361

20170122_172824
kolam ikan

Seperti resto bertema desa kebanyakan, resto ini pun selalu memutar lagu-lagu Jawa. Bahkan saat kami kesana, lagu yang diputar adalah lagu Barat dengan instrumen Jawa, sangat unik dan enak didengar. Menu yang ditawarkan juga beragam. Tapi karna saat kesana, perut saya dalam keadaan masih kenyang, jadi saya pesan sate ayam dan es lemon. Teman saya pesan bebek cabe hijau dan air kelapa jeruk. Bumbu satenya enak dan gurih. Tapi, dagingnya alot. Sementara bebek cabe hijau, temen saya kasi nilai 8 dari 10. Lumayan laa…

20170122_163521
sate ayam bumbu kacang
20170122_163849
bebek cabe hijau

Pelayanan yang ramah, cepat dan tanggap, menjadi nilai plus restoran ini. Seragam mereka juga cantik.

Karena kami kesana di suasana akhir pekan, sudah pasti padat pengunjung, datang silih berganti. Bahkan kami ngga kebagian duduk di lesehan. Tapi, makan di ruangan dalam juga ngga kalah seru kok. Cantik dengan desain klasik. Langit-langit yang tinggi serta beberapa lampu hias menjuntai membuat suasana lebih romantis. Kita tetap bisa memandang ke arah luar juga tetap bisa merasakan angin sepoi-sepoi.

Anak-anak juga bisa bermain di playground mini, yang ada di samping kanan ruang makan bagian dalam. Kalau kita berjalan ke arah kiri, ternyata masih ada ruangan lain yang dibatasi dinding tinggi, kemudian ada pintu yang diukir mirip ukiran Bali. Menuju kesana, ternyata masih ada area lainnya, area makan dan juga sepertinya arena bermain skuter. Sekitar 200 meter sih. Agak males harus jalan kesana juga ๐Ÿ˜€

20170122_172622
playground mini

Kalau bosen di kota yang pengap, sumpek dan macet, bolehlah agak menjauh sedikit kita ya…

jalan dan wisata · lovely kids...and famz

We Have A Very Simple Way To Be Happy (Part 2)

Saya lebih suka liburan yang di alam2. Ke mall, kalau bukan karna diminta nemenin, nonton atau ada yang dicari, ya paling sesekali bawa anak mandi bola. Kalau anak2 sih, pasti sukanya yang jenis playground ala2 mall gitu lah, ya. Yang ada perosotan, ayunan dll. Jadi, supaya anak2 saya ngga jadi manja apalagi kuper, sebisa mungkin saya biasakan mereka untuk main di alam.

Akhir pekan adalah saat yang paling saya tunggu. Apalagi kalau Jumat atau Senin ada angka merah di kalender, huaaaa bakalan libur panjang dan berlama2 di kampung. Hihii, kasian amat nasib karyawan.
Nah, momen liburan yang singkat itu sebisa mungkin saya manfaatkan untuk main sama anak2. Kapan lagi, kan ya? Untungnya lagi saya punya Mamak dan Bapak yang juga suka jalan. Diajak kemana2 jawabnya langsung, ayok! Apalagi Bapak, selalu siaga jadi supir, hihii. Makasi ya kakeek <3
Kesempatan ini, kami diajak Bapak masih ke daerah puncak2. Gapapa ya nak, liburannya belum bisa ke Paris, hihi. Nanti aja Caca sama Cahyo ke Paris, pas kuliah aja dapet beasiswa ya, aamiin!
Puncak Penatapen Pintu Angin
Setelah bersiap, memakaikan anak2 jaket, penutup kepala, kaos kaki dan sepatu. Kemudian sekedar bawa cemilan, air putih di botol dan tak lupa kamera. Kami siap berangkat pukul 10 pagi. Cuaca masih adem, enak motor2an. Menyusuri areal perkebunan teh, kemudian persawahan dan kebun sayuran, diakhiri dengan panorama Danau Toba yang di sisi kanan dan kiri dipagari rumput ilalang. Sekitar 45 menit tiba di daerah Penatepen Pintu Angin. Jalanan menanjak dan licin, membuat saya hawatir di boncengan. Saya lebih memilih berjalan kaki, seperti biasa Caca selalu ingin ikut mamanya.
20161120_112752
Pemandangan Danau Toba Sepanjang Perjalanan
20161120_113622
Papan selamat datang sekaligus penunjuk arah sangat serderhana menuju Penatapan Pintu Angin
20161120_113544
Akses menuju Puncak

Mendapati sepetak hutan pinus, saya tak kalah girang. Saya kan, penggemar pohon pinus. tapi kami sempatkan dahulu memandang sepuasnya hamparan air nan luas dan tenang. Menghirup sedalam2nya udara sejuk yang sangat jarang saya dapatkan kalau di kota. Tak lupa berfoto. Angin kencang membuat saya menggigil. Sebaliknya anak2 sudah terbiasa dengan hawa sejuk, nyantai. Saya sampai hampir tak stabil berdiri dihembus angin kencang, haha. Dasar kurus! Bahkan memegang kamera pun, saya sempat limbung. Beberapa kali saya harus ambil foto berulang, karena hasilnya ngeblur.

20161120_112724
Hutan Pinus sedikit mendaki
ย Puncak Penatapen Pintu Angin, salah satu objek wisata yang baru di daerah ini. Belum ada fasilitas apapun. Pengelolaan juga masih seadanya. Warga setempat yang mematok “uang masuk” sebesar 5ribu rupiah. Kebetulan saya hanya pegang pecahan 20rb, si adek tak punya kembalian. Ambil saja dek, gapapa. Tak saya persoalkan soal tarif ini, tak ada harganya dibandingkan pemandangan eksotis Danau Toba dari ketinggian, yang belum tentu bisa kita nikmati kalau saja tempat ini tak dikelola oleh mereka. Ada bangunan yang belum rampung dikerjakan. Kelihatannya mau dijadikan restoran. Tapi sayang, seperti terbengkalai pengerjaannya. Kalau ingin berlama2 disini, disarankan bawa bekal makanan dan minuman karena ngga ada penjualnya. Benar2 belum dikelola dengan maksimal, masih fresh!
20161120_110201
Candid (kakak beradik lagi akur)
20161120_113049
Bangunan Belum Rampung
Puas berfoto berlatar Danau Toba, saya menggiring anak2 ke sepetak hutan pinus. Sedikit mendaki untuk bisa sampai di hutan pinus. Itu berarti kami semakin berada di puncak. Semakin ke puncak, maka pemandangan semakin indah. Tak ada yang bisa diucapkan selain rasa syukur dan kagum atas ciptaan Allah. Bapak, selalu setia menunggu, santai makan kacang kulit, sambil mendengarkan musik dari hp nya.
20161120_111530
latar belakang Danau Toba
20161120_111746
Ndeprok di rumput
Bahagia tak terkira melihat anak2 berlari di alam bebas. Menangkap kupu2, tertawa dan bercanda serta bernyanyi. Saya sibuk merekam dan mengabadikan setiap momen. Lagi-lagi mereka menjadi kreatif dan ingin tahu banyak hal. Bertanya segala macam yang mereka lihat, seperti rumput jenis apa? Binatang apa? Kenapa lautnya besar sekali, Kenapa kapalnya menjadi kecil, Kenapa airnya berwarna biru, kenapa lautnya mirip seperti langit dsb. Saya kewalahan? Tentu tidak, tidak salah lagi! Haha. Jawab aja apa adanya yang penting nyambung dan mereka bisa paham.
20161120_111324
latar belakang Danau Toba
20161120_111709
gitu doong…akur! ๐Ÿ™‚ (kelihatan gardu pandang yang letaknya paling puncak)

Sebenernya masih ada lagi gardu pandang yang letaknya lebih memuncak, mendaki lah sedikit lagi, tapi saat itu lagi ada beberapa orang laki2 sedang merokok dan suasana kurang nyaman. Cukuplah sampai di sepetak hutan pinus.

Merasa puas, kami segera beranjak pindah ke lokasi selanjutnya. Seperginya kami, menyusul beberapa rombongan mobil baru tiba. Semoga ini langkah awal memajukan wisata daerah Simalungun, khususnya Sidamanik.
20161120_113015
akses menuju puncak dan halaman parkir lebih mendaki (terlihat deretan mobil yang baru tiba)
Puncak Simarjarunjung
Selanjutnya, Bapak membawa kami menyusuri jalanan berpanorama Danau Toba kembali menuju puncak bernama Simarjarunjung. Yang ini sih, uda bolak balik anak2 dibawa kakek neneknya kesini. Tapi tetap saja beda rasanya kalau jalan sama mama. Kalau sama nenek lebih santun dan banyak duduk. Ya, maklum nenek2 gimana gitu kemampuan berpetualangnya. Kalau sama mama? Ah, payah bilang lah, haha.
Sebelum tiba di Simarjarunjung, kita akan melewati semacam rest area. Di kawasan ini, tidak ada gardu pandang, Restoran apalagi hotel. Tempat ini murni untuk persinggahan sementara. Tempat pengunjung berhenti sebentar sekedar untuk beristirahat, memandang hamparan air danau atau berfoto. Hanya pedagang jagung rebus, kacang dan bakso bakar yang sifatnya berpindah2 mencari keramaian karena dagangnya pakai motor. Oiya, tetap dipungut biaya parkir, loh. Tak masalah lah, ya. Mereka sudah bersusah payah menyediakan lahan kecil, serta bangku2 sederhana untuk kita dudukin. Semuanya terhitung murah bila dibandingkan dengan kepuasan menikmati alam yang maha gratis dari Pencipta.
20161120_114326
pengunjung singgah di “rest area”
20161120_114145
Latar belakang Danau Toba di “rest area”
20161120_114459
Adek Cahyo
20161120_115345
blusukan di perkebunan warga yang ada bangkunya

Ngga jauh beda dengan Puncak Penatapen, Simarjarunjung juga tempatnya untuk kita menikmati panorama sepuasnya Danau Toba dari ketinggian. Tentu saja dengan sudut pandang yang berbeda lagi. Simarjarunjung ini, sudah lebih dahulu dikelola. Sudah tersedia hotel beserta restoran. Di Simarjarunjung, kita bisa lebih leluasa menikmati alam. Hamparan rumput hijau yang bersih menjadi tempat beristirahat yang nyaman bagi pengunjung. Dibebaskan membawa makanan dan tikar, membuat kawasan ini menjadi tempat wisata murah bagi keluarga. Anak2 juga lebih leluasa bermain tanpa alas kaki. Bahkan bisa lompat sambil berguling dengan bebasnya. Memanjat batang pohon pinus yang tumbuh agak mendatar dan menjorok ke tanah, letaknya di tengah padang rumput pula. Mamak setiap kesini pasti tertidur, hehe. Ngga bisa dipungkirin karna selain hawa sejuk bikin ngantuk ditambah klo kita memang bawa perlengkapan untuk tidur. Lagipula kondisinya sangat nyaman untuk beristirahat. Doanya cuma satu, jangan hujan! ๐Ÿ˜€

20161120_115738
Hotel sekaligus restoran di Puncak Simarjarunjung
20161120_120024
Banyak Main
20161120_115459
Danau Toba dari Puncak Simarjarunjung

Sayangnya, ngga ada transportasi umum menuju kawasan puncak ini. lagipula masing2 daerah sangat jauh dari pemukiman penduduk. Hanya dekat dengan ladang2 dan kebun, membuat lokasi ini sebelumnya masih terbilang jarang disentuh. Geliat wisata yang diharapkan mampu mendongkrak popularitas kawasan2 ini.

Ngga sampe 3 jam untuk bisa puas bermain. Kalau mau dilanjut sih, ya bisa banget. Hanya saja saya harus mengejar waktu balik ke Medan. Kami harus pulang segera. Di perjalanan anak2 kelelahan dan tertidur. Liburan lagi, kita pasti lanjutkan bermain ya, nak. Semoga kakek dan nenek sehat selalu dan mama cari uang lagi… ๐Ÿ™‚
jalan dan wisata · lovely kids...and famz

We Have A Very Simple Way To Be Happy (part 1)

Waktu menunjukkan pukul 10 pagi saat kami tiba di wilayah Tanjung Unta. Kawasan wisata di Simalungun yang sangat, bahkan paling tenar di jaman-nya, sekitar tahun 90-an. Sementara saat ini sudah seperti tak berpenghuni, sepi. Kalah tenar dengan objek wisata tetangga sebelah. Hanya sesekali kendaraan melewati kami. Sudah pasti dengan tatapan aneh. Mungkin bertanya-tanya kenapa kami ada disitu. Duduk bertiga di pinggiran aspal. Istirahat sambil meluruskan kaki yang sudah lelah berjalan jauh, menurun dan mendaki, karena motor tak memungkinkan untuk dinaiki. Saya memperhatikan kakak beradik bermain rumput, mengejar kupu-kupu, makan roti, tertawa, dan berfoto tentunya.

20161212_1107451
capek ya nak…
20161212_1115151
selonjoran dulu…

Caca dan Cahyo, kalau dibawa jalan dan main, Alhamdulillah kompak. Tapi, kalau di rumah, akurnya cuma 5 menit. Sementara 55 menit yang lain diisi dengan peperangan. Bahkan tidur pun tak mau bersebelahan :D.
Kegiatan tersebut kami lakukan untuk membuang waktu selama menunggu Kakek (Bapak saya) mencari bengkel yang kami sendiri ngga tau berada dimana dan akan memakan waktu berapa lama.

20161212_1133591
kompak dulu klo mau difoto

Sebenarnya merasa hawatir karena kami berada di kawasan sepi. Penduduk sekitar terutama yang lewat dengan berpenampilan khas orang bermarga membuat nyali saya semakin ciut. Tapi, tak ada pilihan lain, saya harus bersikap seolah berani supaya anak-anak tak tertular ketakutan dan tetap bermain dengan gembira.

Saya sedikit kesal dengan Bapak karena dari awal sebenarnya Bapak sudah mengetahui ban motor dalam keadaan kempes tapi tidak ditindak lanjutin padahal sudah saya ingatkan. Ditambah lagi Bapak ntah kenapa harus lewat jalan yang tidak biasa. Sempit, sepi dan berbatu. Apa yang terjadi? Sudah pasti ban motor semakin kempes dan tidak mungkin membawa beban berat. Penduduk pun tak ada yang bisa dipinjam pompanya. Ntah memang tak punya atau memang tak mau membantu. Kalau mau daerahnya maju, sikap begini jangan ditiru nih.

Saya dan Caca terpaksa berjalan kaki sementara Bapak mengendarai motor dalam keadaan pelan bersama Cahyo. Tak lama Cahyo pun minta ikut serta berjalan kaki. Jadi deh, kami berjalan bertiga dalam keadaan riang gembira. Caca dan Cahyo tak berhenti bernyanyi padahal udah ngos-ngosan. Ya mau gimana lagi? Masa nangis sambil garuk aspal? hihi. Ya untungnya lagi, jalanan sebagian besar sudah beraspal. Coba kalo masi berlumpur, alamak!
Tak terasa sampe juga di Tanjung Unta.

20161212_1102501
trekking diaspal..
20161212_1103171
Jalanan aspal
20161212_1103351
Panorama Danau Toba di sisi jalan

Sekitar 1 jam menunggu, akhirnya Bapak datang juga. Rencana awal berenang di danau terpaksa ditunda mengingat hari sudah semakin siang dan saya pula mengejar waktu untuk kembali ke Medan hari itu juga.

 

Pelabuhan Tigaras

Bapak membawa kami ke kawasan tempat menaik turunkan penumpang kapal. Pelabuhan Tigaras namanya. Cahyo sangat antusias dan langsung turun mendekati salah satu kapal yang sedang berlabuh. Sementara saya sibuk teriak manggil-manggil karna hawatir itu anak kecebur. Maklum la ya, faktor U. Lagipula antara pinggiran / bibir pelabuhan itu dengan air danau, sama sekali tak ada pagar pembatas.
Ngga lama Caca ikutan lari dan mereka mulai bermain kejar-kejaran. Saya semakin hawatir ๐Ÿ˜€

20161212_1227521
Gerbang masuk pelabuhan

Antusiasnya mereka menyaksikan bagaimana petugas mengangkat motor2 dari bibir pelabuhan ke kapal feri, kemudian menyusunnya dengan rapi di setiap sisi kapal agar bisa menampung banyak muatan.

Kapal feriย ini akan membawa penumpang menyebrangi danau terluas di Asia Tenggara ini, menuju Pulau Samosir dengan berbagai tujuan disana. Jarak tempuh sekitar 45 menit.
Kalau mau bawa mobil bole juga dengan menggunakan kapal yang lebih besar. Dan kapal2 ini mempunyai jadwal masing2. Jadi,ย mobil yag datang belum tentu langsung bisa diberangkatkan. Harus menunggu jadwal dan mengantri di area pelabuhan.

Kekesalan dan lelah tadi seketika hilang setelah melihat kakak beradik ini dengan riangnya bermain di pelabuhan. Ya, cuma pelabuhan kecil ala kampung. Bukan soal mewah atau tidaknya kondisi tempat berlibur, tapi kebahagiaan yang didapat dari berlibur adalah hal yang paling penting.

Banyak manfaat dari berlibur, khususnya untuk anak2. Selain kondisi psikologis, kedekatan satu sama lain, keceriaan anak2 itu hal yang sangat sederhana bisa kita dapatkan. Bukan hanya orang dewasa saja kan yang mengalami stres, anak2 juga rentan dengan stres. Saya sih, bukan pakar parenting. Tapi, kalau ngeliat anak saya moodnya jelek, atau senyumnya kian mahal, atau ngambek terus, saya pikir mereka sedang stres. Maka, setiap jadwal saya pulang, sebisa mungkin keduanya saya bawa berjalan2 ke alam bebas. Kenapa ke alam2? Walaupun saat ini banyak sekali arena bermain anak yang diletakkan dalam ruangan seperti di mall, lebih meriah, lebih cantik warna warni da lebih adem. Saya lebih seneng bawa mereka main ke alam bebas. Sudah taulah ya bedanya kena udara bebas dengan AC? ๐Ÿ™‚

Tak apalah, sesekali main mandi bola di mall. Kalau keseringan kok kayak ngga kreatif amat emaknya :D. Walaupun sebagian besar anak2 lebih menyukai playground yang warna warni di mall itu. Alangkah lebih bagus lagi kalau playground nya diletakkan di alam bebas. Lagian masih banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan anak2 kalau bermain di alam bebas. Pepohonan, rumput, bebatuan, pasir dsb bisa membuat anak2 lebih kreatif loh. Emaknya juga ikutan kreatif, ๐Ÿ™‚

Salah satu manfaat psikologi yang paling saya rasakan adalah, anak2 lebih bisa menerima moment2 dimana kami harus berpisah kembali. Ngga ada drama queen tangis2an lagi kalau saya harus balik lagi ke Medan. Itu karena sudah diawali dengan kedekatan, sehingga tak merasa kekurangan waktu kebersamaan. Ayo, jauhkan anak2 dari bahaya kurang piknik ๐Ÿ™‚

Tunggu cerita kami selanjutnya ya… ๐Ÿ˜€

jalan dan wisata

Santai di Penatapen

Cuaca Medan memang lagi nano nano dan ngga bisa ditebak. Sempat beberapa bulan lalu kalau malam selalu hujan badai dan akhir-akhir ini hujan turun malah kalau pagi. Tapi pagi itu, Medan sangat cerah campur angin sepoi-sepoi. Saya yang lagi sarapan dapet ajakan temen untuk jalan-jalan ke Berastagi. Yah, manalah saya mampu menolak ya kan haha. Cocok lah, udah selesai beres-beres, baru mandi pula dan langsung bersiap go…

Kalau ke Berastagi, saya sukanya perginya pagi-pagi. Karena selain udara masih segar, juga semangat masih cetar, matahari juga belum terlalu terik. Apalagi kalau udah nyampe daerah Sibolangit, kaca mobil enaknya dibuka aja. Ngga usah pake AC lagi. Menghirup udara sejuk pegunungan itu semacam terapi bagi saya. Rasanya saat saya manarik nafas dalam-dalam sambil mata terpejam, ada banyak udara menelusup dari pori masuk ke rongga paling terdalam. Begitu saya buka mata, kok spontan bibir menyungging senyum. Ntahlah apakah udara pagi itu mampu mengusir segala galau yang ada dalam raga. Haha. Udara yang langka di kota Medan.

Medan – Berastagi, kalau berjalan santai hanya memakan waktu sekitar 2 jam. Enaknya sih jalan santai ya, kan ngga ada yang diburu. Sebelum sampai ke Berastagi, akan ada banyak tempat seru yang bisa disinggahi. Diantaranya Hill Park / Green Hill Sibolangit. Ini tempatnya wahana permainan. Anak-anak pasti suka. Nanti bakalan bawa Caca dan Cahyo kesini, ย karna kebetulan Cahyo belum pernah. Bisa juga kita anggap semacam rest area karena ada banyak tempat untuk bersantai atau beristirahat seperti tempat makan dan taman -taman. Selain juga pemandangan yang cantik bisa dibikin latar berfoto. Sekitaran 300 meter ada sebuah resort bernama The Hill juga bisa disinggahin. Ngga perlu menginap karna tempat ini bebas didatangin pengunjung untuk sekedar melihat-lihat. Ada banyak burung flamingo, dan aliran sungai sekitar resort. Penataan yang indah tentu saja ingin kita abadikan dalam sebuah foto. Foto lagi foto lagi :D. Mau ke ala-ala pagoda di Thailand sana? Di Sibolangit ada kok. Taman Lumbini namanya. Dulu, masih awal-awal ini dibangun, saya foto disitu dikira temen saya, saya udah nyampe Thailand aja haha lumayaan. Ada lagi Mickey Holiday. Lokasinya dipuncak jadi bisa memandang hampir seluruh daerah Tanah Karo dari ketinggian. Disini selain ada hotel berbintang, juga ada wahana permainan di satu tempat yang sama. Jadi pengunjung bisa nginap sekaligus bermain. Agenda juga nih untuk Caca dan Cahyo. Kalau pingin yang lebih tenang lagi, ada Vihara namanya Vihara Budi Shanti letaknya di Peceren. Wah suara gentian anginnya juga bisa dibikin semacam terapi. Dan memang pada saat itu mereka menyediakan aroma terapi yang bisa dibeli pengunjung. Ngga tau ya sekarang masih bebas masuk atau ngga.

Akan ada banyak sekali wisata pemandian alam dan sungai yang akan kita lewati. Seperti Sembahe, Pantai Tirta, juga pemandian air panas SiDebuk-Debuk dan sungai-sungai lainnya yang tak bisa saya sebutkan semua. Karena saya ngga tau tentunya :D. Ya abis gimana kan masa muda jaman blusukan udah berlalu haha. Sekarang tempat wisata alam sudah menjamur dan lokasinya juga di pedesaan yang susah dijangkau. Tapi yang begitu pula yang mantap.

Bagi saya yang awam ini, ke Berastagi ya taunya cuma Penatapan, Gundaling, Bukit Kubu, Tongging dan Sipiso-piso atau Taman Simalem. Dan beberapa tempat-tempat lainnya. Saya memang suka ke Berastagi. Bisa dibilang ini tempat pavorit saya di Sumut. Sempat waktu itu pas keluarga masih komplit, ke Berastagi jadi agenda setiap weekend. Lah wong dalam waktu setengah hari juga bisa kok PP, dan ngga perlu biaya yang besar. Berastagi, tempatnya menenangkan dan udaranya itu bikin kita segar kembali. Selain itu saya suka tempat yang ngga terlalu ramai. Kalau lagi suntuk bisalah datang ke sini.

img-20161023-wa0004.jpg
Latar Belakang Gunung Sibayak
img-20161023-wa0015.jpg
Latar belakang gunung Sinabung yang tak lagi hijau. Tertutup abu vulkanik…

Tak lengkap rasanya kalau ngga singgah ke Penatapen. Ini juga salah satu rest area yang wajib bagi pengunjung kalau mau ke Berastagi. Apa ya istimewanya? Ngga ada sih, ngga ada taman, kolam renang, atau kebun-kebun. Hanya karna mungkin letaknya di ketinggian sudah pasti hanya pemandangan hijau Hutan Bukit Barisan terhampar luas. Memandang sampai titik terjauh itu bikin saya tenang. Pupil mata seolah-olah ikut melebar. Ditambah monyet-monyet liar bergelantungan dan terkadang tingkahnya bikin lucu sekaligus menegangkan. Pengalaman kami waktu itu beli jagung bakar, eh dicolong monyet. Dan, alih-alih pemilik warung mau ganti rugi yang ada kita yang bayar jatah si monyet haha. Ya bener juga sih, monyet itu kan ngga mereka yang piara. Lagian kan sebenernya kita yang numpang singgah dihabitatnya. Anggap sajalah kompensasi, piiiss ya nyeet :D. Pokoknya jangan sampai kita ceroboh dengan meletakkan makanan dimeja, atau akan dirampoknya kecuali kita memang udah rela. Dan, kedatangannya pun disaat-saat yang tak terduga. Kadang bikin kaget, tau tau nongol di depan kita dang bilang ciluuuuk baaa! Hehe ngga deng. Seakan ia sudah mengintip lebih dulu dan tau kelalaian kita Haha. Hewan yang cerdik. Tapi jangan memandang ke arah bawah ya, karena pemandangan akan dirusak oleh tumpukan sampah. Mulut saya yang jabir ini pingiin aja negur kalau liat orang buang sampah asal lempar aja sembarangan. Bagi saya sendiri kok rasanya ngga tega buang sampah sembarangan. Apalagi tempat seindah itu.

20161022_135244
Monyet sedang beraksi

Di Penatapen, jangan harap ada makanan semacam spageti, burger ato ayam bakar, jus dan sebagainya. Hanya ada makanan jenis indomi dan jagung serta snack lain. Minuman teh, kopi dan bandrek. Udah itu aja. Dulu saya sempet pernah kepo ke pemilik warung, kok ngga ada makanan lain? ternyata karena memang ngga dibolehin. Semacam udah kode etik mereka sih ngga boleh jual macem-macem selain indomi dan jagung. Makanya, mereka menawarkan kenyamanan yang paling utama. Karena dengan berjejer warung-warung, dan menyuguhkan pemandangan yang sama sudah tentu pemilik harus lebih kreatif untuk bisa menarik banyak pengunjung ke lapaknya.

20161022_140023
Indomi + teh hangat… View Hutan Pegunungan Bukit Barisan

Warung Pak Kaban
Jalan-jalan lalu saya ajak teman saya singgah disalah satu warung disana. Letaknya paling ujung dan didominasi warna pink. Ngga ada plank nama. Ada sih tapi rubuh kata kakak pelayan itu. Namanya juga ribet dan susah disebutin. Dari ngobrol-ngobrol kami kemarin, warung itu milik Pak Kaban (Kaban adalah salah satu marga suku Karo). Jadi warungnya lebih dikenal dengan warung Pak Kaban. Warung paling cantik diantara yang lain menurut saya. Keuntungannya karena letaknya paling ujung dan lebih luas. Yang paling bikin betah ada pemandangan air terjun yang lebih dikenal dengan Air Terjun Sikulikap dan sungainya mengalir jernih disisi hutan. Dan itu bisa kita nikmati dari ketinggian tanpa halangan apapun dari warung ini. Udara segar dapat kita hirup, begitu juga matahari dapat kita rasakan secara langsung tanpa dihalangi oleh bangunan warung lain atau pohon-pohon.

img-20161023-wa0001
Sungai dari Air Terjun Sikulikap

Pemilik warung juga sangat pintar berkreasi dengan membuat semacam gardu pandang diujung bangunan. Dipagar batu dicat pink. Ada banyak coretan oleh pengunjung yang menuliskan nama-nama mereka. Di satu sisi memang ngga baik, tapi, kalau dipandang kok jadi berseni sih menurut saya hehe. Di sisi kiri yang lain mereka membuat tempat duduk dan meja dari semen juga di cat pink beratapkan pohon cemara yang ngga terlalu tinggi tapi cukup rimbun. Sangat asiklah untuk ngobrol-ngbrol santai dan bercengkrama. Apalagi diterpa angin kencang tapi sepoi-sepoi dan dinginnya menusuk-nusuk.ย eh ini gimana sih haha. Dibagian belakang, ada pondok beratap seng, lengkap meja dan bangkunya. Disini bagi mereka yang takut masuk angin kali. Ya yang ngga tahan sama angin kencang atau pada saat hujan tempat ini pasti diserbu. Dan bagian ini terdiri dari dua lantai. Sementara disisi kanan, mereka menyediakan kamar-kamar bilamana ada pengunjung yang ingin menginap. Kata kakak itu tarifnya sekitar 100 atau 150rb kalau ngga salah. Tapi dinginnya bikin keki. Ada permainan anak seperti jungkat jungkit dan ayunan jadi anak-anak ngga begitu bosen kita bawa kesini. Area parkir yang sangat luas juga jadi salah satu keunggulan warung ini. pokoknya warung paling ujung berwarna pink, nah itu lah dia.

Bagi saya, kalau ngga ada agenda lain, ya singgah ke Penatapen aja sudah cukup bikin rileks otak. Tetaplah jaga kebersihan ya, kita menikmati alam sudah seharusnya menjaga alam. Buang sampah ditempat yang sudah disediakan. Kalau ngga ada tempat sampah, ya kumpulin dalam satu wadah plastik sampai ketemu tong sampah.
Bawa baju hangat karna sewaktu-waktu pasti diperlukan. Payung kecil juga diperhitungkan dimusim hujan begini. Dan, pastikan batre kamera full yaa, hehe

Begitulah wisata alternatif murah meriah. Kalau orang Medan pastilah ngga asing lagi dengan Penatapen. Setujukan kalau ke Berastagi ngga lengkap kalau ngga singgah kesini? ๐Ÿ™‚