lovely kids...and famz

Carissa Adrienne Vanuchi

Saking kemaruknya, hamil Caca di trimester pertama saya udah petentengan USG segala. Om dokter pun stel yakin menyatakan “oh, cowok ni anakmu, Ten!” katanya waktu itu sama papanya Caca
Pulang ke rumah dengan hati senang, dong. Saya juga begitu, pingin anak pertama dapetnya laki-laki. Ngga perlu lagi lah dipaksa makan daging-dagingan, secara saya juga ngga doyan. Trimester berikutnya kita ngga USG lagi, karena uda tersugesti dengan ciri-ciri ngidam anak lanang. Dari mulai saya jadi males mandi, ngga suka dandan sampe eneg bau kosmetik. Kemudian pingin naik sepeda, pingin mandi di sungai, maunya jalan-jalan terus sampai hobi nyium wangi bensin segala. Iya, bagi saya waktu itu bensin beraroma wangi. Iya, serius! Lakik banget kan? Setidaknya begitulah kata orang-orang. Saya waktu itu masih bawa motor kemana-mana dan, mau itu tangki masih penuh, sengaja belok ke SPBU pura-pura isi bensin padahal cuma mau nyium wanginya doang. Sampe pernah cuma bayar 1500 perak karna diisi dengan terpaksa, haha. Aneh ngidamnya. 
Lanjutkan membaca “Carissa Adrienne Vanuchi”

jalan dan wisata · lovely kids...and famz

We Have A Very Simple Way To Be Happy (part 3) 

“Pulang ya Ci, minggu nanti anak-anak mau berenang lagi ke Tigaras, Oiya belikan kue tart karna sekalian ulang tahun Sofi. Ga usah yang cantik-cantik, yang penting kebagian semua!” 

“Oke, mak!” 

Ceritanya, memenuhi janji mamak ke anak muridnya mengaji. 

“Kalo dapat juara, nenek bawa jalan-jalan ke Tigaras!” 

Jadilah pada rajin latihan. Yang ayat pendek, Azan, Marhaban dan Nasyid. Alhamdulillah Azan dapat juara 2 dan nasyid dapat juara 3. Artinya janji nenek guru harus ditepati. 

Semangatnya yang mau berenang. Berangkat jam 10 tapi jam 9 udah pada dateng. Nenek guru masi masak bekal dan cucu-cucunya pada riweh masing-masing. Mandi? Ya ngga, lah. Kan mandinya disana. Lumayan, hemat air 😀 



PANTAI JESIKA, TIGARAS
Danau sih sebenernya, tapi mungkin kebiasaan masyarakat, pokoknya kalau ada airnya dan mirip sama laut, ya sebut pantai sajalah ya, hehe. 

Disepanjang pinggiran Danau Toba, banyak terdapat tempat yang disebut pantai yang dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat ataupun pengusaha. Seperti Pantai Paris, Pantai Garoga, Pantai Jesika dan masih banyak pantai lainnya. Bahkan sudah ada penginapan saking ramenya pengunjung dari luar daerah. Bukan semacamhotel mewah atau cottage. Cuma kamar sepetak. Kadang disewa pengunjung cuma untuk tiduran para balita, atau ibu menyusui, solat, atau sekedar merebahkan badan dikasur. Karna letaknya memang tepat di depan garis pantai. Ya, Danau Toba yang luas itu, memang bisa dinikmati dari segala arah. 


Kami pilih pantai langganan. Pantai Jesika namanya. Pantai baru yang letaknya tepat di sisi kanan pelabuhan. Alasannya karna sepi. Maklum bawa gerombolan anak muridnya nan lasak dan aktif, mamak harus ekstra waspada ngawasin satu persatu. Orang tuanya kan ngga pada ikut, sudah pasti jadi tanggung jawab guru dong kalau ada apa-apa sama anak murid. Lagian karena letaknya persis sebelah pelabuhan, anak-anak pada antusias kalau liat kapal lalu lalang, apalagi kapal yang gede buat angkut kendaraan roda 4. 


Pas banget mamak dapat lapak yang strategis. Di bawah pohon ceri yang tumbuh rendah tapi rindangnya bukan main. Adem jadinya. Gelar tikar yang disewa dari pengelola, mamak jadi leluasa ngawasin anak-anak. 

Berenang di danau sebenernya ngga lebih enak dari pantai. Selain kedalaman air yang ga bisa ditebak, banyak batu, licin, airnya juga amis. Ya liat dong sebelahnya ada apa? Ada keramba ikan! Haha. Tapi, bukan melulu soal berenang yang dicari anak-anak. Melainkan keseruan mereka bermain. Main bola yang sengaja di bawa dari rumah, menyusun batu-batu, pasir, rumput laut, lomba melempar batu yang paling jauh dan menangkap ikan-ikan kecil. Permainan kampung lah.


Capek, dingin dan lapar? Istirahat sebentar, berjemur sambil makan atau ngemil jajanan atau popmi sambil menggigil kedinginan. Lalu, lanjut lagi berenang-renang. Ya, begitu sih keseruan ala-ala kampung. Kalau udah ketemu alam, gedget mah lupa! Paling perlu untuk fotoan doang :D. Selebihnya game-game yang dari playstore? Sejenis apa, tuh? :p


Berhubung ini pantai baru, belum terkenal da fasilitas hiburan atau bermain juga masih minim. Belum ada penyewaan Banana Boat, Perahu bebek, Trus yang terbang-terbang itu apa sih namanya? Haha. Tapi kalau mau ya bisa juga kok, disewa dari pantai tetangga sebelah. Banana boat 350 ribu (kemaren sempet cek harga) 😀 


Itu sebab, saya sukanya ajak anak-anak main di alam. Mereka ngga jadi egois, ngga mikirin diri sendiri, lebih bersosialisasi, lebih terbuka pikiran, lebih kreatif, badan ngga manja dan  yang pasti lebih sehat. Memang sih, kulit jadi dekil, hitam, gosong dan penuh luka. Ngga usah jauh-jauhlah. Saya sendiri dulu juga begitu. Tapi, saya jadi punya banyak kisah yang bisa diceritakan pada kawan dan anak-anak kelak bagaimana serunya bermain di alam. Betapa bangganya tinggal di desa. Bermain di air, ladang, sawah, bukit dan hutan.



Acara Potong Kue
Seminggu sebelumnya, Sofi, salah satu ponakan saya berulang tahun. Itu sebab, saya bawain kue tart untuk dibagi-bagi ke temen-temennya. Ya itu-itu juga anak murid mengaji mamak. Maklum, anak murid mengaji mamak sih, kebanyakan ya cucu-cucunya juga. Hahaa… 

Setelah puas main air, dan sebelum pulang diadakan lah acara potong kue da tiup lilin serta pembagian sedikit jajan-jajanan murah meriah.
Selamat ulang tahun Sofi. Diiringi doa dan harapan semoga rezeki anak solehah semakin luas, pintar, cerdas dan sukses. Aamiin…

Udah, gitu aja anak-anak udah seneng kok. Ga perlu mahal dan jauh-jauh kalau mau piknik juga. Kebersamaan yang bikin kita bahagia. Yes? 

Halo kawan… dari kami anak kampung. We have a very simple way to be happy 🙂

jalan dan wisata · lovely kids...and famz

We Have A Very Simple Way To Be Happy (Part 2)

Saya lebih suka liburan yang di alam2. Ke mall, kalau bukan karna diminta nemenin, nonton atau ada yang dicari, ya paling sesekali bawa anak mandi bola. Kalau anak2 sih, pasti sukanya yang jenis playground ala2 mall gitu lah, ya. Yang ada perosotan, ayunan dll. Jadi, supaya anak2 saya ngga jadi manja apalagi kuper, sebisa mungkin saya biasakan mereka untuk main di alam.

Akhir pekan adalah saat yang paling saya tunggu. Apalagi kalau Jumat atau Senin ada angka merah di kalender, huaaaa bakalan libur panjang dan berlama2 di kampung. Hihii, kasian amat nasib karyawan.
Nah, momen liburan yang singkat itu sebisa mungkin saya manfaatkan untuk main sama anak2. Kapan lagi, kan ya? Untungnya lagi saya punya Mamak dan Bapak yang juga suka jalan. Diajak kemana2 jawabnya langsung, ayok! Apalagi Bapak, selalu siaga jadi supir, hihii. Makasi ya kakeek <3
Kesempatan ini, kami diajak Bapak masih ke daerah puncak2. Gapapa ya nak, liburannya belum bisa ke Paris, hihi. Nanti aja Caca sama Cahyo ke Paris, pas kuliah aja dapet beasiswa ya, aamiin!
Puncak Penatapen Pintu Angin
Setelah bersiap, memakaikan anak2 jaket, penutup kepala, kaos kaki dan sepatu. Kemudian sekedar bawa cemilan, air putih di botol dan tak lupa kamera. Kami siap berangkat pukul 10 pagi. Cuaca masih adem, enak motor2an. Menyusuri areal perkebunan teh, kemudian persawahan dan kebun sayuran, diakhiri dengan panorama Danau Toba yang di sisi kanan dan kiri dipagari rumput ilalang. Sekitar 45 menit tiba di daerah Penatepen Pintu Angin. Jalanan menanjak dan licin, membuat saya hawatir di boncengan. Saya lebih memilih berjalan kaki, seperti biasa Caca selalu ingin ikut mamanya.
20161120_112752
Pemandangan Danau Toba Sepanjang Perjalanan
20161120_113622
Papan selamat datang sekaligus penunjuk arah sangat serderhana menuju Penatapan Pintu Angin
20161120_113544
Akses menuju Puncak

Mendapati sepetak hutan pinus, saya tak kalah girang. Saya kan, penggemar pohon pinus. tapi kami sempatkan dahulu memandang sepuasnya hamparan air nan luas dan tenang. Menghirup sedalam2nya udara sejuk yang sangat jarang saya dapatkan kalau di kota. Tak lupa berfoto. Angin kencang membuat saya menggigil. Sebaliknya anak2 sudah terbiasa dengan hawa sejuk, nyantai. Saya sampai hampir tak stabil berdiri dihembus angin kencang, haha. Dasar kurus! Bahkan memegang kamera pun, saya sempat limbung. Beberapa kali saya harus ambil foto berulang, karena hasilnya ngeblur.

20161120_112724
Hutan Pinus sedikit mendaki
 Puncak Penatapen Pintu Angin, salah satu objek wisata yang baru di daerah ini. Belum ada fasilitas apapun. Pengelolaan juga masih seadanya. Warga setempat yang mematok “uang masuk” sebesar 5ribu rupiah. Kebetulan saya hanya pegang pecahan 20rb, si adek tak punya kembalian. Ambil saja dek, gapapa. Tak saya persoalkan soal tarif ini, tak ada harganya dibandingkan pemandangan eksotis Danau Toba dari ketinggian, yang belum tentu bisa kita nikmati kalau saja tempat ini tak dikelola oleh mereka. Ada bangunan yang belum rampung dikerjakan. Kelihatannya mau dijadikan restoran. Tapi sayang, seperti terbengkalai pengerjaannya. Kalau ingin berlama2 disini, disarankan bawa bekal makanan dan minuman karena ngga ada penjualnya. Benar2 belum dikelola dengan maksimal, masih fresh!
20161120_110201
Candid (kakak beradik lagi akur)
20161120_113049
Bangunan Belum Rampung
Puas berfoto berlatar Danau Toba, saya menggiring anak2 ke sepetak hutan pinus. Sedikit mendaki untuk bisa sampai di hutan pinus. Itu berarti kami semakin berada di puncak. Semakin ke puncak, maka pemandangan semakin indah. Tak ada yang bisa diucapkan selain rasa syukur dan kagum atas ciptaan Allah. Bapak, selalu setia menunggu, santai makan kacang kulit, sambil mendengarkan musik dari hp nya.
20161120_111530
latar belakang Danau Toba
20161120_111746
Ndeprok di rumput
Bahagia tak terkira melihat anak2 berlari di alam bebas. Menangkap kupu2, tertawa dan bercanda serta bernyanyi. Saya sibuk merekam dan mengabadikan setiap momen. Lagi-lagi mereka menjadi kreatif dan ingin tahu banyak hal. Bertanya segala macam yang mereka lihat, seperti rumput jenis apa? Binatang apa? Kenapa lautnya besar sekali, Kenapa kapalnya menjadi kecil, Kenapa airnya berwarna biru, kenapa lautnya mirip seperti langit dsb. Saya kewalahan? Tentu tidak, tidak salah lagi! Haha. Jawab aja apa adanya yang penting nyambung dan mereka bisa paham.
20161120_111324
latar belakang Danau Toba
20161120_111709
gitu doong…akur! 🙂 (kelihatan gardu pandang yang letaknya paling puncak)

Sebenernya masih ada lagi gardu pandang yang letaknya lebih memuncak, mendaki lah sedikit lagi, tapi saat itu lagi ada beberapa orang laki2 sedang merokok dan suasana kurang nyaman. Cukuplah sampai di sepetak hutan pinus.

Merasa puas, kami segera beranjak pindah ke lokasi selanjutnya. Seperginya kami, menyusul beberapa rombongan mobil baru tiba. Semoga ini langkah awal memajukan wisata daerah Simalungun, khususnya Sidamanik.
20161120_113015
akses menuju puncak dan halaman parkir lebih mendaki (terlihat deretan mobil yang baru tiba)
Puncak Simarjarunjung
Selanjutnya, Bapak membawa kami menyusuri jalanan berpanorama Danau Toba kembali menuju puncak bernama Simarjarunjung. Yang ini sih, uda bolak balik anak2 dibawa kakek neneknya kesini. Tapi tetap saja beda rasanya kalau jalan sama mama. Kalau sama nenek lebih santun dan banyak duduk. Ya, maklum nenek2 gimana gitu kemampuan berpetualangnya. Kalau sama mama? Ah, payah bilang lah, haha.
Sebelum tiba di Simarjarunjung, kita akan melewati semacam rest area. Di kawasan ini, tidak ada gardu pandang, Restoran apalagi hotel. Tempat ini murni untuk persinggahan sementara. Tempat pengunjung berhenti sebentar sekedar untuk beristirahat, memandang hamparan air danau atau berfoto. Hanya pedagang jagung rebus, kacang dan bakso bakar yang sifatnya berpindah2 mencari keramaian karena dagangnya pakai motor. Oiya, tetap dipungut biaya parkir, loh. Tak masalah lah, ya. Mereka sudah bersusah payah menyediakan lahan kecil, serta bangku2 sederhana untuk kita dudukin. Semuanya terhitung murah bila dibandingkan dengan kepuasan menikmati alam yang maha gratis dari Pencipta.
20161120_114326
pengunjung singgah di “rest area”
20161120_114145
Latar belakang Danau Toba di “rest area”
20161120_114459
Adek Cahyo
20161120_115345
blusukan di perkebunan warga yang ada bangkunya

Ngga jauh beda dengan Puncak Penatapen, Simarjarunjung juga tempatnya untuk kita menikmati panorama sepuasnya Danau Toba dari ketinggian. Tentu saja dengan sudut pandang yang berbeda lagi. Simarjarunjung ini, sudah lebih dahulu dikelola. Sudah tersedia hotel beserta restoran. Di Simarjarunjung, kita bisa lebih leluasa menikmati alam. Hamparan rumput hijau yang bersih menjadi tempat beristirahat yang nyaman bagi pengunjung. Dibebaskan membawa makanan dan tikar, membuat kawasan ini menjadi tempat wisata murah bagi keluarga. Anak2 juga lebih leluasa bermain tanpa alas kaki. Bahkan bisa lompat sambil berguling dengan bebasnya. Memanjat batang pohon pinus yang tumbuh agak mendatar dan menjorok ke tanah, letaknya di tengah padang rumput pula. Mamak setiap kesini pasti tertidur, hehe. Ngga bisa dipungkirin karna selain hawa sejuk bikin ngantuk ditambah klo kita memang bawa perlengkapan untuk tidur. Lagipula kondisinya sangat nyaman untuk beristirahat. Doanya cuma satu, jangan hujan! 😀

20161120_115738
Hotel sekaligus restoran di Puncak Simarjarunjung
20161120_120024
Banyak Main
20161120_115459
Danau Toba dari Puncak Simarjarunjung

Sayangnya, ngga ada transportasi umum menuju kawasan puncak ini. lagipula masing2 daerah sangat jauh dari pemukiman penduduk. Hanya dekat dengan ladang2 dan kebun, membuat lokasi ini sebelumnya masih terbilang jarang disentuh. Geliat wisata yang diharapkan mampu mendongkrak popularitas kawasan2 ini.

Ngga sampe 3 jam untuk bisa puas bermain. Kalau mau dilanjut sih, ya bisa banget. Hanya saja saya harus mengejar waktu balik ke Medan. Kami harus pulang segera. Di perjalanan anak2 kelelahan dan tertidur. Liburan lagi, kita pasti lanjutkan bermain ya, nak. Semoga kakek dan nenek sehat selalu dan mama cari uang lagi… 🙂
jalan dan wisata · lovely kids...and famz

We Have A Very Simple Way To Be Happy (part 1)

Waktu menunjukkan pukul 10 pagi saat kami tiba di wilayah Tanjung Unta. Kawasan wisata di Simalungun yang sangat, bahkan paling tenar di jaman-nya, sekitar tahun 90-an. Sementara saat ini sudah seperti tak berpenghuni, sepi. Kalah tenar dengan objek wisata tetangga sebelah. Hanya sesekali kendaraan melewati kami. Sudah pasti dengan tatapan aneh. Mungkin bertanya-tanya kenapa kami ada disitu. Duduk bertiga di pinggiran aspal. Istirahat sambil meluruskan kaki yang sudah lelah berjalan jauh, menurun dan mendaki, karena motor tak memungkinkan untuk dinaiki. Saya memperhatikan kakak beradik bermain rumput, mengejar kupu-kupu, makan roti, tertawa, dan berfoto tentunya.

20161212_1107451
capek ya nak…
20161212_1115151
selonjoran dulu…

Caca dan Cahyo, kalau dibawa jalan dan main, Alhamdulillah kompak. Tapi, kalau di rumah, akurnya cuma 5 menit. Sementara 55 menit yang lain diisi dengan peperangan. Bahkan tidur pun tak mau bersebelahan :D.
Kegiatan tersebut kami lakukan untuk membuang waktu selama menunggu Kakek (Bapak saya) mencari bengkel yang kami sendiri ngga tau berada dimana dan akan memakan waktu berapa lama.

20161212_1133591
kompak dulu klo mau difoto

Sebenarnya merasa hawatir karena kami berada di kawasan sepi. Penduduk sekitar terutama yang lewat dengan berpenampilan khas orang bermarga membuat nyali saya semakin ciut. Tapi, tak ada pilihan lain, saya harus bersikap seolah berani supaya anak-anak tak tertular ketakutan dan tetap bermain dengan gembira.

Saya sedikit kesal dengan Bapak karena dari awal sebenarnya Bapak sudah mengetahui ban motor dalam keadaan kempes tapi tidak ditindak lanjutin padahal sudah saya ingatkan. Ditambah lagi Bapak ntah kenapa harus lewat jalan yang tidak biasa. Sempit, sepi dan berbatu. Apa yang terjadi? Sudah pasti ban motor semakin kempes dan tidak mungkin membawa beban berat. Penduduk pun tak ada yang bisa dipinjam pompanya. Ntah memang tak punya atau memang tak mau membantu. Kalau mau daerahnya maju, sikap begini jangan ditiru nih.

Saya dan Caca terpaksa berjalan kaki sementara Bapak mengendarai motor dalam keadaan pelan bersama Cahyo. Tak lama Cahyo pun minta ikut serta berjalan kaki. Jadi deh, kami berjalan bertiga dalam keadaan riang gembira. Caca dan Cahyo tak berhenti bernyanyi padahal udah ngos-ngosan. Ya mau gimana lagi? Masa nangis sambil garuk aspal? hihi. Ya untungnya lagi, jalanan sebagian besar sudah beraspal. Coba kalo masi berlumpur, alamak!
Tak terasa sampe juga di Tanjung Unta.

20161212_1102501
trekking diaspal..
20161212_1103171
Jalanan aspal
20161212_1103351
Panorama Danau Toba di sisi jalan

Sekitar 1 jam menunggu, akhirnya Bapak datang juga. Rencana awal berenang di danau terpaksa ditunda mengingat hari sudah semakin siang dan saya pula mengejar waktu untuk kembali ke Medan hari itu juga.

 

Pelabuhan Tigaras

Bapak membawa kami ke kawasan tempat menaik turunkan penumpang kapal. Pelabuhan Tigaras namanya. Cahyo sangat antusias dan langsung turun mendekati salah satu kapal yang sedang berlabuh. Sementara saya sibuk teriak manggil-manggil karna hawatir itu anak kecebur. Maklum la ya, faktor U. Lagipula antara pinggiran / bibir pelabuhan itu dengan air danau, sama sekali tak ada pagar pembatas.
Ngga lama Caca ikutan lari dan mereka mulai bermain kejar-kejaran. Saya semakin hawatir 😀

20161212_1227521
Gerbang masuk pelabuhan

Antusiasnya mereka menyaksikan bagaimana petugas mengangkat motor2 dari bibir pelabuhan ke kapal feri, kemudian menyusunnya dengan rapi di setiap sisi kapal agar bisa menampung banyak muatan.

Kapal feri ini akan membawa penumpang menyebrangi danau terluas di Asia Tenggara ini, menuju Pulau Samosir dengan berbagai tujuan disana. Jarak tempuh sekitar 45 menit.
Kalau mau bawa mobil bole juga dengan menggunakan kapal yang lebih besar. Dan kapal2 ini mempunyai jadwal masing2. Jadi, mobil yag datang belum tentu langsung bisa diberangkatkan. Harus menunggu jadwal dan mengantri di area pelabuhan.

Kekesalan dan lelah tadi seketika hilang setelah melihat kakak beradik ini dengan riangnya bermain di pelabuhan. Ya, cuma pelabuhan kecil ala kampung. Bukan soal mewah atau tidaknya kondisi tempat berlibur, tapi kebahagiaan yang didapat dari berlibur adalah hal yang paling penting.

Banyak manfaat dari berlibur, khususnya untuk anak2. Selain kondisi psikologis, kedekatan satu sama lain, keceriaan anak2 itu hal yang sangat sederhana bisa kita dapatkan. Bukan hanya orang dewasa saja kan yang mengalami stres, anak2 juga rentan dengan stres. Saya sih, bukan pakar parenting. Tapi, kalau ngeliat anak saya moodnya jelek, atau senyumnya kian mahal, atau ngambek terus, saya pikir mereka sedang stres. Maka, setiap jadwal saya pulang, sebisa mungkin keduanya saya bawa berjalan2 ke alam bebas. Kenapa ke alam2? Walaupun saat ini banyak sekali arena bermain anak yang diletakkan dalam ruangan seperti di mall, lebih meriah, lebih cantik warna warni da lebih adem. Saya lebih seneng bawa mereka main ke alam bebas. Sudah taulah ya bedanya kena udara bebas dengan AC? 🙂

Tak apalah, sesekali main mandi bola di mall. Kalau keseringan kok kayak ngga kreatif amat emaknya :D. Walaupun sebagian besar anak2 lebih menyukai playground yang warna warni di mall itu. Alangkah lebih bagus lagi kalau playground nya diletakkan di alam bebas. Lagian masih banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan anak2 kalau bermain di alam bebas. Pepohonan, rumput, bebatuan, pasir dsb bisa membuat anak2 lebih kreatif loh. Emaknya juga ikutan kreatif, 🙂

Salah satu manfaat psikologi yang paling saya rasakan adalah, anak2 lebih bisa menerima moment2 dimana kami harus berpisah kembali. Ngga ada drama queen tangis2an lagi kalau saya harus balik lagi ke Medan. Itu karena sudah diawali dengan kedekatan, sehingga tak merasa kekurangan waktu kebersamaan. Ayo, jauhkan anak2 dari bahaya kurang piknik 🙂

Tunggu cerita kami selanjutnya ya… 😀

lovely kids...and famz

4 tahun Cahyo

Duduk, berdiri, duduk lagi. Jalan ke kamar, balik ke ruang tamu mondar-mandir sambil nyengir-nyengir nahan kontraksi. Ntah ini kontraksi php ntah kontraksi beneran. Ngeliat pak suami masi ngorok di kamar padahal udah bolak-balik saya minta dianter ke dokter :(. Kebetulan waktu itu mertua yang baru pulang haji kedatangan tamu untuk kasi selamat. Pas saya lagi sarapan depan tv, mungkin si tamu merhatiin muka saya yang pucet dan duduk pun miring sana miring sini penuh kegelisahan. Abis ngobrol-ngobrol, tamunya dengan baik hati menawarkan jasa anterin saya ke rumah sakit, baru deh suami bangun.

Nyampe RS, langsung dibawa ke ruang bersalin. Perut mulesnya makin ngga karu-karuan. Suster datang dan cek masih bukaan 2, sejam datang lagi masih juga bukaan 2, cek lagi bukaan belum nambah. Sementara tensi saya mendadak melonjak tinggi dan HB juga rendah disertai demam tinggi. Nerves mungkin, padahal ini lahiran yang ke 2 kalinya.

Satu hari sebelumnya saya ada permintaan ke pengasuh Caca, pingin dimasakin tauco kikil. Belom sempet makan, saya udah masuk RS. Minta es krim sama suami, dengan syarat es krim yang dijual di sekolah SD. Ingat, harus dari sekolah dasar. Malangnya ngga nemu. Mana dikejar waktu solat jumat pula. Si bumil ini makin ngidam dan pucat pasi. Udah mau brojol aja masih minta macem-macem. Waktu suami lagi jumatan, mertua dan adik sepupu dari suami datang bawa tauco kikil. Gelinya lagi didetik-detik mau brojol saya masih diminta mertua buat nyicip tauco kikilnya. “dikit aja, supaya anaknya nanti ngga ngences”, gitu katanya. jadilah saya nahan ngeden sambil ngos-ngosan kepedesan, haha

Lahiran kedua ini saya malah lebih parah nervesnya, lebih parah ketakutannya, lebih deg-degan juga. Ditemenin suami padahal, tapi ngga ngaruh. Bahkan saya masih belum lulus cara ngeden yang benar. Malah pas dokter dan suster bekerja di area saya, di saat yang sama saya dan suami masih sempet-sempetnya berdebat soal ngeden. “Gini loh ma cara ngedennya” (sambil dipraktekkin suami). Saya coba, dan itu berhasil. Selanjutnya gagal lagi. Begitu terus. Akhirnya suami hilang kesabaran dan mulai bentak saya secara halus tapi daleeem! Saya yang ngga kalah keras kepala ini pun balas membentak “tinggalin aja udah sana diluar”, suami melotot! Haha

Satu jam proses lahiran, belum juga berhasil. Saya semakin lemes dan pucat. Pada saat saya ngeden, kepala si dedek berhasil ngintip. Giliran saya tarik nafas, kepalanya masuk lagi. Begitu seterusnya selama satu jam. Dokter nyerah dan diskusi ke suami agar saya dioprasi. Saya yang dari awal kekeh lahiran normal pun ikut nyerah karena udah ga kuat nahan sakit. Pasrah dibawa ke ruang bedah. Singkat cerita lahirlah adek Caca Jumat, 16 Nop 2012, pukul 18:45 dengan berat 4,9kg panjang 54Cm diberi nama Cahyo Miftah Rizki

fb_img_1479226462211
Cahyo usia 4 bulan

Saat usia Cahyo baru 22 hari, dia sudah harus ditinggal papanya pindah kerja ke Jakarta. Mungkinpun belum hapal bau papanya, raut wajah papanya. Usia 8 bulan, mendadak pengasuhnya minta berhenti bekerja sementara saat itu belum ada penggantinya. Caca yang sudah berusia 2,5 tahun sudah bisa diajak neneknya pergi ngajar. Sementara Cahyo terpaksa diungsikan tiap hari ke rumah budenya saya drop setiap pagi. Terpaksa jadwal saya ke kantor dipercepat. Karena tak kunjung dapat pengasuh, akhirnya dengan banyak pertimbangan, Cahyo tinggal bersama budenya dari Senin sampai Jumat. Sementara jumat sore saya jemput hingga minggu sore saya anter lagi ke rumah budenya. Begitu seterusnya selama 2 tahun.

Karena situasi kami terpisah-pisah, Cahyo jadi semakin jarang komunikasi dengan papanya. Sangking jarang nya komunikasi dan bertemu, tahun 2014 dalam rangka ulang tahun Cahyo yang ke 2, kami berangkat ke Jakarta dan Bandung,  jalan-jalan ke Tangkuban Perahu. Bahkan pada saat itu Cahyo sempet ngga mau digendong papanya dan nangis tiap dideketin papanya. Harus pakai pendekatan ekstra. Baru deket dikit, eh, kitanya udah harus balik ke Medan lagi.

Ditambah lagi prahara orang tuanya di tahun 2015, Cahyo masih harus bersabar dan semakin jauh dari papanya. Semakin jarang berkomunikasi apalagi ketemu. Bukan saya ngga mempertimbangkan anak-anak, melainkan justru malah ini untuk kebaikan anak-anak akhirnya perceraian jadi pilihan kami berdua.

Ayas keadaan kami yang bercerai berai (emak dimana, papa dimana, si kakak dimana dan si adek dimana) akhirnya neneknya (mamak saya) minta agar anak-anak dibawa ke kampung supaya dirawat beliau karena berbagai alasan. Walaupun berat bagi saya, tapi saya tak punya pilihan lain, saya dan anak-anakpun berpisah hingga cerita ini saya tulis.

Sebagai orang tua tunggal, bukan tidak pernah saya merasa sedih sekaligus bangga pada kedua anak saya. Caca yang awalnya cerewet dan periang, mendadak jadi pendiam, pemarah dan pemalu. Saya mengerti perasaannya, ngerti yang ada dalam pikirannya dan saya tau pasti banyak pertanyaan yang ada dalam otaknya. Tapi tak mampu dia utarakan. Tapi begitu sangat memahami dan sungguh sangat berat untuk anak seusianya. Sementara Cahyo lagi-lagi harus beradaptasi di tempatnya yang baru. Anak-anak sekecil itu harus dipaksa mengerti kondisi orang tuanya. Beruntung saya masih punya keluarga yang pengertian dan mau berkorban. Ntah bagaimana saya harus membalas jasa kedua orang tua saya. Sampai detik ini masih merepotkan 🙁

Cahyo, anak saya yang satu ini sedari bayi sepertinya sudah ditempa mentalnya untuk mandiri. Terbiasa hidup tanpa ayah. Atau malah kebanyakan ayah? Habisnya pindah sana pindah sini. Tapi, hikmah dari semuanya, Cahyo di usianya yang masih balita semakin tumbuh jadi anak yang cerdas dan bijaksana. Sudah pintar bergaul, pintar beradaptasi dan berpikiran dewasa. Kalau sudah waktunya saya balik ke Medan, Cahyo selalu bilang “Mama besok kerja kan?”, sementara kakanya Caca masih merengek ngga mau ditinggal :D. Cahyo malah lebih banyak mengalah sama kakaknya. Banyak yang menyukainya karena ia sangat periang, pemurah, penyayang dan lembut hatinya. Sekali-kali masih manja, tingkahnya lucu dan ngangenin banget.

fb_img_1479226325564

fb_img_1479226325564

 

Hari ini, Cahyo genap 4 tahun. Ya Allah banyak sekali kelebihan yang sudah Kau berikan pada anak sekecil itu. Aku hanya bermohon mampukan aku mendampinginya sampai ia dewasa kelak dan lindungi dia selalu sampai akhir hayatnya.

Selamat ulang tahun ya sayaang, doa kami selalu yang terbaik untukmu.

Mama sayang Cahyo
Papa sayang Cahyo
Kak Caca sayang Cahyo
Nenek kakek sayang Cahyo
Semuanya sayang Cahyo

Dan, Cahyo masih punya kami semua 🙂

lovely kids...and famz

Aku…rindu anakku

Aku rindu anakku…rindu bawelnya, cerewetnya, rindu aku merasakan cepek melayani pertanyaan2 yang tak ada habisnya. Rindu manjanya, rindu ngambeknya. Anakku sudah semakin mandiri. Tidur pun tak lagi harus dikelonin. Minum susu ga pake dodot lagi, cuma sesekali masi pake pampers hehehee kalo malem suka kelepasan :D. Bahkan sosok soulmatenya pun aku rindukan, iyaa… sesosok kuning yang letek dan bau apek. Selalu dibawa kemana2… ya boneka kucing berwarna kuning yang tak bisa lepas dari sisinya. Bisa nangis sesenggukan dipojok klo sadar meongnya hilang padahal lupa narok. Tak akan diijinkan untuk dicuci bukan karena sayang baunya hilang tp kalau dicuci pasti memakan waktu paling sebentar semalaman untuk dikeringkan. Mana bisa dia tidur tanpa soulmatenya. Bisa diem2 meneteskan air mata dalam hening malam… tak seorangpun tau :(. Pernah waktu habis dicuci dimusim hujan, tak kering2. Aku gantung dikawat jemuran dapur pake jepitan kain, dia memandang dengan iba mungkin dalam hatinya ya Allah soulmate ku pasti kesakitan dan kedinginan digantung begitu. Hampir tiap jam dia minta digendong hanya ingin pegang ekornya *udah kering apa belum? Klo belum alamat tidur sendirian lagi *padahal mamanya selalu ada (waktu itu)

Aku rindu anakku… belum pernah aku lihat dia pakai seragam sekolahnya sejak maulai masuk PAUD. Sekalipun!! Ibu macam apa aku ini yaa??? Yang aku tau aku harus bisa bayar uang masuk sekolahnya, bayar iuran bulanan dan tabungan hariannya serta biaya kegiatan ekstrakurikuler dan sebagainya dan sebagainya. Yang aku tau kalau dia dan adiknya dibawa nenek kakek jalan2 harus ada uang saku bikin beli jajanan atau tiket masuk atau beli balon. Jadi? Kapan aku bisa memandikannya, pakaikan seragamnya, anter dia sekolah kalau disaat yang sama aku berada jauh ber-ratus kilometer dan disaat yang sama jari2ku bermain di tuts dan menatap monitor seharian demi tanggal tertentu aku bisa tarik tunai di ATM. Untuk mereka…

Aku rindu anakku… rindu menghadiahkannya buku2 gambar warna warni, pensil lucu2 dan rautan karakter unik serta penghapusnya. Gambar kesukaannya adalah gambar legenda jaman mamanya dulu. Rumah lengkap dengan pekarangan dan tiga buah gunung di belakangnya. Ada banyak huruf  “m” yang dimaksudkan adalah burung2 berterbangan diantara matahari. Lucu sekali… 🙂

Aku rindu anakku… setiap pulang menjenguknya, aku rindu membawakan donat kesukaannya. J*o… baby donat yang kecil2. Dia suka sekali mungkin gemes ngeliatnya karena imut2. Sekali makan langsung masuk mulut semua, belepotan coklat dan toping2 lainnya nempel dibibir kecilnya disantap dengan riang gembira. Berbagi dengan adiknya serta kakak dan abang sepupunya. Sesekali berantem rebutan donat pilihan yang tinggal sebiji padahal dibawa sekaligus 3 kotak @24pcs habis dalam sekejap 😀

Aku rindu anakku… rindu saat waktunya jadwal pulang menjenguknya, kami bercanda di depan tv, atau dikasur sebelum tidur. Posisiku ditengah sikakak dan siadek yang sama2 mau dikelonin. Jadilah aku harus telungkup demi keduanya dapet jatah tangan yang sama :D. Rindu membawa keduanya main dikolam pemandian alam ala2 kampung yang sangat sederhana atau ke air terjun atau sungai. 

Anakku… betapa berat mungkin beban pertanyaan2 yang ada dikepalamu. Yang bila dijelaskanpun belum sanggup kau pahami. Kenapa mama disana kenapa papa disini. Baru sebulan rasanya kamu disana, tapi berasa setahun sudah. Kita ada dikota yang sama hanya berjarak beberapa kilometer tp serasa jarak semakin jauh dibanding kamu dikampung sana. Aku tak sanggup memaksakan kehendak demi kamu tetap ada di dekatku. Kamu masi kecil terlalu kecil dan labil aku tak mau menghancurkan otak dan fikiranmu hanya karn ego orang tuamu ini. Aku hanya tak ingin kalian kehilangan sosok ayah ataupun ibu. Percayalah kalian masih punya keduanya. Percayalaah kami sayang kaliaan…

*lap air mata


 

 

lovely kids...and famz

Aah… Cahyo udah gede


Jauh sebelum hari ulang tahun Cahyo, saya memang ngga ngerencanain untuk dirayain. Anaknya m8

Tiup lilin sampe ngembung pipinya, kakak di Belakang udh gemes intip intip :D
Tiup lilin sampe ngembung pipinya, kakak di Belakang udh gemes intip intip 😀
Mana yang kakak mana yg adek??
Mana yang kakak mana yg adek??
Semangatnyaa nyanyi selamat ulang tahun
Semangatnyaa nyanyi selamat ulang tahun

asih masuk usia 3 tahun juga belum ngerti kayaknya acara ultah mana undangan mana yang ulang tahun.  Jadi rencananya cuma bikin nasi urap dan undang anak anak (murid neneknya ngaji di rumah) untuk sekedar “among2” (orang Jawa pasti ngerti tuh). Kebetulan sebelumnya ada juga rencana sekalian akikahan  Cahyo yang pernah tertunda karena usia Cahyo 20 hari ditinggal papanya tugas luar kota :(. Akhirnya sampe usia Cahyo 3 tahun barulah ada kesempatan kembali Cahyo diakikah, tapi… lagi lagi karena suatu hal akhirnya akikah  Cahyo pun kembali tertunda. Tapi si nenek kakek sayang cucu bilang ya gapapa ultah Cahyo tetep ada syukurannya karena udh kadung dijanjiin ntar “among”nya (ini juga orang Jawa pasti tau) nagih jadi ultahnya pun akhirnya dirayain juga. Kata neneknya toh si anak udah sering dapet undangan ultah temen temennya bareng si kakak.

Dua hari sebelumnya saya udah order kue karakter upin ipin untuk Cahyo. Eh tapi saya salah hitung hari deh jadi kecepetan satu hari saya ambil kuenya jadinya terpaksa si kue bermalam di kulkas rumah barengan sayur mayur, ikan dan bumbu bumbu hahahah. Ga tau deh itu rasanya jadi kayakmana. Tetep sih dikotakin tapi saya rasa aroma bumbu yang menusuk nusuk sedikitnya nempel dikue Cahyo, bener aja dicium ada aroma kunyit 😀 (maapken mama ya naak, hiikks). Tapi kuenya masih oke koook (piiisss)

16 Nopember pagi semua udah bergotong royong. Nenek neneknya sibuk ubek ubek di dapur nyiapin nasi kotak, saya bude dan pade Cahyo sibuk dekor ruang tamu. Sederhana aja yang penting banyak balon anak anak pasti seneng. Gantung sana sini dengan kerja sama yang baik hasilnya cakeeep kok, meriah jugaa :D. Dari 100an balon yang jadi mungkin cuma setengahnya, selebihnya meletus dibikin mainan sama ponakan ponakan yang klo ngumpul semua udah bisa bikin playgrup. Ruang tamu selesai didekor sekitar jam 12an dan Cahyo baru dimandiin jam 1, tepatnya satu jam sebelum acara dimulai. Sengaja… karena si anak cepet joroknya, bukan karena main lumpur atau ngesot di tanah, tapi karena si anak doyan banget makan apa aja. Dan namanya anak anak segala yang jorok di tangan pastilah baju jadi sasaran untuk serbet 😀

Jam 1 anak anak udah pada dateng. Ternyata banyak juga temen Cahyo. Kalo dihitung ada deh 50an orang, hebat juga anak mama….gaul hehehe. Setelah dirasa udh ngumpul, jam 2 dimulai deh acaranya. Cahyo ga disangka lebih cerdas dari yang saya kira (duuuuh malu saya udah under estimate sm anak sendiri) tanpa takut tanpa malu malu tanpa disuruh anaknya duduk disinggasananya dan pake topi sendiri. Cuma kue ultahnya aja yang sengaja belum dipajang, hawatir berantakan tak bersisa dicolek colek Cahyo terus saking doyannnya makan hahaha. Liat aja badannya subur banget kayak anak usia 5 tahun. Lebih gede dari kakanya. Saya kalau beliin baju pasti cari yang minimal untuk anak usia 4 tahun.

Kembali ke acara, jam 2 dimulai. Nyanyi lagu ulang tahun Cahyo semangat banget, tiup lilin juga pake tenaga dalem karena udh berapa kali tiup ga padam padam hahaha. Akhirnya si kakak gemes dibantu tiup sampe padam eh… Cahyonya ngambek ga terima plus pake acara berantem sejenak, jalan tengahnya nyalain lilin lagi dan Cahyo berhasil dengan sekali tiup :D. Selesai potong kue dan suap suapan dilanjut games sampai selesai. Selama games berlangsung, si anak mulai bosen, undangan pada ngegames si anak mojok mainin tablet hahaha. Tapi giliran salam salaman, si anak lagsung ngerti  dengan semangatnya karena salamannya sekalian nerima kado kado (ckckck anak kecil udh ngerti kado segala yaa). Jam 4 acara selesai dan anak anak pamit pulang setelah terima bingkisan dari Cahyo. Terima kasih ya temen temen… terima kasih udah hadir diacara Cahyo, ikut memeriahkan dan mendoakan Cahyo.

Bahagia rasanya bila mampu nyenengin anak anak. Walau ngga seberapa, apa adanya dan sederhana tapi terlihat kebahagiaan anak anakku. Selamat ulang tahun sayaang, kebanggaan mama. Jadilah anak soleh, sayang orang tua, sayang kk Caca, sayang nenek kakek dan sayang

semuanya. Doa kami untukmu yang terbaik. Selamat ulang tahun Cahyo… jagoan mama. I love U…We love U…

lovely kids...and famz

kadang kompak kadang berantem…

Jadi ceritanya Caca dan Cahyo lagi tarik tarikan balon di rumah, dan memang kebetulan si adek Cahyo badan dan tenaganya lebih gede dari si kakak secara ga sengaja muka si kakak ketepok tangannya sendiri..

Caca: Merengut muka merah padam

Mama: Deeek, minta maaf sama kakak ya..sambil elus elus muka si kakak. Maaf kaaa….gitu yaa

Cahyo: Maak kaa..eh, maka kaak…*nyengirrrr

Mama: senyum senyum

Caca: mulai ikut nahan senyum

Mama: Ulang lg dek, maaf ya kaaak..gt yaa. Lagi lagi…coba sayang

Cahyo: maaka kaak…mmm maak caca kak *dengus mulai kesel

Mama & caca nahan senyum2

Mama: Ulang lagi sayang..pelan pelan yaa. Gini…maaf ya kaakk…

Cahyo: maka kaak…maak ya kaa

Mama: lagi sayang…sekali lagi ya..

Cahyo: kaak maap

(Caca & Cahyo) ngbrolin apalah anak2 ini...:D
(Caca & Cahyo) ngbrolin apalah anak2 ini…:D

yaaa …

Semua: ketawa hahahahahahahaha

*Anak anak cerdaaas….