Di beranda saya terlebih di grup kampung Sidamanik berseliweran perkara harga tinggi yang harus dibayar oleh satu keluarga di Rumah Makan Ayam Napinadar daerah Sidikalang. Konon katanya 2 ekor ayam kampung dan lauk pauk lainnya dihargai 800rb. Tentu saja rame sekali pro dan kontra di grup itu yang anggotanya sekampung saya karna memang daerah saya mayoritas suku Batak dimana lokasi rumah makan ayam napinadar itu masih wilayah mayoritas orang Batak juga. Tidak jauh dari Sidamanik sekitar 3-4 jam perjalanan. Kalo mau kesana bisa kok via Sidamanik sebagai jalur akternatif. Banyak temppat eksotis yang bisa disinggahin ;). Video perdebatan sengit antara pelanggan dan pemilik rumah makan yang nampaknya sulit untuk didamaikan.
Baca juga : Pemandian Aek Manik
Ada yang pro dengan membeberkan secara detail harga dari setiap bahan makanan sehingga hitungannya bisa sampe diangka segitu. Salah satunya anak dari pemilik warung makan. Banyak juga yang kontra dengan menyuguhkan perhitungannya sendiri.
Sebelumnya juga pernah viral perkara minum air kelapa di sebuah daerah perkebunan Pabatu. Masih wilayah Sumatera Utara juga. Lupa berapa, tapi yang pasti terlalu mahal untuk sebuah kelapa muda yang warungnya lesehan di perkebunan sawit di bawah pohon rindang beralaskan tikar tepat di sisi jalan lintas. Sejuk memang kalo lagi duduk istirahat disitu. Ngga lama kemudian viral lagi meskipun masih kalangan grup juga perkara harga seporsi bakso yang melonjak naik dikarenakan hari besar. Kebanyakan memang pemilik warung memanfaatkan orang asing yang makan disana dengan menaikkan harga berlipat-lipat terlebih dihari-hari besar.
Lain halnya dengan warung yang ada di tempat wisata. Sudah hal umum kalau harganya dilangitkan. Makanya banyak orang piknik lebih milih bawa bekal daripada jajan disana. Kami salah satunya. Tapi sedihnya ada juga tempat wisata yang melarang pengunjung bawa makanan, hiks. Kalo begini ya terpaksa beli disana, kan. Ditempat wisata, setidaknya harus bawa uang 15ribu untuk beli popmi atau 10rb untuk beli air mineral. Sukur-sukur masih ada kembaliannya 😆. Karna ditempat begituan harga main tebak-tebakan. Saya pernah beli kerak telor di Monas. Dengan pedenya beli langsung 4 porsi tanpa nanya harga dulu dan kemudian terkaget-kaget waktu bayar seharga 100rb. Berarti 1 porsi 25rb. Baru tau ternyata mereka pake telur bebek. Sampe rumah kerak telornya utuh ga kemakan karna ga ada yang doyan 😁.
Tiba-tiba keinget beberapa tahun lalu saat di rumah ngga masak pilih praktis beli lauk untuk Caca kecil. Beli soto di warung sebelah rumah yang pemiliknya masih satu keluarga. Satu porsi dihargai 25rb. Waktu itu sekitar tahun 2012an klo ga salah. Isian soto kebanyakan mi dan sedikit toge. Tanpa suiran ayam bahkan ngga ada toping daun seledri atau bawang goreng sama sekali. 2012 harga segitu lumayan mahal untuk 1 porsi soto “alakadarnya”. Secara ngga sengaja kebetulan salah satu tetangga yang juga masih keluarga lagi ada di rumah. Melihat Caca makan pake kuah soto itu, si ibu langsung bilang soto paling mahal sekota Medan, pantesan emasnya tebal-tebal orang jualan ambil untungnya ga kira-kira. Si ibu yang memang doyan ngomel langsung berasa dapat bahan sambil sedikit nahan emosi dan volume suara sengaja dikuatkan agar terdengar pembantu pemilik warung yang sering wara-wiri di depan rumah. See… begitulah reaksi pembeli kalo ngga puas dan penjual dapet umpatan. Itu dulu… smoga sekarang ngga begitu lagi.
Masih pengalaman pribadi makan di komplek Istana Maimun. Terkaget-kaget waktu bayar dengan harga yang ngga wajar yang mana makanan yang rasa dan penampilan juga seadanya. Ceritanya bisa dibaca disini.