Sounds of Freedom, Kisah Nyata Sebuah Misi Penyelamatan

Sounds of Freedom, Kisah Nyata Sebuah Misi Penyelamatan

Sounds of Freedom adalah salah satu dari beberapa film adaptasi dari kisah nyata yang saya tonton maraton kalau kebetulan liburan di rumah aja. Film ini bercerita tentang seorang agen Khusus Investigasi Keamanan Dalam Negeri (HSI) di Calexico, California bernama Tim Ballard (Jim Caviezel) dan misinya dalam menyelamatkan anak-anak korban perdagangan.

Sound Of Freedom

Cast: Jim Caviezel, Bill Camp, Cristal Aparicio, Lucas Avila, Javier Godino, Jose Zuniga, Yessica Perryman, Dkk

Sutradara : Monteverde

Penulis : Rod Barr

Rilis: 4 Juli 2023

Durasi: 2 jam 11 menit

Sinopsis Film Sounds Of Freedom

Modus penculikan anak semua hampir sama. Kalau ngga dipaksa ya dengan cara lembut seperti diiming-iming jadi bintang lalu akhirnya lengah dan dibawa menjauh ke luar daerah bahkan ke luar negeri.

Begitu awal kisah film Sounds of Freedom ini. Berlatar di Spanyol, dua bersaudara Rocio dan Migul diantar ayahnya Aguilar dengan sadar ke sebuah audisi pemotretan setelah sebelumnya dijanjikan jadi model oleh seorang perempuan bernama Katy, mantan ratu kecantikan.

Katy melarang para orang tua untuk masuk studio. Dia meminta Aguilar untuk menyusul anaknya ke studio jam 7 malam. Singkat cerita, jam 7 Aguilar menyusul ke studio, alangkah kagetnya ia mendapati ruangan itu sudah dalam keadaan kosong. Sejak saat itu, Aguilar ngga tau lagi keberadaan kedua anaknya. (Di bagian ini, saya udah nangis)

Di sisi lain, tim khusus kepolisian Amerika diketuai Tim Ballard mencoba login pada sebuah situs perdagangan anak dan berhasil menjebak lalu menangkap salah seorang pelaku. Dari sinilah kasus berkembang kemudian mendapati kelompok penjahat pedofil anak yang bermarkas di Kertagana, Colombia.

Miguel, adik Rocio berhasil diselamatkan meski telah menjadi korban yang membuat alat vitalnya robek (Duuh di bagian ini saya semakin nangis). Akhirnya ia kembali ke ayahnya, Aguilar.

Tinggal misi menyelamatkan kakaknya Rocio dan anak lainnya yang ternyata sudah diseberangkan ke Colombia.

Ballard rela berhenti dari jabatannya karena instansi tempat dia bekerja kurang mendukung misinya atas alasan di luar kekuasaan negara. Dibantu Vampiro, seorang yang mengetahui banyak tentang kelompok pedofil ini mereka bekerja sama dengan berpura-pura menjadi bagian dari kelompok penjahat yang sama.

Tak disangka, kepolisian Colombia akhirnya mendukung Ballard dengan mengerahkan pasukan di bawah pimpinan Jorge untuk melakukan penggerebekan. Sialnya, Rocio tidak termasuk dalam kumpulan anak-anak yang jadi korban. Belakangan diketahui, Ia telah dijual ke sebuah kelompok pemberontak (kalo di Indonesia mirip-mirip OPM). Ngga ada yang berani memasuki wilayah mereka di tengah hutan atau berakhir dengan kematian.

Ballard akhirnya berjuang sendirian. Dia memberanikan diri memasuki wilayah “angker” itu dengan menyamar menjadi tim medis utusan negara untuk memberikan vaksin Kolera. Setelah negosiasi yang rumit dan 24 jam dikawal pake senapan, hanya seorang Ballard yang diijinkan masuk.

Disana, tak henti ia beredar diantara pekerja-pekerja wanita dan anak-anak demi menemukan gadis kecil yang telah lama hilang. Perjuangannya berakhir setelah membunuh bos kelompok pemberontak yang hampir merudapaksa Rocio kecil dan berhasil melarikan diri kembali ke daratan dimana pihak kepolisian telah menunggunya.

Review Film

Sedih berlinang air mata sampe bikin mata bengkak, kesal dan menegangkan selama lebih dari 2 jam menonton film ini. Karena diangkat dari kisah nyata, ngga nyangka loh, ternyata pelaku pedofil itu bukan orang biasa. Mereka adalah para konglomerat dan milyader yang punya kelainan seksual. Aneh-aneh aja, beneran!

Semua pemeran berakting dengan sangat baik. Masing-masing dengan perannya yang keren itulah yang bikin penonton ikut teraduk-aduk emosinya. Termasuk pemeran utama bintang cilik Cristal Aparicio (Rocio), dan Lucas Avila (Miguel).

Selain akting yang memukau, sinematiknya juga luar biasa. Selain sekedar menonton film bagus, saya jadi berasa ikut jalan-jalan virtual ke kota Cartegena, salah satu kota tercantik di dunia dengan bangunan warna warni yang sempat saya saksikan kemiripannya di Koeatoea di Semarang. Begitu juga pantainya yang indah-indah di sudut wilayah lainnya dari Colombia.

Related Post: Koetatoea Semarang, Pusat Oleh-Oleh dan Kuliner Ala Cartegana

film ini sarat dengan pesan penting meski konon katanya banyak kontroversi. Betapa berbahayanya dunia anak-anak kita sejak dulu hingga saat ini. Saya heran kenapa film seperti ini banyak yang mengkritik? Apakah mereka bagian dari pelaku? Ngga heran, sih, kalau mereka terlibat karena bagi si “mata duitan”, bisnis ini sangat menjanjikan sebab perputaran uangnya cepat sekali. Meski mereka harus punya rasa tega terhadap anak-anak yang ngga berdaya.

Satu lagi, kemiskinan menjadi sebab utama mudahnya anak-anak dan orang tua terpengaruh pada bujukan dan iming-iming palsu. Ini terjadi hampir di seluruh negara di dunia yang menjadi target pelaku kejahatan pedofil.

Ketika uang dan kekuasaan mengesampingkan jiwa dan hati nurani, membuat mereka berhenti peduli pada kejahatan di dunia dan mulai menormalisasi tindakan-tindakan tidak manusiawi. Sungguh perilaku-perilaku seperti itu sangat dekat dengan kita dan sedang terjadi di sekiar kita meskipun ngga melulu soal pedofil.

Karena banyaknya pro kontra menjadikan keraguan atas kebenaran ceritanya. Terlepas benar atau tidaknya berdasarkan kisah nyata, tapi film ini setidaknya menggambarkan bahwa memang dunia anak-anak saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Mulai dari grup FB yang mengungkap sekelompok orang-orang aneh yang “doyan” sama keluarga bahkan darah dagingnya sendiri? Mayat bayi dikirim pake ojek online yang ternyata hasil hubungan inces dll, dsb. Innalillahi. Kemana lagi anak-anak mengadu kalau ternyata bapak ibunya atau keluarga terdekatnya sendiri sakit jiwanya?

Rocio mungkin satu dari sekian banyak korban perbudakan anak yang berhasil selamat, namun perjuangan Ballard tak berhenti sampai disitu. Bersama Jorge, ketua tim penggerebekan, mereka kembali berhasil menyelamatkan 120 anak dan menangkap 12 pelaku.

Berdasarkan itu, AS akhirnya menyetujui UU kerjasama untuk kasus perdagangan anak secara internasional. Tahun 2013 Tim Ballard mendirikan organisasi anti perdagangan seks bernama Operation Underground Railroad (OUR).

Terima kasih kepada sutradara, penulis dan semua aktor yang telah berani menceritakan kisah ini diantara banyaknya kontra. Film ini mungkin bukan sebuah mahakarya, tapi sangat-sangat layak untuk ditonton orang tua dan diambil sis baiknya.

Mungkin saja para pedofil di seluruh dunia yang secara sengaja ataupun tidak menonton film ini, menjadikannya sebuah titik balik untuk berhenti memperbudak anak. Kalaupun film ini hanya membuat mereka menyeringai jahat bahkan tidak juga menggugah hati nurani, maka neraka paling jahanamlah tempat akhirnya nanti.

Entahlah, terbuat dari apa hatinya. Membentak anak sendiri aja bikin saya nyesal pada akhirnya. Meanwhile di belahan bumi lain, ada yang sanggup menjadikan anak-anak budak seks orang dewasa. Sebagian besar pelaku adalah tua bangka ngga ingat umur. Arrrrrghhh, tak bisa lagi berkata-kata.

Semoga trauma para korban bisa sembuh dan pulih. Semoga trauma korban tidak membuat mereka jadi pelaku kejahatan yang sama pada akhirnya. Semoga semua negara, khususnya Indonesia menyediakan instansi yang benar-benar berpihak dan peduli pada anak-anak. Bertindak dengan kebijakan yang adil dan aksi nyata pada setiap kasus. Bukan cari muka dengan tampil hanya pada kasus yang sedang viral. Ehemm…

A simply mom.. About live, life, love and laugh...
Pos dibuat 391

3 tanggapan pada “Sounds of Freedom, Kisah Nyata Sebuah Misi Penyelamatan

Tinggalkan Balasan

Pos Terkait

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.

kembali ke Atas
error: Content is protected !!