jalan dan wisata

Paepira Lakeside, Banda Neira Versi Sumatera Utara

Paepira Lakeside, Banda Neira Versi Sumatera Utara – Lagi, saya mengiyakan ajakan adek saya untuk berpetualang kembali setelah beberapa kali gagal karena berbagai alasan. Pokoknya kalau udah dia yang ngajak, semua “aman”. Jadilah pagi itu, setelah membereskan urusan sekolah anak-anak, kami mulai perjalanan yang terkesan seperti mendadak, tapi sepertinya akan panjang dan menyenangkan.

Tujuan utama sebenernya ke lokasi yang sedang viral, sebuah desa di Ujung Silalahi. Tapi, sebelumnya singgah dulu ke dua destinasi yang ternyata tak kalah viralnya. Sebuah bukit bernama Bukit Indah Sipan dan sebuah desa yang kata orang mirip Banda Neira.

Bukit Sipan urung dikunjungi, sebab rutenya sudah kelewatan dan ada rasa mager untuk putar balik. Karena masih punya banyak waktu, kami sengaja berhenti di beberapa titik untuk sekedar duduk di pembatas jalan mengagumi megah dan indahnya Danau Toba.

Berkali-kali melewati jalan yang sama, rasanya belum ada rasa bosan untuk berdecak kagum pada keindahan panorama di sepanjang jalan menuju kawasan wisata Tongging, Tanah Karo. Sisi kiri disuguhi perbukitan hijau, dan di kanan adalah pemandangan maha Danau Toba kebanggaan warga Sumatera Utara.

Memang, inilah healing versi dunia. Sejenak mampu mengalihkan segala pelik kehidupan menjadi rasa syukur yang luar biasa. Maka nikmat mana lagi yang hendak didustakan :).

Menuju Paepira Lakeside

Berada di Desa Sibolangit, Kecamatan Merek. Saya juga awalnya salah paham mendengar nama Desa Sibolangit ada di kawasan wisata Tongging.

Yup, Sibolangit yang awam didengar itu ada di dekat Desa Bandar Baru, selalu dilewatin kalau menuju kawasan Tanah Karo via Bandar Baru. Jadi sejauh ini ada dua desa bernama Sibolangit di Tanah Karo. Ngga tau deh, mungkin masih ada desa Sibolangit di daerah lain lagi.

Dari persimpangan Tongging, berjarak kurang lebih 1 KM, ketemu persimpangan lagi. Kalau menurun ke kanan itu menuju Paropo. Nah, Sibolangit ada di sisi kiri dan melewati Villa Armina yang telah lebih dulu viral.

Related Post: 5 Objek Wisata Terbaru di Tanah Karo

Berjalan terus mengikuti aspal dan melewati perkampungan kecil sekitar 2,5KM, akan terlihat papan putih petunjuk arah bertuliskan nama desa Banda Neira versi Sumut yang jadi tujuan.

Paepira Lakeside

“Kalau ada yang sulit kenapa harus yang mudah”. Begitulah kebisaan buruk kami kalau jalan berdua. Sampai detik itu juga sebenernya kami belum tau apa nama destinasi yang sedang kami tuju, hahaa. Pokoknya taunya Banda Neira aja.

Itu sebab, beberapa kali papan petunjuk arah yang sudah ada di depan mata kami abaikan, malah pilih meninggalkan aspal dan lurus ke jalanan tanah keras. Masih dengan keyakinan kalau nama lokasinya adalah Banda Neira, wwkwkw.

Begitupun, adek saya yang ada diboncengan bukannya googling nama atau lihat map, malah asyik bikin video.

Ya jelas saja, rutenya semakin jauh. Ibaratnya kalau sudah salah jalan, google map pasti akan memulai rute yang baru. Padahal kalau ikuti petunjuk arah, tinggal lurus aja nyampe, deh. Untung jalannya ngga ada persimpangan.

Paepira Lakeside adalah nama tempat yang sedang kami tuju dan bolak balik kami abaikan papan petunjuk arahnya.

Entah kapan tepatnya tersadar, tau-tau kami sudah sampai di ujung jalan. Berhenti pada sebuah area kosong yang sudah ditunggui warga setempat. Biasalah, apalagi kalau bukan parkiran.

Beres parkir dan menitipkan ransel, kami membawa beberapa barang penting kemudian lanjut dengan berjalan kaki sekitar 200Meter melewati pemukiman warga yang didominasi oleh rumah-rumah tua.

Dan, taraaa…. inilah dia view pertama yang langsung kita dapatkan begitu keluar dari pemukiman. Bukit Huruk Bolon yang disebut-sebut mirip Banda Neira versi Sumatera Utara.

Masyaallah, beneran mirip ga, tuh?

Naik Perahu ala Banda Neira

Sesuai namanya, Desa Paepira ini memang benar-benar ada tepat di sisi danau. Bisa dikatakan, lokasinya sangat tersembunyi karena ada di belakang perkampungan.

Keuntungan berangkat pagi, kami jadi orang pertama yang datang hari itu. Cuaca yang cerah membuat bukit yang hijau semakin eksotis sebab berpadu dengan langit yang biru.

“Naik perahu, dek, 10 ribu saja per orang”

Kami langsung ditodong oleh seorang laki paruh baya yang tak ingin kehilangan kesempatan melihat kedatangan pengunjung perdananya. Kalau pedagang punya istilah buka dasar.

Okeh, setelah duduk sejenak istirahat menikmati suasana dan mengambil gambar, kami langsung mencicipi duduk di atas perahu dan dibawa keliling Danau Toba. Sampai hampir ke tengah, tiba-tiba mesin kapal mati. Panik ngga? panik ngga? Ya iyalah, masa ngga?

Ternyata, bukan kerusakan pada mesin kapal atau kehabisan bahan bakar. Melainkan bang supir sengaja mematikan mesin untuk memberi waktu kami menikmati pemandangan sekaligus mengambil gambar dari setiap sudut. Ngga ada aba-aba, sih.

“Mau lebih jauh, ngga, kak, ke arah sana? Tapi tambah ongkosnya!”

“Kalau aman, lanjut bang!”

“Aman, kak…”

Jadilah hari itu kembali kami melakukan ritual menghitamkan kulit yang memang sudah hitam itu. “Berlayar” di tengah danau di bawah terik matahari yang sedang menuju puncaknya. Meski dengan rasa cemas berada di atas perahu yang bergoyang oleh deburan ombak-ombak kecil. Tapi semua itu terbayar dengan view yang luar biasa indahnya.

Related Post: Kincir Raksasa ala Belanda di Loken Barn Resort Tanah Karo

Tips Berkunjung ke Paepira Lakeside

Desa ini memang berada di ujung jalan. Pokoknya mentoknya danau, deh. Rumah warga juga masih bisa dihitung dengan jari.

Meski sebenernya jalan setapak masih bisa dilewati motor sampai ke ujung, tapi saat itu hanya diijinkan sampai di parkiran. Jadi memang harus dilanjut dengan berjalan kaki.

Supaya kunjungannya lebih menyenangkan, beberapa tips berikut boleh lah dilakukan, ya.

  • Datang di pagi hari supaya suasana masih sepi, asri, bersih dan tenang
  • Cari momen saat cuaca sedang cerah
  • Jangan lewatkan untuk merasakan keliling danau naik perahu agar mendapatkan pengalaman juga sudut gambar yang berbeda. Meski cemas, Insyaallah aman. Oiya ini juga sangat membantu warga sekitar dalam mencari pemasukan melalui sektor wisata.
  • Bawa topi atau payung dan kaca mata hitam untuk melindungi dari teriknya matahari. Bole juga bawa selendang, selain melindungi, juga bisa untuk properti foto bak artis Film India
  • Rajin re-apply sunblock dan sunscreen serta pelembab bibir
  • Belum ada HTM (harga tiket masuk) alias GRATIS, jadi meski bisa saja membawa minuman sendiri, tapi usahakan beli dari warung sekitar minimal 1 botol air mineral. Setidaknya sebagai imbal balik kita telah diijinkan bersantai di kampungnya.
  • Mayoritas penduduknya non muslim, jadi bagi yang muslim usahakan datang dalam keadaan kenyang. Tidak ada rumah makan dan tidak ada musolah.
  • Bawa properti foto seperti tripod dan kamera dengan batre penuh serta chargernya, sebab semua sudut sangat sayang untuk tidak diabadikan. Kalau terpaksa kehabisan daya, warung satu-satunya menyediakan jasa cas hp dengan tarif 3ribu saja.
  • Bawa banyak koin untuk anak-anak sekitar yang mencari uang jajan dengan berenang meraih koin yang kita lemparkan ke dalam danau. Bisa juga pakai uang kertas yang di dalamnya sudah diisi batu. Begini aja seru, loh…
  • Tegur sapa lah dengan warga yang kebetulan berpapasan di tengah pemukiman yang kita lewati terutama saat berjalan kaki. Salah satu sikap menghargai dan menghormati tuan rumah.
  • Seperti kata pepatah “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”. Jaga sikap, tutur kata dan kebersihan kapan dan dimanapun berada khususnya di wilayah dimana adat istiadat masih sangat terjaga.
  • Ada beberapa penginapan di pinggiran danau dan di tengah danau dengan sebutan floating market. Bisa jadi referensi kalau ingin bermalam dengan suasana kearifan lokal.

Biaya parkir Rp. 5.000 untuk motor dan Rp. 10.000 untuk mobil. Yup, biaya yang kita keluarkan selama berada di Paepira cuma uang parkir. Nominal yang sangat terjangkau untuk menikmati keindahan alam tak ternilai yang sudah disamakan dengan Banda Neira.

Semoga suatu saat nama Paepira bisa seperti Bnda Neira. Kemajuan wisata yang tentunya berdampak positif untuk masyarakat setempat, terutama dalam bidang ekonomi. Memberdayakan keahlian mereka dengan membuat berbagai sovenir misalnya plakat, pajangan dan kain tenun. Harapannya tidak hanya alamnya yang dikenal tapi juga hasil karyanya seperti yang dituliskan Blogger Buton Tengah.

Galeri Foto

40 tanggapan untuk “Paepira Lakeside, Banda Neira Versi Sumatera Utara

  1. Masyaallah indah banget. Km beruntung kak bs berkelana menjajaki di tempat2 terindah… aduh, abangnya g blg2 klo mau matiin mesin ya kak. Bikin panik aja. Tp pengertian bgt lho dia… tau aja wisatawan mau berfoto2..

  2. Baru liat foto pertama aja udah takjuuub dengan viewnya. Ditambah ngeliat deretan rumah penduduk di sekitaran danau. Kebayang kalo bisa nginep di sana, ngeliat warga lokal menjalankan aktifitas sehari-hari.

    Poin apa yang harus dipersiapkan itu aku baca sungguh-sungguh, terutama bawa properti untuk menangkal matahari tapi pilih yang estetik biar bisa sekalian reka adegan film bollywood ya hahaha.

    Lalu, sementara gak ada HTM ya bagus, tapi kalau nanti ada HTMnya juga aku rela selama dikelola dengan baik dan nggak lebaay (misalnya dicat warna warni lalu ada tugu love segala, ampun dah)

    1. Hahaa, betul…
      benci bangeet ada spot foto love-love apalagi sampe harus tebang pohon demi mendirikan spot foto yang 2 bulan aja udah melempem.

      Lebih seru yang alami…. ngga ternilai dan tergantikan

  3. Indah banget mbak, eh ini masih di sisi danau Toba ya. pertengahan desember kemarin saya ke Parapat, dan takjub melihat betapa luasnya danau toba itu.
    paepira lakeside, semoga suatu saat bisa ke sana juga, tapi saya takut kalau naik perahu yang kecil itu

  4. Masya Allah cantiknyaaa……., pengen ke sini
    Masih asri ya, sehingga indah banget

    Tambah ngiri karena Mbak Suci punya adek yang sama-sama suka berpetualang
    Jadi saya bisa ikut menikmati karena gak tau kapan bisa ke sini ^^

    1. Selama ada Google Map kemana2 udah gampang mbak… yang penting ada kendaraannya karena ngga ada angkutan umum kesini.
      Kapan ke Medan kabarin mbk, hehee

  5. di sana namanya buka dasar ya kalau ada pelanggan perdana yang sebisa mungkin gak dilepas sama pedagang, di sini namanya penglaris.

    Adem dan sejuknya berasa sampai sini kak, hehe.
    Cocok memang jadi ajang untuk menghitamkan kulit, hihi, tapi kan udah pakai sunscreen toh, jadi aman lah, sambil menikmati pemandangan danau

  6. Masya Allah viewnya Paepira Lakeside indah banget. Kalau dekat udah jadi destinasi favorit ini. Mana biaya untuk menikmati semua keindahan itu hanya untuk parkir dan persiapan koin. Ongkos naik perahunya juga sangat terjangkau. Semoga ke depannya semakin dikelola dengan baik sehingga bisa menjadi destinasi wisata yg sekaligus dapat lebih mensejahterakan penduduk setempat.

  7. Berarti Suci harus ke Tidore dan Ternate nih. Karena perairan diantara pulau kecil dan gunung yang tak terlalu tinggi seperti di Paepira ini, banyak bisa dilihat diantara kedua tempat ini. Malah kalau bisa saya bandingkan, laut di sana lebih bersih dengan sentuhan hutan yang menghijau terbentang. Suci bisa lihat beberapa foto perjalanan saya selama di Tidore di blog.

    Tapi keunikan rumah tua dengan kayu-kayu dan sedikit memanggung itu, menurut saya adalah satu kelebihan wisata yang bisa kita nikmati saat berada di Paepira. MashaAllah, saya jadi termangu dengan kesederhanaan hidup yang mereka jalani sehari-hari. Jauh dari hingar-bingar perkotaan dan tetap bersahaja.

    BTW, saya suka membaca kisah perjalanan yang tiada duanya seperti ini Ci. Seringnya setiap perjalanan berakhir, banyak sekali pelajaran hidup yang dapat kita ambil.

    1. Aaaaah mau bangeeeet bu ke daerah sana. Tapi harus nabung duluuu hihii

      Seru ya, Bu baca/lihat cerita perjalanan ke daerah-daerah pelosok begitu. Palagi ketemu sama warga bisa ngobrol

  8. Cakep banget Paepira Lakeside ini ya mbak. Sayang banget, tiga tahun tinggal di Medan belum bisa banyak mengeksplor tempat wisatanya termasuk ini. Tapi syukurnya udah pernah ke Danau Tobanya

  9. Ya ampun cakep banget viewnya bikin betah dan ga pengen pulang kalau aku berkunjung ke sana ..asri dan adem ya kak bawaanya

  10. Ini view nya kerennnn, pantes saja viral, ternyata memang benar-benar indah. Pastinya ada perasaan senang dan bangga bisa mengunjungi tempat-tempat viral seperti itu.

  11. kalau aku yang jadi penumpang kapalnya, tentu was-was ketika kapalnya kehabisan bahan bakar kak. So far, pemandangannya bagus ya. Dengan hanya bayar parkir saja, minimalis banget cuci matanya. Bisa menikmati pemandangan yang indah.

  12. Indah banget pemandangan dan suasana di Paepira lakeside ini. Duhh mauu dong diajak jalan2 kesana hehe. semoga someday ya, who knows. Seneng deh liat mba Suci kompak sama adiknya jalan2 berpetualang menyusuri tempat wisata yg unik kayak gini. thx for share this story kak

  13. Indah banget pemandangannya kalau ke sini pastinya Happy karena banyak spot foto dan juga bisa refreshing habis ke sini semakin banyak ide-ide yang mengalir untuk ditulis di blog dan media sosial ku

  14. Masya Allah cantiik banget pemandangannya kak. Aku belum pernah nih ke daerah sumatra sana. Pengen deh kapan-kapan main ke peapira lakeside juga.

  15. Banda Neira, Pulau Sumatera, adalah tempat yang pengen banget aku kunjungi sekali seumur hidup. Kayaknya seru banget jalan-jalan ke sana, Masuk ke dalam bucket list aku!

Tinggalkan Balasan