“Karo Paradise & Simphony” merupakan tema untuk event Festival Bunga dan Buah Tanah Karo yang berlangsung mulai tanggal 31 Juli – 2 Agustus 2025 yang lalu di Taman Mejuah-juah Berastagi. Sebuah perhelatan tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Pemkab Tanah Karo. Meskipun sudah ada sejak tahun 80-an, tapi jujurly saya baru sekali ini menyaksikan langsung. Itupun di hari terakhir alias penutupan, hehe.
Karena datang dihari terakhir, saya jadi ngga ngerasain vibes perayaannya. Sebab acara intinya itu sebenarnya ya dihari pertama dan kedua itu. Nah dihari ketiga atau penutupan itu ya tinggal acara musik dan bazarnya doang. Maksudnya kalau begituan ya di Medan juga banyak dan hampir setiap minggu selalu ada. Tapi tapiiii, ada atau ngga ada event, Berastagi selalu menjadi tempat pavorit saya, kok.
Related Post: Gundaling Farmstead, Keju dan Yogurt dari Susu Sapi Terbaik
Pinginnya, sih, mengikuti langsung seluruh agendanya dari hari-1 sampe ke-3. Sebab yang paling meriah itu katanya dihari pertama. Selain ada pertunjukan musik juga ada parade kendaraan yang dihias dari hasil pertanian dan bisa dinikmati gratis oleh seluruh pengunjung serta parade busana unik dan parade kontingen. Aaah kenapa harus hari kerja, sih, huhu…


Sejujurnya saya kurang suka dengan pertunjukan musik yang dilaksanakan outdoor dan nontonnya harus berdiri atau desak-desakan. Belum harus berbaur antara perempuan dan laki-laki ditambah lagi kalau ada yang ngerokok atau bau badan yang ngga banget. Apalagi kalau artisnya bukan idola saya. Jadi musik bukan tujuan utama saya kalau datang ke suatu acara.
Saya lebih seneng ngeliatin paradenya atau pameran kerajinan, hasil bumi, kuliner dan semacamnya.
Sama halnya kemarin. Hari terakhir yang kebetulan hari minggu, kota Berastagi padat merayap. Macet panjang yang disebabkan menumpuknya kendaraan baik itu kendaraan pribadi dan transportasi umum dari mulai lapangan Bukit Kubu sampai kota Berastagi. Parkiran mobil dan bus pun sudah memanjang sampai ke beram jalan lintasnya.
Begitu juga dengan akses masuk ke Taman Mejuah-juah. Entah kenapa pintu utama justru ditutup. Pengunjung harus melewati lorong yang bisa dikatakan terlalu kecil untuk akses keluar masuk pengunjung yang begitu banyaknya.
Masuk Taman Mejuah-juah juga ngga kalah padatnya. Pertunjukan musik di panggung utama sayap kiri yang sedang berlangsung sudah penuh sesak dengan penonton. Saya merengsek masuk hanya demi bisa mendapatkan foto panggungnya yang pas. Karena kebetulan di panggung budaya ini disediakan dudukan dari semen yang berundak membentuk tangga setengah lingkaran, jadi semua penonton yang ada di tengahnya bisa duduk.
Tapi belum lagi dapat foto yang pas, sudah diteriakin “duduk woiiii”, hahaha. Ya jelas marah, yang lagi manggung artis karo, sih…
Saya langsung ngacir sambil nunduk-nunduk dan tangkup tangan tanda permintaan maaf kepada penonton yang sebagian besar nande-nande (ibu-ibu suku karo) itu. Emak-emak jangan coba-coba dilawan, yess? haha.

Bazar UMKM
Selesai urusan foto panggung yang akhirnya ngga dapat engel yang pas itu, keburu diteriakin nande-nande juga, sih. Gerimis turun secara tiba-tiba. Mereka yang ada di tribun utama tetap bertahan karena sebagian besar sudah sedia payung. Saya cicing menyelamatkan diri cari perlindungan.
Saking padatnya dan susah keluar, saya cari jalan pintas, dong. Apalagi kalau bukan manjat tembok setinggi pinggang, hahaa.
Keluar dari panggung, bukan berarti langsung dapat tempat berlindung. Saya menyeruak kerumunan orang-orang dan menyelinap diantara tenda-tenda penjual makanan.
Eh, jalanan setapak satu-satunya akses untuk pengunjung macet total. Mundur ngga bisa maju juga merayap. Duuh kesabaran saya diuji tapi ngga lulus. Saya putar balik melalui pelataran stand-stand milik kantor pemerintahan dan berhasil keluar.
Hujan semakin deras. Saya berlari tapi ngga tau kemana. Bener-bener ngga ada ruang untuk berlindung. Mau numpang stand pameran kan segan, ya. Mau ke stand makanan, semuanya penuh juga. Akhirnya terdampar di lapak pakaian thrift lalu berujung beli satu celana wkwkw. Padahal kan ngga ada niat beli-beli (kecuali makan).
Singkat cerita, hujan sedikit reda. Ngga enak juga sama empunya lapak, saya keluar dan coba beredar ke stand-stand makanan. Emang dasar lidah ndeso, dari begitu banyaknya jenis makanan kekinian yang secara visual menggugah mata dan lidah, tapi saya teteep juga berbelok ke stand bakso.
Kota Berastagi yang emang dasarnya udah dingin, ditambah kena ujan dinginnya semakin menjadi-jadi. Enak aja kan cuaca adem begitu makan yang anget-anget. Lumayan lama saya duduk di stand bakso sambil merhatiin stand es yang tepat berada di depan. Cuaca yang dingin begitu teteeeep aja ada yang jajan es. Kebanyakan Gen Z dan penerusnya, sih. Emang memasuki umur menginjak kepala orang ini medium ngga bisa bohong, sih, hehe.
sampe akhirnya hujan benar-benar reda dan saya beranjak dari posisi nyaman itu lalu kembali menjelajah stand-stand UMKM.
Hampir 90 persen stand diisi oleh penjual makanan. Dari obrolan dengan abang tukang bakso, tenant-tenant ini sebagian besar berasal dari luar kota. Bahkan kami sempet ngobrolin omset segala, loh, haha. Pedagang es dicuaca dingin aja bisa capai omset 4 juta sehari, apalagi bakso, si makanan sejuta umat. Meski sewa lapak yang seimut itu tergolong lumayan mahal, tapi tetap saja hasilnya menggiurkan…
Selain stand makanan, ada juga stand aksesoris dan pakaian. Sebagian besar stand pakaian ini adalah pakaian bekas yang memang terkenal disini. Terdapat juga stand lain yang merupakan perwakilan dari beberapa perhotelan yang ada di kawasan wisata Berastagi. Terdapat juga stand milik instansi pemerintahan dan perkantoran lainnya.



Festival Bunga & Buah Tanah Karo 2025
Festival Bunga dan Buah Tanah Karo ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur para petani di Karo kepada Tuhan dan leluhur karena telah diberikan tanah yang subur untuk dijadikan lahan pertanian.
Bertema “Karo Paradise & Simphony” yang bermakna sebuah tanah yang subur dan indah bernama Tanah Karo dengan kehidupan yang humanis, berwarna dengan berbagai suku yang hidup harmonis layaknya hidup di tanah surga.
Perhelatan tahunan ini dibuka oleh Wamen Kebudayaan, Giring Ganesa didampingi Gubernur Sumut, Bobby Nasution dan Bupati Tanah Karo Antonius Ginting. Pembukaan ditandai dengan prosesi pemotongan buah naga secara simbolis.
Related Post: Sehken By Kalang Ulu, Santap Santai With a View
Ditutup oleh Bupati Tanah Karo Antonius Ginting dengan memberikan statement yang sekilas saya dengar bahwa event Festival Bunga dan Buah Tanah Karo ini menjadi salah satu KEN (Karisma Event Nusantara) terbaik pilihan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dari ratusan event yang ada di Indonesia. Selama 3 hari berlangsung, telah menghasilkan perputaran ekonomi sebanyak lebih dari 6 milyar dan tingkat kunjungan sekitar 80 ribu orang lebih, baik pengunjung lokal maupun wisatawan mancanegara yang juga terlihat wara-wiri di event itu.


Yap, tentu saja kegiatan ini harus didukung sepenuhnya oleh pemerintah setempat dan seluruh masyarakat, khususnya warga Tanah Karo. Diharapkan Festival Bunga dan Buah Tanah Karo ini mampu menggerakkan roda ekonomi berkelanjutan dengan mendatangkan investor.
Salah satu program unggulannya berupa business matching yang diharapkan dapat mengembangkan sektor UMKM, utamanya kepada petani hasil bumi unggulan berupa bunga, buah dan sayuran agar mudah mendapatkan buyer yang potensial dan sebagai daerah objek wisata, pastinya mendorong sektor wisata untuk semakin maju.
Kalau pemerintahnya sudah support, tinggal dukungan masyarakat yang bukan hanya membantu menyukseskan dengan meramaikan dan berpartisipasi tapi juga memberikan kenyamanan kepada pengunjung dengan tidak menjadi pelaku pungli. Sampai jumpa tahun depan…
Yuuuk yuuuk bisa yuuuk, pariwisata Indonesia tanpa pungli 🙂